Ketika membuka mata, hal pertama yang Baby lihat adalah dada telanjang Boy yang terlihat sudah dipenuhi bercak keunguan. Seketika otak Baby secara otomatis memutar ulang kejadian semalam. Semalam nyata, ia sudah memberikan semuanya kepada Boy, hal paling berharga miliknya. Baby percayakan semuanya untuk kekasihnya ini.
Namun, Baby tidak menyesalinya karena itu yang ia mau sejak dulu. Melepas keperawanannya dengan lelaki yang ia cintai. Baby mendongkak menatap Boy yang masih memejamkan mata. Tangan Baby terulur mengelus rahang juga bibir laki-laki itu yang sedikit terbuka. Pipi Baby terasa memanas mengingat kembali kejadian semalam, bagaimana Boy memasukinya dengan buas, tapi mata Boy yang selalu menatapnya penuh damba.
Baby melihat tubuhnya yang sudah kembali berpakaian dengan sebuah kaus berwarna hitam meski Baby tak merasakan memakai apapun lagi dibaliknya, padahal ia ingat setelah percintaan mereka Baby langsung jatuh tertidur. Baby yakin Boy yang melakukannya, mendapat perlakuan kecil begitu saja saat ini Baby merasakan dadanya menghangat.
Ketika matanya tak sengaja melihat ke arah jam, jarum jam menunjukan jika saat ini masih pukul setengah 4 pagi. Baby menoleh ke arah jendela kamar yang gordenya masih terbuka lebar, terlihat suasana di luar sana masih sangat gelap.
Baby menggeliat pelan lalu dengan hati-hati Baby melepaskan belitan tangan Boy pada pinggangnya. Terdengar laki-laki itu melenguh pelan tapi tak sampai terbangun. Hanya mengubah sedikit posisi tidurnya. Baby mengelus bahu telanjang Boy, setelah mendengar hembusan nafas laki-laki itu kembali teratur Baby memilih bangkit dari atas kasur.
Ringisan keluar dari mulut Baby ketika ia merasa tak nyaman di pusat tubuhnya ketika digerakan.
Sambil menahan perih Baby berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar sedikit lebih segar. Ketika buang air kecil, Baby mati-matian menahan dirinya agar tidak menangis ketika vaginanya terasa sangat perih.
Setelah urusan dengan kamar mandinya selesai Baby keluar, ia melihat Boy masih tertidur telentang di atas kasur. Tak mau menganggu Baby memilih keluar dari kamar, mencari apa saja yang bisa ia makan. Baby benar-benar kelaparan. Sejak kemarin hanya dua potong pizza yang masuk ke dalam perutnya.
Baby mendesah lesu melihat apa yang ia lakukan kemarin sedikit sia-sia. Makanan yang kemarin ia pesan, yang sudah tersusun di atas meja makan pasti basi. Kemarin juga tidak ada satupun foto yang mereka ambil, ruangan yang sudah ia dekor rasanya sedikit sia-sia.
Baby berjalan ke arah sofa menghempaskan tubuhnya disana. Matanya melirik kue ulangtahun milik Boy yang masih ada di atas meja, belum tersentuh sedikitpun.
Karena tubuhnya sudah benar-benar lemas harus segera diisi, Baby memilih memotong kue ulangtahu Boy untuk ia makan. Baby malas mencari makanan di dapur, lagipula di sana memang tidak ada makanan.
Baby memotong dalam ukuran besar, tidak bohong ia benar-benar kelaparan. Tenaganya sudah terkuras habis akibat pergulatan mereka semalam.
"Sayang..." Baby yang baru memakan beberapa suap kuenya dengan cepat mendongkak, melihat ke sumber suara. Terlihat Boy disana, dengan rambut acak-acakan dan muka bantalnya, Boy berdiri diambang pintu sambil menguap lebar.
Dengan langkah lebar Boy berjalan ke arah sofa, membaringkan tubuhnya disana dan menjadikan paha Baby sebagai bantalan kepalanya.
"Kenapa bangun? Masih gelap!" Tanya Boy, dengan suara serak yang teredam oleh perut Baby.
"Laper!" Balas Baby, singkat.
Boy terkekeh pelan saat melihat bagaimana Baby dengan lahap menyuap kuenya. Boy sudah hafal Baby itu sangat mudah kelaparan, jika biasanya mereka saling memuaskan tanpa penetrasi saja Baby bisa sangat kelelahan, apalagi semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy [21+]
RomansCerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setelah itu ia akan mencapakannya pergi, seperti yang pernah Baby lalukan padanya dulu.