Baby sadar usianya sudah semakin dewasa, ia sudah harus mulai memikirkan hubungan ke arah yang lebih serius. Baby sendiri awalnya ragu dengan pilihannya, tapi perlahan ia sudah mencoba menerima kehadiran Boy sebagai kekasihnya. Meski Baby masih terlihat gengsi mengakui ia mulai menerima kehadiran Boy, karena sejujurnya sejak dulu hanya Boy laki-laki yang membuatnya nyaman.
"Kiss dulu dong, yang" Baby yang baru akan membuka pintu mobil kembali menoleh ke arah Boy lalu memberikan laki-laki yang kini cengengesan tidak jelas itu tatapan tajam. Baby hanya mengibaskan rambutnya lalu memilih buru-buru keluar dari mobil Boy. Melihatnya Boy hanya bisa terkekeh dengan gemasnya.
"Bye, nanti sore gue jemput" Boy melambaikan tangan ke arah Baby, yang Baby balas seadanya. Setelah melihat mobil yang Boy kendarai pergi barulah Baby berjalan menyusuri lorong rumah sakit tempatnya bekerja.
Hari itu Baby menjalani harinya seperti biasa. Dibeberapa kesempatan ia juga masih sempat membalas pesan-pesan yang Boy kirimkan. Semenjak Baby mulai menerima kehadiran Boy, komunikasi yang terjalin antara keduanya semakin intens saja salah satunya dengan saling mengabarkan kegiatan masing-masing.
Namun selepas makan siang tiba-tiba Boy hilang kabar. Pesan-pesan yang terakhir Baby kirim sampai dua jam kemudian belum juga Boy balas padahal biasanya Boy tak pernah seperti itu. Namun, Baby tak mau menyikapinya terlalu berlebihan, ia sadar Boy memiliki kesibukan sendiri.
Sampai keadaan rumah sakit yang awalnya sedikit lengang berubah ramai saat datang mobil ambulan membawa seorang pasien. Baby yang memang sedang bertugas di IGD bersiap menangani calon pasiennya. Namun, alangkah terkejutnya Baby saat mengetahui pasiennya adalah kekasihnya sendiri.
"Kak Boy" Baby berseru kaget saat mengetahui pasien baru di IGD ternyata adalah Boy.
"Astaga lo kenapa lagi?" Tanya Baby, tak bisa menutupi kepanikannya. Dengan helm proyek yang masih terpasang dikepala Boy mencoba menampilkan senyuman untuk menenangkan Baby jika ia baik-baik saja, namun senyuman yang Boy tampilkan malah lebih mirip dengan ringis kesakitan.
"Jatuh dari lantai dua, Dok" jelas seorang pria yang sepertinya rekan kerja Boy.
Mendengarnya dengan sigap Baby segera memberi pertolongan pada Boy. Ia membantu melepas helm proyek yang Boy pakai lalu mulai memeriksa seluruh bagian tubuh laki-laki itu.
****
Selepas jam kerjanya selesai Baby segera pergi ke ruang perawatan Boy. Tangan kanan laki-laki itu mengalami cidera, Boy juga harus dirawat beberapa hari sampai hasil pemeriksaan organ dalamnya keluar.
Kini Baby berdiri tepat di depan ruang perawatan Boy, karena mendengar suara obrolan dari dalam ruangan Boy, Baby memilih mengetuk pintu sebelum masuk. Sampai pintu dihadapannya dibukakan dari dalam, Baby melihat ruangan Boy terlihat ramai oleh beberapa orang pria yang Baby tebak mereka adalah teman-teman Boy.
Sungkan mengganggu tadinya ia memilih untuk pergi saja, namun tatapan yang Boy berikan padanya seakan meminta dirinya untuk mendekat
"Masuk aja sayang, aku kenalin sama temen-temenku" ucap Boy, Baby sebenarnya sedikit kaget mendengar perubahan cara bicara Boy. Namun ia hanya diam sambil kakinya perlahan melangkah mendekati ranjang perawatan Boy.
"Masih sesak dadanya?" Tanya Baby karena tadi Boy mengeluhkan dadanya sesak, ia kini berdiri disisi ranjang Boy setelah salah satu dari teman Boy sedikit menyingkir beberikan Baby ruang.
"Masih, yang. Nanti kamu elus-elus dadaku, ya" pinta Boy, dengan nada manja dan ia buat semelas mungkin. Ketiga temannya yang melihat itu sampai mendengus jijik. Baby sendiri hanya balas dengan anggukan pelan yang membuat Boy bisa menampilkan senyum penuh kemenangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy [21+]
RomanceCerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setelah itu ia akan mencapakannya pergi, seperti yang pernah Baby lalukan padanya dulu.