Hoseok terkejut ketika melihat Hyei keluar kamar sambil menggeret kopernya. Didekatinya gadis itu, lalu bertanya penuh selidik, "Kau mau kemana?"
"Kemana lagi?!" jawab Hyei berang. "Aku mau pulang. Kau pikir aku mau tinggal dengan pria mesum yang sudah memperkosaku?"
"Kau jangan menuduhku sembarangan. Kau yang melakukannya bukan aku. Lihat apa yang kau lakukan padaku!" Hoseok membuka baju dan memperlihatkan dadanya yang penuh dengan bekas cupang.
"Itu ... kau juga melakukannya. Ini bukti---" Suara Hyei terputus. Dia urung membuka bajunya dan memperlihatkan payudaranya yang penuh bekas hisapan pria di depannya.
"Mana buktinya? Ayo tunjukkan?!" Tantang Hoseok sambil mengulum senyum.
"Itu ... bagaimana bisa aku ...."
"Kenapa? Bilang saja kau tak memiliki bukti apa pun untuk menjebakku. Kalau kau memang punya buktinya, ayo tunjukkan. Dasar tukang fitnah." Hoseok mendengkus sembari merampas koper Hyei. "Kau tak boleh pulang sebelum liburan kita selesai."
"Itu! Jangan seenaknya. Aku tak mau kalau ...."
"Buka bajumu dan buktikan tuduhanmu itu, baru aku ijinkan kau pulang," bisik Hoseok di telinga Hyei.
"Kau!"
Hoseok pun terkekeh, dia membawa koper Hyei kembali ke dalam.
"Baik! Akan aku buktikan padamu!" Teriak Hyei, lalu membuka bajunya dengan ragu. "Li-lihat! Kau bisa melihatnya sekarang! Puas?!" Debat gadis itu dengan nada bicara yang sedikit gugup. "Lihat bekas cu ...." Hyei spontan memundurkan langkah ketika Hoseok mendekatinya. Tubuh gadis itu menabrak dinding. "Ap-apa yang akan kau lakukan."
"Puas ... tentu saja semalam aku sangat puas. Kurasa kau juga sangat puas," bisik Hoseok lalu tanpa permisi menjatuhkan kecupan pada salah satu bekas merah di dada gadis itu.
"Hoseok!" teriak Hyei kesal, sementara Hoseok malah melangkah menjauh dengan senyum manis terpatri di wajahnya.
"Kurasa malam nanti kau harus melakukannya dalam keadaan sadar, jadi sesasinya bisa melekat dalam ingatanmu."
"Tidak akan!" kembali Hyei berteriak membuat Hoseok tertawa.
"Di meja makan ada sup untuk mengurangi pengar. Minumlah, aku tunggu kau di kolam renang," ucap Hoseok mengacuhkan aksi protes Hyei.
"Aku tak sudi! Aku akan pulang, jangan harap aku akan menemanimu berenang."
"Terserah kau saja, tapi jangan menyesal kalau aku terus menunggumu dan sakitku kambuh lagi. Ingat, aku baru saja bangun dari koma," ucap Hoseok untuk yang terakhir sebelum tubuhnya menghilang di balik pintu kaca.
"Baru bangun dari koma, tapi sudah berbuat mesum. Akh, vaginaku masih sedikit sakit. Memang sebesar apa milik laki-laki itu?" gerutu Hyei. "Ah, harusnya aku melakukannya dalam keadaan sadar, jadi aku bisa ingat seberapa besar kejantannya." Hyei memukul mulutnya. "Ya! Paboya. Apa yang kau pikirkan Hyei-sii! Dasar gadis cabul!"
Hyei mengumpat pada dirinya sendiri. Dia tak sadar kalau Hoseok berdiri di ambang pintu dan mendengar semua ocehannya.
Pria itu mendengkus. "Dasar gadis nakal," gumamnya lalu mengurungkan niat untuk ke dapur mengambil jusnya yang tertinggal.
Hoseok merendam dirinya di kolam renang sembari melihat pantai Jeju. Pikirannya memutar peristiwa semalam membuatnya tak henti-henti tersenyum. "Yang aku butuhkan hanya meyakinkan Hyei bahwa sekarang semuanya akan baik-baik saja. Tak akan ada yang terluka lagi," gumam Hoseok.
Suara langkah kaki mengusik pendengarannya. Dia menoleh, lalu melihat Hyei mendekat sembari membawa nampan berisi dua gelas jus dan sepiring camilan.
"Kau meninggalkan ini di dapur."
"Ah, iya. Aku melupakannya gara-gara kau ingin pergi."
"Suka-suka aku mau pergi atau tidak." Hyei duduk di tepian kolam dan memasukkan kakinya ke air. Dia telah mengenakan pakaian renang.
"Lalu ... bukankah kau bilang akan meninggalkanku?"
"Apa pertanyaanmu itu perlu kujawab?" Hyei mendelik ke arah Hoseok. Hoseok malah tertawa.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."
"Hanya sekali ini saja karena kau baru sembuh."
"Heum ... aku mengerti," ucap Hoseok, lalu bergeser dan malah mengunci Hyei di tempatnya.
"Ap ... Appa ... jangan begini menjauhlah dari ...."
"Kau sangat cantik dengan pakaian ini. Jika tak ingin aku begini, jangan menggodaku seperti ini."
"Aku kan mau berenang, apa iya aku harus berenang pakai celana panjang dan baju panjang?"
"Ya, itu kan masalahmu. Jadi bukan urusanku. Masalahku hanyalah aku tak bisa mengabaikanmu yang secantik ini."
"Kau mesum, menjauh dariku!" Hyei mendorong Hoseok agar menjauh, tapi Hoseok malah menarik tangannya hingga gadis itu tercebur di kolam. "Hoseok-sii aku akan membalasmu!"
"Balas aku sesukamu," jawab Hoseok sambil memeluk tubuh Hyei. Tatapannya mengunci manik mata sang gadis membuat Hyei sedikit gugup.
"Ho ... Hoseok men ... menjauhlah jangan seperti ... seperti ini ...." Hyei berusaha menjauhkan tubuh Hoseok, tapi pelukan pria itu malah makin erat. Pada akhirnya Hyei pun hanya bisa diam dan membiarkan dirinya hanyut dalam tatapan Hoseok yang lembut dan penuh cinta.
Hoseok merapikan rambut Hyei yang basah, lalu mengusap lembut wajah gadis itu, sementara tangan Hyei melingkar di lehernya. "Maafkan aku," ucap Hoseok. "Semalam aku tak bisa menahan diri ... maaf aku merenggut kesucianmu sebelum kita menikah."
Hyei terdiam sesaat. "Kau tak sepenuhnya salah. Aku terlalu mabuk, jadi sepertinya semua itu kesalahanku."
"Jangan mabuk saat tak ada aku disisimu. Takutnya kau akan merayu pria lain dan malah tidur dengannya."
"Ish, diamlah!" Hyei memukul bahu pria di depannya.
"Hyei ...." tatapan mata Hoseok menenggelamkan Hyei makin dalam, sesaat dia lupa kalau harus selalu menjaga jarak dan tak membiarkan dirinya jatuh cinta lagi. "Bisakah kita memulainya lagi? Beri aku satu kesempatan lagi, Hyei. Aku berjanji semuanya akan baik-baik saja."
"Aku ...."
"Jangan berpikir terlalu jauh, aku tau kau masih mencintaiku. Yang terjadi semalam adalan bukti bahwa kita masih saling mencintai ... benar, kan?"
"Appa ... jangan memaksaku. Aku ... takut ...."
Hoseok tersenyum, lalu membawa Hyei dalam dekapannya, membiarkan gadis itu merebahkan kepala di perpotongan lehernya. "Sekarang ini, kita sudah sama-sama semakin dewasa. Kita sudah belajar begitu banyak hal, jadi kejadian di masa lalu tak mungkin kita biarkan terulang kembali, iya kan?"
Hyei mengangguk.
"Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu."
"Aku juga, Appa. Rasa sakit yang pernah kau torehkan nyatanya tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku. Aku hanya ingin kau berjanji bahwa kau tak akan terluka lagi." Hyei mengangkat wajah dan menatap Hoseok dengan sebuah harapan yang tersirat di matanya.
Hoseok tersenyum. "Aku berjanji," ucap pria itu, lalu mencium bibir sang gadis. Kali ini Hyei tak lagi menolaknya. Gadis itu melingkarkan kedua tangannya di leher Hoseok dan mengimbangi ciuman Hoseok yang lembut penuh cinta. Mungkin sekali lagi dia harus berani bertaruh untuk mengambil sebuah resiko atau dia harus melupakan semua yang terjadi di villa dan menyimpannya sebagai kenangan terakhir bersama pria yang paling dicintainya. Pria yang sangat dia inginkan dari sejak pertama kali mengenal cinta.
TBc

KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Me, Baby
Fiksi PenggemarPertemuan tak terduga membawa Hyei seakan-akan kembali ke masa lalu. Satu-satunya hal yang ingin dia hindari setelahnya adalah menghindari masa lalu terulang kembali, tapi takdir seakan-akan mempermainkannya. Makin menjauh, dia justru makin terjebak...