13

4.1K 256 56
                                        


"Kal! dibilang bukan gue ya bukan, batu banget!" kesalmu karena aktivitasmu terhambat, penyebabnya tidak lain tidak bukan ialah seorang Haekal yang terus mengikutimu sedari tadi dengan pertanyaannya yang berulang-ulang.

"ga mungkin Sya, gue yakin banget kemarin gue sama lo, atau lo sengaja pura-pura lupa karena kita keblabasan semalem?" frontal Haekal ditengah lalu lalang orang yang berada di kantin.

"Kal!" bentakmu spontan, mulut Haekal yang tidak tau tempat itu memang harus disekolahkan sepertinya.

"eh sorry sorry, tapi Sya gue ga tenang ini" bisik Haekal yang menyusul duduk disampingmu.

kamu menahan amarahmu yang benar-benar sudah memuncak, padahal sepulang dari rumah sakit dan ikut mengantar Jae ke kos, kamu langsung pergi ke kampus karena kelas dadakan pengganti jadwal minggu lalu. Tapi, kamu malah terus diganggu oleh satu manusia menyebalkan ini.

"Kal, gue mau makan, lo bisa ga diem dulu" ketusmu

"makan ya tinggal makan ajalah, bisa kan sambil jawab? atau mau gue suapin?" jawabnya menyebalkan.

Memang, sepertinya seorang Haekal tidak bisa diperintah dengan bahasa manusia. Meski begitu, rasa laparmu lebih besar daripada rasa untuk menyiram Haekal dengan kuah mie ayam didepanmu.

"Sya, lo ga usah nyembunyiin apapun sama gue, jujur aja, gue bakal tanggung jawab soal semalem" bisik Haekal lagi, namun terlihat lebih serius.

"katanya udah pro, tapi lihat darah dikasur aja panik lo" cibirmu

"ya panik lah!" jawab Haekal meninggi dan mendapat tatapan tajam darimu mengingatkan bahwa sekarang mereka ditempat umum.

"gue akui gue bukan orang baik Sya, tapi gue ga pernah seceroboh kemarin, gue ga mau hidup orang lain hancur karena gue" jelasnya.

"ya bagus deh, artinya lo punya batasan dan komitmen, tapi–" ucapmu terjeda untuk menelan segelinding bakso terlebih dahulu.

"tapi gue berani sumpah demi poster Ananya Jesa, kalau yang lo temuin semalem itu bukan gue" lanjutmu.

Haekal terlihat kecewa, dan gusar sambil menyisir kasar rambutnya yang terlihat berantakan itu.

"kata gue, mending lo minta cctv deh ke om Samudra"

"ga lah, kalau bisa jangan sampe dia tau gue aneh-aneh, ya kali, lo mau gue tiba-tiba dinikahin?" tolaknya

"ya kalo lo mau, gapapa lah, udah legal juga kan umur lo buat nikah"

"heh, nikah tuh ga cuma asal legal, bayangin lo sampai mati hidup sama orang itu terus, lo mau asal milih orang gitu aja? gue sih enggak!"

"ya dari pada lo bingung sendiri, mending lo usaha apa kek, yang lain, dari pada nanyain gue mulu" sewotmu

"yaudah gini aja, ntar malem gue ajak lo ke sana, gimana?" tanya Haekal

"gila lo, ga lah, yang ada disidang lagi ntar gue, apalagi bayangin mukanya Raja yang udah kek ibu-ibu komplek marahin anaknya" jawabmu seraya bergidik ngeri mengingat kejadian dulu.

"engga-engga, kan ada gue, ayoklah bantu gue" pinta Haekal lagi

"justru karena cuma sama lo Kal, gue aja ga percaya gimana yang lain, lo ajak aja Jesa gih, anaknya butuh hiburan itu keknya"

"ga asik lo, yaudahlah gue cabut sendiri aja" Haekal akhirnya menyerah, dan berniat untuk beranjak pergi.

"Kal" panggilmu membuat lelaki itu menatapmu kembali.

"apa?" jawabnya terdengar kesal

"apa?" jawabnya terdengar kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beauty And The BadboyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang