Hyei sedang menerima telepon di dekat jendela ketika Hoseok datang, memeluknya dari belakang dan menjatuhkan kecupan mesra di pipinya. Gadis itu menyentuh pipi Hoseok sembari tersenyum.
"Ibu panti bilang apa?" tanya Hoseok berbisik. Hyei membalas dengan meletakkan telunjuk di bibirnya menyuruh Hoseok diam.
Hoseok memberengut, sedikit sebal dia malah menarik wajah Hyei dan menjatuhkan kecupan di bibir sang gadis.
"Appa!" Hyei menatap protes.
"Hoseok ada di sana?" tanya ibu panti dari seberang sana.
"Ah, i-iya, Eomma," jawab Hyei tergagap.
"Ibu ingin bicara dengannya berikan ponselmu padanya, ya."
"Baik, Eomma." Hyei pun menyodorkan ponselnya kepada Hoseok. "Eomma ingin bicara denganmu."
"Oh, oke." Hoseok pun melepaskan pelukannya, lalu mengambil alih ponsel itu. Matanya menatap Hyei yang kini pergi meninggalkan ruang tidur.
"Nak Hoseok, apa kau mendengarku?"
"Iya, Bi."
"Baguslah, dengarkan Bibi baik-baik, kau harus menjaga Hyei karena beberapa waktu lalu dia sempat menghubungiku untuk menerima lamaran Jin Young, seorang anak pengusaha yang cukup berpengaruh di Gwangju. Kau pasti tau G.Young Company, kan? Dia dari keluarga itu. Aku tahu kau tentu berada di atas mereka, tapi ada satu rahasia yang baru-baru ini kudengar, kalau mereka juga mempunyai koneksi underground, jadi kalian harus hati-hati. Aku hanya bisa berdoa semoga Jin Young tak memendam dendam atas apa yang terjadi."
Hoseok terdiam. Dia mencoba meresapi apa yang dikatakan ibu panti. "Apa Hyei tau tentang hal ini?"
"Tidak. Aku tak berani memberi taunya. Dia pasti akan sangat cemas."
"Aku mengerti," ucap Hoseok. "Aku berjanji akan selalu menjaganya, Bi. Bibi tenanglah. Tak akan ada yang melukainya."
"Bibi percaya padamu, Nak. Bibi serahkan Hyei padamu. Kau juga harus menjaga diri dengan baik. Rumor tentang ramalanmu di Jeju telah tersebar di media sosial. Akan ada banyak hati yang terluka karenanya, jadi kalian harus ingat untuk selalu waspada."
"Iya." Hoseok tersenyum ketika Hyei memasuki ruangan. Raut wajah seriusnya mendadak hilang berubah jadi keceriaan. "Kalau begitu aku tutup teleponnya, terima kasih telah merestui hubungan kami berdua." Hoseok pun menutup telepon, lalu mendekati Hyei yang baru saja meletakkan sebotol minuman di meja lampu hias.
"Eomma bilang apa padamu? Keliatannya dia ingin bicara hal yang serius."
"Bibi ...." Hoseok menarik tubuh Hyei, lalu mendorongnya hingga jatuh terlentang di ranjang. "Dia hanya bilang kalau dia ingin segera menggendong cucu." Hoseok menindih gadis di bawahnya.
"Kau gila, menjauhlah." Hyei berusaha melepaskan diri, tapi Hoseok malah mengunci pergerakannya.
"Waktu itu kau bertanya-tanya seberapa besar dan panjang milikku, kan. Bagaimana kalau sekarang aku tunjukkan?"
"Yak! Kau mendengarnya?" Hyei memukul bahu pria di atasnya. "Jahat sekali. Kau menguping."
"Siapa bilang aku menguping. Kau saja yang bicara tak terkontrol," ledek Hoseok. "Tapi boleh juga kalau aku buktikan sekarang."
"Menjauhlah ...."
"Tak apa-apa, kan. Sudah terlanjur kau berikan segalanya sebelum kita menikah."
"Ya, makanya sekarang tak akan kukasi lagi." Hyei bersikukuh dengan pendapatnya.
"Yakin? Bagaimana kalau aku lakukan ini?" Hoseok menurunkan kepalanya dan menyesap leher gadis itu.
"Yak! Jangan Hoseok, jangan. Hentikan ... hahaha ... hentikan, geli." Hyei malah cekikikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Me, Baby
FanfictionPertemuan tak terduga membawa Hyei seakan-akan kembali ke masa lalu. Satu-satunya hal yang ingin dia hindari setelahnya adalah menghindari masa lalu terulang kembali, tapi takdir seakan-akan mempermainkannya. Makin menjauh, dia justru makin terjebak...