Prolog

113 13 4
                                    

Para penumpang bus menunduk gemetar kala sekelompok pembajak menodongkan pistol ke arah mereka. Anak kecil menangis tertahan dalam pangkuan ibunya, sedangkan di sudut belakang, seorang gadis duduk terdiam menunduk dalam kebekuan mencoba untuk bersikap tenang.

Dua orang pria bersenjata api tak henti-hentinya membentak, sementara satu lagi dari mereka menelpon pihak berwenang melakukan transaksi. Tentu saja mereka hanya butuh uang dan jaminan kebebasan.

Hyei terdiam. Bayangan kelam lima tahun lalu berotasi tanpa diminta. Lima tahun sudah berlalu insiden penculikan dirinya, lima tahun sudah dia berpisah dengan Hoseok dan tak pernah lagi mendengar ataupun berusaha mencari informasi tentang pria itu. Hatinya telah mati.

"Kalian terlalu berisik!" Suara gadis itu yang keluar tiba-tiba mengintrupsi kawanan penyandra.

Pria berwajah seram dengan coder di pipinya mendekat dan mengacungkan moncong pistolnya. "Berani sekali kau! Apa kau ingin mati?!"

"Itu karena kalian terlalu lamban! Tembak ya tembaklah, memangnya siapa yang peduli!"

Pria bercodet itu bersiap menarik pelatuk pistolnya, tapi teman di sekawanannya menepuk bahunya. "Kita harus bersabar, polisi sedang menyiapkan tebusan untuk mereka. Jika uang sudah kita dapatkan, kita hanya perlu menekan remote untuk meledakkan bus ini dan mereka semua akan mati," ucap pria itu setengah berbisik, lalu dia mendekati Hyei, menatap gadis itu penuh selidik. "Kau lumayan cantik juga, bagaimana kalau kau ikut kami, aku jamin kau akan jadi ratu yang bahagia, dan kami  akan jadi penghangat ranjangmu."

Hyei tersenyum, lalu tiba-tiba dia meludahi wajah pria itu. Tak ayal satu tamparan mendarat di pipinya yang mulus.

"Dasar perempuan tak tau diuntung!" Pria tadi menjambak rambut Hyei, menodongkan pistol di kening gadis itu. Namun, tepat pada saat itu juga, seseorang melempar tas gendong ke arah penjahat itu, lalu dengan sangat cepat tendangan yang sangat keras mengenai perut pria itu. Dia tersungkur ke mundur menabrak temannya.

Belum sempat mereka menyadari keadaan, pria yang melempar tas punggung tadi kembali melancarkan tendangan mautnya. Hyei bangkit dan mencoba membantu pria itu sebisanya.

Merasa mendapat kesempatan untuk melawan, supir bus mengambil pentung di bawah kursi supir, lalu memukul satu di antara penjahat itu. Selain itu dia juga menekan tombol untuk membuat pintu bus terbuka secara otomatis. Seorang ibu membantu mengevakuasi penumpang.

Sekelompok tentara mendekat dan mencoba merangsek masuk ke dalam bus, tapi si codet malah berhasil menangkap Hyei, mengunci pergerakannya hingga Hyei terjepit dan tak bisa berkutik.

Dua rekan si codet yang sempat mendapat perlawanan keras pun mendapat kembali kepercayaan dirinya. Dia memukul supir bus hingga terkapar tak sadarkan diri.

Sementara yang satulagi menodongkan pistol ke arah pemuda berambut cepak yang tadi menolong Hyei dan bersama-sama mencoba melawan penjahat itu.

Hyei dan pemuda itu dipaksa turun dari bus. Untungnya penumpang-penumpang yang lain sudah berhasil dievakuasi oleh petugas keamanan.

"Mana uang dan helikopter kami, kalau kalian tak segera memberikannya dua orang ini akan mati!" teriak si codet.

Polisi melempar tas berisi sejumlah uang. "Lepaskan mereka, helikopter akan segera tiba," ucapnya.

Tak berapa lama, suara deru helikopter terdengar mendekat. Tiga penjahat itu saling pandang, sementara di tempat lain, di balik kerumunan warga dan wartawan yang meliput kejadian itu, seorang regu tembak dari tentara keamanan telah menyiapkan laras panjang untuk menembak tiga penjahat itu. Dia diam di sana dengan sangat tenang menunggu kesempatan yang pas agar tembakannya tak meleset dan tak melukai warga sipil. Kendati hatinya sangat geram, dia masih mencoba untuk tetap tenang dan fokus.

"Hyung, kau bisa melakukannya, kan?" tanya rekan yang berdiri di sebelahnya.

"Kau tenang saja, aku bisa melakukannya dengan baik, lihat saja."

"Baguslah," ucap pria tampan yang mengenakan kaos putih polos itu.

"Cepat jalan!" Si codet mendorong Hyei agar melangkah mendekati helikopter yang sudah mendarat.

"Menyebalkan," gerutu Hyei. Dia melirik pria yang membantunya tadi, yang kini tak berdaya setelah dihajar hingga babak belur. Pria itu diseret menuju helikopter sama-sama dijadikan sandera seperti dirinya.

Hyei pasrah akan nasib yang dialaminya. Setidaknya dia sudah mencoba untuk melawan. Namun, saat kakinya hendak melangkah masuk ke dalam helikopter, sebuah si codet tiba-tiba tumbang. Senjatanya jatuh ke aspal. Tumbangnya si codet pun disusul  dua temannya yang terkena tembak dan mengerang kesakitan.

Tembakan tanpa suara telah melumpuhkan ketiganya. Polisi menyerbu, mendekat dan membekuk tiga penjahat itu. Hyei melihat ke arah kerumunan mencoba mencari sosok orang yang menyelamatkannya, hingga akhirnya dia membeku saat matanya menangkap seseorang yang selama ini coba dia lupakan. Pria itu mengabaikannya dan berjalan menjauh, hanya Taehyung yang menatapnya sekilas sembari tersenyum dan melambaikan tangan sebelum berjalan menjauh.

"Appa ...," gumam Hyei pelan bersama setitik air mata yang jatuh tanpa diminta.

TBC

Prolog dulu, ya, My. Kalau rame lanjut ....

Pick Me, BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang