Raja bergegas menuju rumah sakit, setelah menyelesaikan tugas presentasinya pada mata kuliah hukum acara perdata yang bermuatan 3 sks itu, hal itu juga yang memenuhi pikirannya dua minggu terakhir ini. Semalam Raja memang tidak ikut menginap di rumah sakit, pikirnya sedikit tenang setelah melihat Jaevan tidak sampai separah yang ia bayangkan.
"lo semua ga ada yang ke kampus tadi?" tanya Raja merebahkan tubuhnya di sofa, sesampainya di rumah sakit.
"Mel sama gue mampir bentar sih tadi, ngumpulin tugas" jawab Jenan
"gue sih emang biasa ga masuk, takutnya kalau gue tiba-tiba masuk malah pada bingung" jawab Chandra santai dengan kaca mata hitamnya dan kaleng roti dikanannya.
"ga masuk juga auto A paling lo Chan, mahasiswa kebanggaan fakultas bisnis nih bosssssh" sahut Jesa yang baru saja keluar dari kamar mandi, masih dengan rambut basahnya dan handuk dipundaknya.
"Jelass" sombong Chandra, sebenarnya bukan sombong karena yang dikatakan Jesa adalah sebuah fakta, Chandra terkenal sebagai pengusaha muda yang levelnya sudah bukan pemula lagi, anak sulung keluarga Ardhita itu alias kakak tirimu, merupakan pemilik dari bisnis konveksi yang bergerak dalam dunia fashion, brand "Erigone", sudah tidak asing lagi bukan? bahkan tahun ini akan tembus ke kancah penjualan internasional.
"berisik banget sih lo semua, ini gue sakit kalau lo lupa" kesal Jae yang sedari tadi mencoba memejamkan matanya tapi tidak bisa, niat rawat inap agar ia tenang dan segera pulih, tapi malah kamarnya digunakan sebagai basecamp kedua.
Pintu terbuka, tampak Mel dan dirimu yang baru saja datang membawa bungkusan sarapan untuk manusia-manusia kelaparan yang saat ini sudah berkumpul disana, tunggu ada seorang yang sejak pagi ini belum kamu lihat sama sekali.
"akhirnyaa ini nasi uduk gue dateng juga, let's come to papa" ucap Jesa yang langsung menyerbu 2 kantong plastik yang kamu bawa.
"itu yang disobek punya gue, awas sampe lo ambil!" peringatmu kala Jesa sudah membawa pergi semuanya.
"Mel! lo biarin dia makan pedes lagi?" tanya Jenan yang langsung paham bahwa bungkusan yang disobek itu pasti berisi sambal berlauk nasi.
"itu ga sepedes biasanya kok, lo bilang ke mamangnya 2 sendok doang kan sambelnya?" tanya Mel padamu memastikan.
kamu terlihat bingung untuk menjawab, sebab tanpa sepengetahuan Mel, kamu menyuruh mamang Asep–penjual nasi uduk depan rumah sakit–menambah 5 sendok lagi, "eh–anu, udahlah aman kok aman"
"Jes Jes, buang aja buang" perintah Jae yang sekarang sudah ikut duduk di sofa dengan gantungan dorong infusnya.
"eh eh, jangan lah! gila aja lo! Jes, balikin sini!" Jesa kini sudah ada disamping tong sampah siap membuang bungkusan sobek atasnya itu.
"emm buang ga ya" goda Jesa seolah sedang berpikir.
"gue check outin poster princess Ana yang paling limited" ucapmu
"eh? serius lo? pc nya juga lah!" pinta Jesa tidak tau diri.
"lo udah gede Jes, itu kamar lo udah full poster frozen" ucap Jenan tidak habis pikir dengan isi otak temannya itu.
"ya suka-suka gue lah, mending Vasya mau beliin itu, lo mau ngasih gue apa–"
"weekend ntar gue traktir open table" potong Mel yang langsung mendapatkan tatapan maut darimu namun berbanding dengan Jesa yang sangat berbinar dan bersemangat kala mendengar itu.
"oke, bye sambal uduk" ucap Jesa dan benar-benar membuang bungkusanmu itu dan berjalan dengan wajah tanpa dosanya melewatimu begitu saja.
"ANJJJ!!! JESA ANJING!!!! MELVIN BABII!!" teriakmu sangat kesal, sarapanmu lenyap begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Badboyz
Fiksi Penggemar"karena lo cuma satu jadi harus dijaga" - Melvin "nantang dirusak lo?" - Haekal "lo kalau mau nakal, juga harus dibimbing" - Jaevan "ck!" - Chandra "biarin kita brengsek, yang penting lo nggak" - Jenan "lo boleh ngapain aja, asal jujur" - Raja "mau...