"Eomma ..." Kata pertama yang diucapkan Hoseok setelah sadar dari komanya. Kedua orang tuanya menangis merasakan keajaiban yang diberikan Tuhan untuk hidup anaknya. Tangan lemah Hoseok terulur, kemudian disambut hangat oleh ibunya. "Jangan menangis," ucap pria itu.
Dokter memeriksa kondisi Hoseok dengan teliti. Mukjizat sungguh telah menghampiri pria itu. Semua orang kini bisa bernapas lega karena kondisi Hoseok saat ini benar-benar baik. Untuk perawatan lebih lanjut, dokter pun mengatakan akan memindahkan Hoseok ke ruang rawat.
Kedua orang tua Hoseok tak henti-hentinya mengucap syukur. Manager Sejin dan seluruh member Bangtan datang tepat setelah Hoseok dipindahkan ke kamar pasien. Ruang VVIP dengan interior mewah bak kamar hotel berbintang. View yang ditampilkan dari jendela pun sangat indah. Langit biru, dengan sentuhan lembut awan putih tampak seperti gumpalan kapas yang lembut dan hangat.
Yoongi menatap Hoseok, menahan tangis yang hampir saja meledak, sedang lima member yang lainnya sudah bercucuran air mata.
"Berapa lama aku tertidur, apa lebih dari seminggu?" tanya Hoseok saat menatap keenam member yang sepertinya tak bisa menyembunyikan perasaan haru mereka.
"Iya, kau tertidur hanya seminggu," jawab Namjoon.
"Dan tak sadarkan diri 378 hari," ucap Jimin menimpali.
"Benarkah?" Hoseok tampak terkejut. "Itu artinya lebih dari setahun. Apa aku sungguh-sungguh sudah tertidur lebih dari setahun?"
"Sudah, sudah, tak apa-apa yang penting sekarang kau sudah baik-baik saja," ucap sang ibu.
"Aku masih belum percaya," bantah Hoseok. "Eomma, mana hape ku, aku ingin melihat tanggal berapa sekarang."
Sang ibu menghela napas, lalu menyerahkan ponsel kepada Hoseok. Mata pemuda itu membola saat mengetahui fakta bahwa memang setahun telah berlalu.
"Hidupmu ini hampir seperti keajaiban. Setelah kau tertidur cukup lama, kami hampir tak kehilangan harapan. Maafkan kami, kami bahkan sempat mengambil keputusan untuk merelakan kematianmu dan mencabut semua alat yang menopang hidupmu. Melihatmu tersiksa, memberi siksaan sendiri di hati kami." Tutur ibu Hoseok.
Kakak perempuan Hoseok mengusap bahu ibunya dengan sangat lembut. "Sekarang semua sudah baik-baik saja, Eomma ... jangan terbebani dengan hal itu lagi."
"Eonni benar. Setelah ini, semua akan baik-baik saja dan aku akan segera pulang."
Ibu Hoseok mengangguk pelan, dia menyeka air matanya yang berjatuhan. "Oh, ya, kalian mengobrol saja dulu, aku akan keluar mencari makanan." Wanita itu ijin untuk pergi. Dia dan suaminya pun meninggalkan ruangan.
"Apa tak sebaiknya kita beritahu Hoseok soal Hyei?" Ayah Hoseok menatap sang istri saat keluar dari ruangan. Seperti sebuah kesepakatan yang tersirat dalam tindakan, baik keluarga Hoseok, manager Sejin, maupun keenam member lainnya seakan-akan sama-sama ingin menutupi kedatangan Hyei ke tempat itu. Mereka hanya berbicara hal-hal yang membuat Hoseok tertawa bahagia.
"Tidak, Sayang. Hyei juga sepertinya tak akan datang lagi. Aku yakin gadis itu sudah pergi. Jika dia ingin bertemu dengan Hoseok, dia tak akan menghilang saat tau Hoseok sudah sadar."
"Aku ... aku hanya merasa bersalah padanya."
Suami istri itu pun berjalan dalam diam menuju toko makanan di seberang jalan, dekat rumah sakit. Sementara itu, di bangku taman yang sepi, Hyei terduduk dengan sepotong roti di tangannya. Rasa lapar baru bisa menyapanya saat mengetahui Hoseok sudah sadar. Dia merasa sangat lega.
Entah berapa lama dia terduduk di sana sembari memakan rotinya dengan pelan. Setitik air mata jatuh membasahi pipinya. Dia bermaksud mengambil air ketika seseorang menyodorkan sebotol air mineral kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Me, Baby
FanfictionPertemuan tak terduga membawa Hyei seakan-akan kembali ke masa lalu. Satu-satunya hal yang ingin dia hindari setelahnya adalah menghindari masa lalu terulang kembali, tapi takdir seakan-akan mempermainkannya. Makin menjauh, dia justru makin terjebak...