Prolog

638K 4.3K 13
                                    


Sepanjang makan malam wajah Baby terus tertunduk dengan satu tangan terkepal di atas pangkuannya. Baby menyesal ada disini, ia ingin cepat-cepat menyingkir saja rasanya.

"Nanti, setelah Papa dan Tante Rena menikah kita pindah ke Surabaya"

"Mana bisa begitu!" Tanpa memperdulikan dengan siapa saat ini ia bicara Baby berteriak protes, tak terima atas keputusan yang Papanya buat. Baby rasa ia sudah cukup dewasa untuk diajak beriduski terlebih dahulu sebelum Papanya itu membuat keputusan.

"Tidak ada penolakan!"

Baby hanya diam, tapi pandangannya menatap tajam satu persatu orang yang ada di dalam ruangan yang sama dengannya.

Sepulang dari makan malam itu suasana hati Baby benar-benar sangat buruk. Ia tak menyangka malam ini tiba juga, waktu dimana sang Papa mengenalkan seorang wanita yang Papanya bilang adalah calon ibu sambungnya yang tak lain adalah kekasih Papanya sendiri. Baby tak terima dengan itu semua, ia merasa Papanya sudah mengkhianati mendiang Mamanya.

Semalaman Baby hanya duduk di balkon kamar sembari mendekap erat foto mendiang Mamanya. Ia merasa tak terima Papanya menikahi perempuan lain lalu mengajaknya pindah dari kota yang penuh kenangan ini.

Selain Baby tak bisa bebas mengunjungi makan mending Mamanya, pindah juga berarti ia harus berjauhan dengan laki-laki yang ia cintai.

Tapi, sepertinya tak ada pilihan. Papanya tak mau mendengakan semua protesannya. Semuanya sudah sang Papa persiapkan dengan cepat.

Entah dari mana datangnya pikiran itu, sebelum pergi Baby ingin memberikan kenangan indah untuk laki-laki yang ia cintai, agar lelaki itu bisa selalu mengingatnya walaupun mereka berjauhan nanti. Namun ia gagal, dirinya malah meninggalkan kesan buruk di pertemuan terakhir mereka.

*****

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang