Sedikit perbaikan, sebutan kakak gue ganti jadi abang biar makin asoyyy, kayak hubungan lo sama abang-abangan lo itu, dibaperin mulu dipacarin kagak.
TYPO
Mateen mendorong Maira menyudahi ciumannya, membuat gadis itu mengernyit
"Kenapa sayang" tanya Maira mengelus pipi Mateen yang terdiam, baru saja gadis itu hendak kembali mencium bibir sang lelaki, Mateen menjauhkan wajahnya.
"Sayang!"
"Ak-aku, aku mules" Mateen langsung beranjak dari sofa lalu masuk kedalam kamar.
Didalam kamar Mateen langsung ke kamar mandi membasuh wajahnya.
Mateen memandang wajahnya dicermin sebentar, sebelum lelaki itu langsung mengambil sikat gigi dan pastanya, kemudian menyimat giginya.
Setelah menyikat giginya pemuda itu kembali membasuh mulutnya.
Mateen kembali memandang wajahnya dicermin.
Entahlah, Mateen merasa jijik dengan ciumannya bersama Maira tadi, bukan, bukan nafas Maira bau atau apa, dia hanya merasa jijik saja. Padahal sebelumnya tidak pernah seperti itu.
Mateen bahkan sering berciuman dengan Chania dulu saat bangun tidur, tidak ada masalah apapun.
Mateen menarik tissu lalu mengeringkan wajahnya, lelaki itu keluar kamar mandi langsung disambut dengan dering ponselnya yang berbunyi nyaring diatas kasur.
Mamah is calling....
Mateen berdehem lalu mengangkat panggilan itu.
"Halo mah"
"Halo abang, mamah udah dibawah sama Jeremiah, bawaan mamah banyak bangat tolong bantuin yah"
"Ohh..sebentar abang turun kebawah yah"
"Oke abang"
Tut
Mateen mengantongi ponselnya lalu keluar kamar mendapati Maira yang tengah memainkan ponselnya diruang tengah.
"Mai, mamah ku mau kesini. Maaf tapi kamu bisa pulang dulu?"
Maira mengernyit, "Kenapa aku harus pulang? bukannya bagus yah aku bisa kenalan sama mamah kamu?"
Mateen menipiskan bibirnya, benar kata Maira namun dirinya seperti merasa jika mamahnya tidak akan suka dengan kekasihnya itu, Maira berbeda dari Cha- oke baiklah sepertinya Mateen pikir ucapan Maira benar-benar.
"Yaudah kalo gitu aku kebawah dulu yah bantuin bawa barang mereka"
"Mereka? papah kamu juga ikut?" tanya Maira
Mateen menggeleng, "Adik ku"
"Ohh, yaudah gih"
"Mamah dateng?! astagah abang! kita gak ada persiapan apa-apa, bahan masakan juga pada kosong! Kamu kenapa gak kasih tau dari kemarin sihhh"
"Maaf, mamah juga datengnya mendadak sayang"
"Ihhh pokoknya salah abang, semalem aku ajakin belanja isi kulkas malah molor terus, aku mau turun kebawah buat beli bahan masakan, mamah kamu pasti gak mau kalo makanannya dibeli"
"Abang temenin ayo"
"Gak usah, kamu beresin dapur sekalian tungguin mamah"
"Yaudah, nah" Mateen memberikan kartu nya
"Transfer aja ih"
"Ini buat kamu pegang aja"
"Gue juga punya Mateen gak usah sok oke lo"

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka
FanfictionKini telah kurasakan beku nya hati dalam sepi, sendiri ku yang terdiam tampa sadar te-iris, ter-iris waktu. Air mata yang berbicara terduduk dalam ruang hampa, luka. Tiada rasa, mati rasa, telah terbiasa semua karena, luka. -Luka Markhyuck