15

3.2K 360 42
                                    








Vote and comment...



TYPO

Chania memandang Mateen yang lahap memakan makan malamnya.

Bener yah kata orang, laki-laki kalo makan tuh keliatan kasihan, batin Chania

"Makannya pelan-pelan aja, nanti kesedak" ucap Chania

Mateen memandang Chania, "Abang makan biasa aja" ucapnya

"Kayak gak pernah makan" ucap Chania bergumam

"Hm?" Mateen menaikkan kedua alisnya memandang Chania lantaran kurang mendengar jelas ucapan gadis itu

Chania menggeleng lalu menuang air putih kedalam gelas, menyodorkannya pada Mateen

"Dank je, mijn vrouw"

Chania berdecih mendengar ucapan Mateen lalu kembali duduk dikursi meja makan.

Sesungguhnya dirinya sudah ingin pergi sejak siang tadi, tapi Mateen menahannya dengan ancaman jika Chania pergi maka proyek nya akan Mateen batalkan, mau tak mau Chania tetap tinggal walau sebenarnya tau Mateen tidak akan tega membatalkan, hanya saja..entahlah, Chania juga tidak tau apa yang membuatnya ingin berlama-lama dengan Mateen.

Mereka tidak melakukan banyak hal sejak siang tadi, Mateen tidur dan Chanisa hanya menonton, terbersit dipikiran Chania untuk pergi saja saat lelaki itu terlebih sudah tertidur pulas, namun baru saja Chania bergerak hendak beranjak dari ranjang, Mateen menyadarinya dan terbangun.

Menjelang malam Chania berinisiatif memasakkan sesuatu, sebenarnya sejak siang tadi Mateen selalu memberi kode jika ingin memakan masakannya, Chania pun memesan bahan masakan secara online kemudian memasak.

Chania berencana pulang setelah ini.

"Aku mau pulang abis ini"

"Jangan aku-aku, abang gak suka" ucap Mateen

Chania berdecak, "Pokoknya mau pulang abis ini"

"Nginep gak mau?"

"Gak usah ngaco"

"Kenapa? dulu juga Chani sering nginep diapart abang"

"Dulu juga lu selingkuh"

Mateen langsung terdiam, tidak ada pembelaan lagi.

"Maaf" ucapnya

Chania berdecak, lalu keduanya diselimuti keheningan, Mateen melanjutkan makannya sedangkan Chania sibuk dengan pikirannya.

Memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya, bagaimana nanti dirinya dan Mateen? Chania sudah memaafkan lelaki itu, tapi jika untuk kembali bersama Chania belum ingin, bayangan saat Mateen memutuskannya dulu, meninggalkannya untuk gadis lain sangat membekas dihatinya, sejujurnya luka nya belum sembuh, Chania hanya selalu mencoba untuk berdamai dengan keadaan, dengan dirinya, dengan masa lalunya, karena Chania sadar jika dirinya terus berada pada zona kesedihan dan kepedihan luka nya, maka tidak akan ada bahagia untuknya.

Chania coba cari bahagianya selama ini, mengikhlaskan pelan-pelan dan melupakan Mateen pelan-pelan, tapi seperti apa yang dikatakan temannya, jika masa nya belum habis, semesta selalu punya cara untuk mempertemukan.

Tiga tahun berlalu setelah kandasnya hubungan mereka dengan tidak baik, mereka kini kembali berhadapan, dengan wajah yang lebih dewasa, sepemandangan Chania, Mateen banyak berubah dari segi fisik, dulu lelaki itu tidak pernah betah dengan rambut pirangnya, tapi melihat Mateen sekarang, Chania dapat menebak jika lelaki itu sudah lama tidak menyemir rambutnya.

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang