Follow sebelum baca!!!
****
Pagi-pagi sekali Boy sengaja menyambangi kediaman keluarga Baby. Setelah membuat pengakuan palsu kepada Ayah Baby di restoran beberapa waktu lalu, Boy mendapat sambutan hangat dari pria paruh baya itu. Saat itu Ayah Baby tanpa ragu mengajaknya untuk makan bersama, yang tentunya tak akan Boy lewatkan kesempatan itu begitu saja. Bahkan Ayah Baby memberikannya alamat tempat tinggal mereka dan meminta Boy mampir ke rumah.
Maka setelah keadaanya terasa lebih baik pasca kecelakaan tempo hari, Boy memilih pergi ke rumah keluarga Baby. Kebetulan sekali saat sampai ia melihat Baby sedang berada di halaman sambil mendorong stroller yang ditumpangi anak lelaki yang saat itu ia kira adalah anak Baby. Ia bisa sedikit bernafas lega mengetahui bocah laki-laki itu ternyata hanyalah adik Baby.
"Pagi!" Sapa Boy, mengelus lembut pipi Baby yang segera Baby tepis dengan kasar. Wanita itu menatap tak suka kehadiran Boy.
"Ngapain lo disini?" Tanya Baby, dari suaranya saja terdengar jika ia tak menyukai kehadiran laki-laki itu ada disini.
"Mau anterin lo kerja" balas Boy.
"Gue berangkat siang"
"Oke"
Baby menatap Boy aneh, ia kira 'Oke: yang Boy maksud adalah laki-laki itu akan pergi tapi nyatanya Boy kini malah mengambil duduk di kursi taman disebelahnya.
"Kok?"
"Gue tungguin"
"Ini adik lo?" Tanya Boy, menatap anak laki-laki di atas stroller yang terlihat asik menyedot botol susunya.
"Hm!" Baby hanya balas dengan gumaman tidak jelas.
"Gak cocok"
"Maksudnya?" Tanya Baby, tak terima. Apa maksud dari kata tidak cocok yang Boy ucapkan?
"Gak cocok punya adik, lebih cocok untuk punya anak" ujar Boy, sambil tersenyum sangat manis. Baby mendengus sinis mendengarnya.
"Lo masih jaga untuk gue?" Tanya Boy, mata lelaki itu dengan lancang menatap selangkangan Baby, yang membuat Baby seketika memelototkan matanya, lancang sekali laki-laki itu.
"Gak!" Balas Baby, cepat. Dengan tak nyaman Baby menyilangkan kedua kakinya.
"Coba gue tes!"
"Sinting! Enggak waras!" Umpat Baby menahan kesal.
"Udah deh lo sana balik, ganggu orang aja" usir Baby secara terang-terangan, pagi harinya yang damai rusak oleh kehadiran Boy. Entah kenapa melihat wajah Boy bisa dengan mudah menyulut emosi Baby.
Tapi Boy tak memperdulikan ucapan Baby, laki-laki itu melihat sekitar. Setelah dirasa aman Boy membalikan arah stroller Kevan lalu dengan dengan menggunakan kedua tangannya Boy merangkum wajah Baby.
Baby masih kaget mendapat perlakuan spontan Boy, belum sempat ia menolak Boy sudah terlebih dahulu membawa bibirnya dalam sebuah ciuman. Bola mata Baby sampai terbelalak saking kagetnya Boy bisa senekat ini, tubuhnya sempat membeku beberapa saat. Namun, setelah bisa kembali menguasai diri ia tak tinggal diam, Baby berusaha melepaskan ciuman mereka dengan mengigit bibir lelaki itu. Bukannya terlepas Boy malah semakin nekat dengan menelusupkan lidahnya masuk.
Boy melumat bibirnya dengan lembut
namun dengan tempo yang pasti.
Perlahan ciuman itu membawanya
semakin dalam dan melibatkan lidah.
Baby mulai merasa kehilangan akal karena menikmati ciuman liar mereka. Baby memejamkan mata, seketika otaknya tidak bisa bekerja. Ingatannya melupakan jika laki-laki yang saat ini bersamanya adalah Boy, laki-laki yang selama ini ia coba hindari. Baby yang terhanyut dengan gerakan bibir Boy mulai membalas setiap lumatan yang laki-laki itu berikan, seolah melupakan fakta jika saat ini mereka ada di halaman rumah siapa saja bisa melihat kelakuan mesum mereka.Tangan Baby yang semula mengcengkram erat kaus bagian dada Boy, tanpa diperintahkan naik melingkari leher laki-laki itu. Boy tersenyum disela ciuman mereka, cukup mudah ternyata membuat Baby terlena dengan cumbuannya. Namun sayang sekali ia berbuat di waktu dan tempat yang kurang tepat, jadi ia tak bisa berbuat lebih.
Boy bergerak membawa tubuh Baby merapat. Tangannya yang awalnya berada di wajah wanita itu perlahan turun, mengelus pinggang Baby dengan gerakan meenggoda. Ia bisa mendengar erangan lirih Baby disela ciuman mereka.
Ciuman itu terasa sangat nikmat dan memabukan untuk keduanya.
"Kakak Baby?"
Baby dan Boy sama-sama kaget mendengar sebuah suara kecil yang memanggil Baby, seketika bibir mereka terlepas. Baby mengelap bibirnya menggunakan punggung tangannya, wanita itu sempat menatap Boy tajam sebelum menoleh, berbalik melihat ke arah sumber suara yang tadi memanggilnya.
"Kenapa?" Tanya Baby, berdehem pelan untuk menghilangkan kegugupannya, sedangkan disampingnya Boy hanya terkekeh pelan melihat wajah panik Baby.
"Tadi Kakak ngapain?" Tanya Lea, adik perempuan Baby yang sebentar lagi akan berulangtahun yang ke 7.
"Itu tadi mata kakak kelilipan Kak ini bantu tiupin" balas Baby, alasan yang sangat klise didengar tapi hanya itu yang spontan keluar dari mulutnya.
"Ooh!" Lea hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Baby menghembuskan nafas lega, beruntungnya yang memergoki aksi mesumnya tadi adalah Lea, jika yang lain entah bagaimana ia harus memberi alasan.
Baby mendelik kesal ke arah Boy, bisa-bisanya ia terhanyut dalam jebakan laki-laki itu. Boy sendiri hanya menampilkan senyuman lebar, tanpa rasa bersalah ia membalikan kembali arah stroller karena si kecil Kevan terus saja merengek.
"Kakak dipanggil Bunda sarapan" ucap Lea, memberitahu maksud tujuannya menemui Baby.
"Oke"
Kemudian pandangan Lea beralih pada sosok Boy yang duduk tepat disebelah Baby. Menyadari jika Lea memperhatikannya Boy mendekat, merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Lea.
"Hai!" Sapa Boy, pada gadis kecil bermata bulat yang terlihat sangat mirip dengan Baby. Bahkan seperti duplikat Baby saat kecil.
Gadis kecil itu hanya tersenyum malu-malu sambil bersembunyi di balik tubuh kakaknya.
"Siapa nama kamu?" Tanya Boy.
"Lea" cicit Lea.
"Cantik sekali namanya" Tangan Boy terulur mengusap puncak kepala Lea dengan gemas.
"Nama Kakak?" Lea balik bertanya.
"Nama Kakak Boy, pacarnya Kakak Baby" jelas Boy.
"Kak..." Protes Baby tak terima.
"Jadi pacarnya Kak Baby itu Kak Galih atau Kak Boy? Lea bingung" tanya Lea, tidak bohong wajah imut nan menggemaskan itu terlihat seperti kebingungan. Boy mendongkakan wajahnya menatap Baby penuh tanya, tapi Baby melengos begitu saja.
"Stt, anak kecil jangan mau tau urusan orang dewasa!"
Baby memilih mengajak Lea masuk ke dalam, satu tangannya mendorong stroller sedangkan satunya lagi menuntun tangan Lea. Dengan tak tahu malu Boy mengikuti dari belakang, Baby menyadari itu tapi ia sedang malas bicara dengan Boy membiarkannya saja.
"Susunya adek udah habis, Kak?" Tanya Rena, sesaat Baby masuk ke dalam rumah ia langsung pergi ke ruang makan dimana terlihat Bundanya sedang sibuk menyiapkan sarapan bersama seorang asisten rumah tangga.
"Udah, Bun" balas Baby.
"Wah, ada Boy juga" seru Rena, menyadari kehadiran Boy yang berdiri tepat di samping Baby.
"Pagi, Tante" sapa Boy ramah, yang Rena balas tak kalah ramahnya.
"Bu..." Rengek si kecil Kevan, bocah itu melambaikan kedua tangannya seakan meminta sang Bunda untuk menggendongnya.
Melihat itu Rena membawa tubuh si kecil Kevan dalam gendongannya.
"Ayo sarapan sama-sama, kamu juga Boy, ayo sarapan! Kebetulan Tante masak banyak hari ini"
"Dia udah makan, Bun" Baby yang membalas sambil berusaha mendorong tubuh Boy keluar. Ia sedang berusaha mengusir Boy, Bundanya itu malah menawari Boy sarapan bersama.
"Boleh Tante" balas Boy, tentu tak akan menolak tawaran itu begitu saja. Dengan langkah ringan Boy mendekat ke arah meja makan, sambil menggandeng tangan si kecil Lea, Boy melewati Baby begitu saja.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy [21+]
RomanceCerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setelah itu ia akan mencapakannya pergi, seperti yang pernah Baby lalukan padanya dulu.