"karena lo cuma satu jadi harus dijaga" - Melvin
"nantang dirusak lo?" - Haekal
"lo kalau mau nakal, juga harus dibimbing" - Jaevan
"ck!" - Chandra
"biarin kita brengsek, yang penting lo nggak" - Jenan
"lo boleh ngapain aja, asal jujur" - Raja
"mau...
i have a question, did you put your trust on me? maybe not, but i believe in love, silence, and the hope
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
────୨ৎ────
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haekal menghentikan motornya di tengah pinggir jembatan, penerangannya cukup terang hanya saja tak begitu banyak pengendara yang lewat di sana.
Vasya takjub, melihat bentangan kerlip lampu kota di hadapannya, Haekal menarik Vasya naik ke trotoar. Ada pagar besi pembatas yang menyatu dengan jembatan, agar kalau-kalau tak ada yang niat mau terjun bebas dari sana. Tapi juga tak begitu berpengaruh, karena pagarnya hanya setinggi pusar orang dewasa.
Haekal duduk di bangku beton yang memang di sediakan, biasanya tempat ini akan ramai anak muda berpacaran jika malam minggu. Tapi karena ini malam jumat, mungkin sedikit sepi.
Bau sambal kacang yang tumpah ruah berpadu dengan daging asap itu menyeruak ke hidung keduanya. Vasya yang telah habis sepiring nasi goreng sejam yang lalu, nampaknya juga tak bisa menampik kelezatan makanan di sampingnya ini.
Haekal tersenyum puas, "Kan, gue udah duga lo pasti juga mau"
"Ish lagian lo ngapain makan di samping gue, gue lagi diet padahal"
Tangan Haekal begitu lihai menyuapi gadis di hadapannya ini. Haekal bersila di bangku dan menghadap Vasya, sementara gadis itu menatap ke depan, ke arah bentangan kerlip lampu kota.
Sembari menguyah, Vasya menatap langit di atasnya, matanya berbinar, menatap langit yang begitu cerah digantungi banyak bintang yang jutaan jumlahnya, persis di kamarnya.
Entah kenapa, mengingat kamarnya, membuat hati perempuan itu membiru. Vasya menunduk, menatap kedua sepatu ketsnya. Haekal menatap perubahan yang terjadi pada gadisnya, tangannya menarik dagu Vasya, agar menatapnya. Matanya memancarkan kesedihan yang begitu dalam, menahan mati-matian untuk tidak menumpahkannya.
Haekal seketika berpindah, jongkok di hadapan Vasya, menggenggam tangan gadisnya erat, "Hei, sayang..."