Bab 11 🔞

531K 3.6K 103
                                    

Ramaikan komennya gengs!! Semakin ramai semakin cepet gue update

****

Sepulang bekerja Baby memilih mampir ke tempat Boy. Hari ini ia tidak dijemput oleh Boy karena laki-laki itu mengeluh bahu dan tangannya kembali sakit. Baby rasanya ingin marah, itu semua karena Boy seringkali melanggar perintah dokter perihal apa saja yang tidak boleh dilakukan, sebab tangan Boy memang belum sepenuhnya pulih.

Karena sudah mengetahui kode akses apartemen Boy, Baby masuk begitu saja ke dalam seperti yang biasa ia lakukan. Mereka memang saling memberi kode akses apartemen masing-masing agar tidak repot saja ketika akan saling berkunjung.

Namun, keadaan didalam apartemen tampak sepi. Bisa Baby tebak Boy pasti ada didalam kamarnya. Baby berjalan menghampiri kamar Boy yang pintunya sedikit terbuka, ia menyembulkan sedikit kepalanya untuk melihat keadaan didalam. Tapi sama saja, di dalam terlihat kosong. Kasur memang tampak berantakan namun tak terlihat ada tanda-tanda keberadaan Boy.

"Kak..." Baby mendorong daun pintu agar terbuka lebih lebar lalu melangkah masuk. Mungkin Boy sedang ada di dalam toilet.

Namun, tak lama Baby mengernyitkan dahinya saat mendengar suar-suara aneh. Ia mulai mengikuti kemana suara itu berasal yang ternyata dari dalam toilet. Baby menempelkan telinganya di daun pintu agar bisa mendengarkannya lebih jelas.

"Baby... Eungh..."

"Enak sayang ahh..."

Mata Baby terbelalak kaget, ia bahkan sampai menutup mulutnya tak percaya mendengar suara desahan-desahan Boy dari dalam sana yang terus memanggil namanya. Apa Boy sedang memuaskan dirinya sendiri sambil membayangkannya?

Karena penasaran Baby langsung saja membuka pintu kamar mandi yang pas sekali tidak terkunci. Matanya langsung bisa menangkap sosok
Boy sedang duduk di atas kloset yang tertutup dalam keadaan tak memakai celana. Sedang menggenggam penisnya yang sudah berdiri tegak.

Kentara sekali jika wajah Boy terlihat kaget melihat kehadiran Baby yang tiba-tiba. Namun laki-laki itu tak mencoba menutupi penisnya yang kini terlihat berdiri menjulang dalam genggaman tangan kanannya.

"Keluar, By!" Perintah Boy, setengah berteriak.

Baby hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya, pantas saja akhir-akhir ini Boy sering sekali mengeluhkan tangannya sakit. Pasti salah satunya karena ini.

"Udah tau tangan lagi sakit masih bisa lo begini?" Dari ambang pintu Baby berkacak pinggang sambil menatap Boy kesal.

"Udah enggak tahan" balas Boy, antara malu dan juga bernafsu.

"Baby, keluar dulu!" Ucap Boy, sudah kepalang tanggung, ia harus segera menuntaskannya.

Terdengar hembusan nafas kasar dari Baby. Bukannya keluar Baby malah berjalan mendekati Boy setelah sebelumnya menutup pintu dari dalam.

"By..." Geram Boy, ia harus mati-matian menahan dirinya saat objek yang ia jadikan bahan fantasi kini berdiri menjulang dihadapannya.

Nafas Boy terdengar sangat berat, ia juga tiba-tiba berubah menjadi sedikit grogi saat Baby terus menatap wajahnya sambil sesekali menatap penis yang masih ia genggam dengan tangan kanannya.

"Mau gue bantu?" Tanya Baby dengan suara rendah, entah dari mana datangnya pikiran itu, Baby hanya ingin memberi sedikit hadiah kepada Boy yang selama ini sudah menepati janji untuk tak menyentuhnya. Benar-benar tidak ada sentuhan dari Boy, bahkan ketika akan menggandeng tangannya saja Boy biasanya meminta izin terlebih dahulu.

Meski ternyata ia dijadikan objek fantasi laki-laki itu, Baby mencoba tidak marah. Lebih baik Boy membayangkannya daripada membayangkan perempuan lain.

"Sialan!" Geram Boy, gairahnya kembali meningkat dengan drastis hanya karena mendengar tawaran Baby yang sungguh diluar perkiraannya. Tanpa malu tangannya kembali bergerak perlahan mengocok penisnya.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang