Bab 1

332K 4.1K 42
                                    

Keadaan di ruang IGD saat ini sedang sangat chaos, telah terjadi kecelakaan beruntun hingga menyebabkan banyak korban. Satu-persatu pasien mulai ditangani oleh petugas medis. Ada sekitar 4 orang yang membutuhkan pengobatan lebih lanjut sedangkan sisanya hanya terluka ringan saja. Baby baru selesai mengobati luka seorang anak kecil yang tangannya harus mendapat beberapa jahitan, itu korban terakhir yang harus Baby tangani. Awalnya ia berpikir seperti itu sebelum kembali datang seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi roda dengan bantuan seorang petugas.

Melihat rekan-rekannya yang tampak sangat kelelahan Baby yang memilih maju menangani itu. Ia bersama seorang perawat mulai menyiapkan peralatan karena tangan dari korban terlihat terluka cukup parah.

Namun kini, setelah ia berdiri di depan pasiennya tubuh Baby dibuat menegang. Karena sejak tadi laki-laki itu terus memunduk Baby baru bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Kak Boy..." Baby berucap lirih, sangat lirih. Mungkin hanya ia yang bisa mendengarnya. Awalnya Baby belum yakin dengan yang ia lihat tapi melihat seringaian tiba-tiba muncul dari wajah laki-laki dihadapannya, Baby yakin ia tak salah lihat. Dihadapannya saat ini adalah Boy, anak dari tetangga rumahnya dulu.

"Dok!" Baby segera tersadar dari keterkejutannya saat mendapat tepukan singkat dari perawat yang membantunya.

Meski tangannya gemetar, dengan telaten Baby mulai mengobati luka di tangan Boy. Baby menjahit luka sobekan yang beruntungnya tak terlalu lebar itu. Ia juga mengobati luka-luka di beberapa bagian tubuh Boy lainnya.

"Lo dokter sekarang?" Tanya Boy, tak menyangka setelah sekian tahun bisa kembali bertemu Baby secara tak sengaja, ia juga sama terkejutnya. Padahal sebelumnya ia sudah sering mencari keberadaan perempuan dihadapannya ini, tapi entah kenapa Baby seperti hilang ditelan bumi. Tak ada yang tahu bagaimana kabar Baby dan keluarganya. Boy juga pernah mendatangi alamat yang Mamanya ketahui sebagai tempat tinggal baru keluarga Baby, namun ternyata itu adalah alamat palsu.

"Seperti yang lo lihat" balas Baby.

"Udah gede masih aja suka kebut-kebutan" ucap Baby, untuk menghilangkan kegugupannya. Ternyata Boy bukan bagian dari korban kecelakaan beruntun. Tangan Boy terluka karena kecelakaan tunggal, menabrak pembatas jalan.

Boy tak menanggapi ucapan Baby, laki-laki itu fokus menatap wajah Baby. Tidak ada lagi pipi tembam dan wajah polos wanita itu, kesan wanita dewasa terlihat dari wajah Baby saat ini. Tapi, meskipun begitu tubuh Baby tampak jauh lebih berisi dari yang terakhir ia lihat, terutama dibeberapa bagian yang menandakan jika Baby kini sudah benar-benar tumbuh menjadi wanita dewasa.

"Gue mau tagih apa yang udah lo kasih, tapi belum sempat gue nikmati" Boy berucap pelan, ia yakinkan hanya mereka berdua yang mendengar.

Mendengarnya seketika membuat Baby langsung menahan nafas selama beberapa detik. Ia tak menyangka dipertemuan pertama mereka setelah sekian tahun tak bertemu, Boy malah mengucapkan kalimat itu.

"Suster Rika, tolong lanjutin!"

Terdengar kurang profesional, seakan tak mau berurusan lagi dengan Boy, Baby memilih untuk pergi.

****

Setelah pertemuan tak sengajanya dengan Boy tadi siang, Baby selalu terlihat gelisah, juga beberapa kali terlihat tak fokus dan karena itu juga ia harus mendapat teguran. Sampai akhirnya jam pulangnya tiba, tanpa semangat Baby mulai membereskan barang-barangnya.

Namun, suasana hati Baby bisa sedikit lebih baik saat ia menerima sebuah pesan dari seseorang. Ia membalasnya lalu dengan cepat pergi menyusul seseorang yang sudah menunggunya di restoran depan rumah sakit.

"Mas Rayi..." Baby berteriak kegirangan hingga menarik perhatian beberapa orang pengunjung restoran, namun ia tak memperdulikan itu saking bahagianya bisa bertemu kembali laki-laki yang sudah hampir 1 minggu tidak ia temui karena harus pergi dinas keluar kota.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang