Bab 12

42 5 20
                                    

Bocil minggir dulu, ya. Cuaca lagi hot hotnya ini.

Happy reading

Tanpa sepengetahuan Hoseok, Hyei keluar dari villa. Dia pergi ke sebuah kedai dan meminum banyak soju hingga membuatnya mabuk berat. Hoseok yang tak bisa tidur dan hanya merebahkan diri di sofa sedikit terkejut saat telah lewat tengah malam seseorang menekan bell rumah.

"Siapa?" tanya Hoseok sambil mengintip tamu yang datang lewat intercom. Betapa terkejutnya Hoseok saat melihat Hyei dipapah oleh salah satu petugas villa. Dia bergegas membuka pintu. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada petugas villa.

"Nona Hyei minum terlalu banyak dan dia mabuk. Tadi supir taksi mengantarnya kemari."

"Oh, terima kasih," jawab Hoseok, lalu mengambil alih Hyei. Petugas villa itu pun pamit undur diri. Hoseok pun menutup pintu dan menguncinya kembali.

"Aku tidak mabuk!" Hyei mendorong Hoseok, lalu melangkah sempoyongan. "Aku jagonya minum, tak akan mabuk hanya karena sebotol soju." Gadis itu mengoceh. Hoseok jadi teringat peristiwa di Pohang saat melihat Hyei mabuk untuk pertama kalinya. Kali ini dia tak terkejut lagi melihat tingkah Hyei yang seperti itu. Namun, hal yang paling membuatnya terkejut adalah ketika Hyei tiba-tiba mendorongnya hingga punggungnya membentur daun pintu.

"Hyei, apa yang ...."

"Kau ... kenapa kau membuatku begini?"

Kata-kata Hoseok terputus ketika Hyei mulai bicara sambil menunjuk-nunjuk dirinya.

"Sakit ...." Hyei menunjuk dadanya sendiri. "Di sini ... sangat sakit ... mereka menghujatku, dan kau meninggalkanku dengan orang lain. Lalu, kau datang dan terkapar seperti mayat. Kau pikir aku siapa harus menahan rasa sakit seperti ini?"

"Hyei, maaf ...."

"Tidak ... aku tak mau melihatmu lagi. Kau pria egois. Aku ... akan menikah dengan orang lain," ucap Hyei, lalu melingkarkan kedua tangannya di tengkuk leher Hoseok. Mata Hyei yang sayu karena mabuk menatap Hoseok. Dia mencoba berkonsentrasi karena pandangannya begitu kabur.

"Hyei ...."

"Diam! Sst ...! Diam! Kau dilarang untuk bicara." Hyei menunjuk wajah Hoseok. "Satu! Dua! Tiga! Kau kenapa ada tiga?"

"Kau sudah mabuk berat, ayo, sebaiknya kau istirahat."

"Tidak mau ...." Gadis itu mulai menangis. "Kepalaku pusing."

"Iya, aku tau. Ayo ...." Hoseok hendak menggendong Hyei, tapi gerakannya terhenti saat Hyei mencengkram rambutnya, lalu melumat bibirnya. Ciuman Hyei begitu menuntut membuat Hoseok hilang kendali. Pria itu membalas setiap lumatan Hyei yang memabukkan, sementara kedua tangannya memeluk erat tubuh Hyei.

Dengan berani Hyei menarik ke atas baju kaos yang dikenakan Hoseok hingga pria itu bertelanjang dada. Lalu, ciuman itu kembali tercipta.

Hoseok menggiring Hyei ke kamar tanpa melepas ciuman. Decapan dan desahan-desahan lembut mengiringi langkah keduanya hingga Hyei terjerembab di ranjang dengan posisi telentang.

Hoseok menatap gadis yang terkapar di bawahnya. Dada gadis itu turun naik dengan napas yang memburu.

"Appa ...." Suara manja Hyei terdengar menggelitik. Satu tangannya memainkan rambut belakang Hoseok, satu lagi menyentuh wajah pria itu. "Taukah kau seberapa besar aku mencintaimu? Lalu, taukah kau seberapa takut aku melihatmu kembali terluka?"

"Hyei ... itu tak akan terjadi lagi ... aku berjanji padamu. Aku tak akan pernah terluka lagi, kita akan bahagia."

"Aku ...." Suara Hyei menghilang setelah Hoseok mencium bibirnya.

Pick Me, BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang