13

78 11 1
                                    

"jika kau tak yakin, lebih baik katakan..." Ucap sang nenek yang sejak tadi mengusap rambutnya lembut sementara Lia masih memilih menatap kosong ke halaman rumah neneknya itu yang menyajikan pemandangan sore alaminya.

"Menurut nenek?"

"Apanya?"

"Kak Taeil?"

Mendengar itu, nenek Lia tertawa pelan.

"Harusnya neneklah yang bertanya padamu. Bagaimana Taeil di matamu. Kau tak bisa mengambil kesimpulan untuk masa depanmu dari pendapat orang lain. Belajar menyaring apa yang baik dan tidak baik untukmu. Meskipun baru beberapa bulan, tapi kau sudah bisa kenal dengan baik siapa dia karena kita semua sudah seperti keluarga..." Ucap sang nenek yang membuat Lia kembali terdiam.

Neneknya tak salah, memang dia sudah seharusnya bisa memilah apapun sendiri. Ingatlah kalau dia sebentar lagi akan menjadi seorang ibu untuk anaknya. Jika mengambil keputusan untuk diri sendiri saja dia tak bisa, apalagi untuk anaknya kelak.

"Kak Taeil adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Bukankah dia seharusnya bisa menemukan wanita yang lebih baik?"

"Jika baginya kau sudah yang terbaik, bagaimana dia bisa melihat wanita lain lagi?" Jawab sang nenek yang membuat Lia menghela nafas pelan.

"Itu sama seperti makanan kesukaanmu, Lia. Jika kamu lebih suka makan masakan rumah, mau kau dibelikan makanan semahal apapun kau pasti akan tetap menganggap makanan rumah menjadi pilihan terbaikmu. Semua tergantung pada diri sendiri. Begitu juga denganmu. Jika menurutmu Taeil adalah pria yang sebaik itu, kenapa harus kau lewatkan saat dirinya saja sudah yakin padamu..."

"Kau hanya tak percaya diri hanya karena kesalahan yang pernah kau buat. Kau merasa dirimu adalah orang yang paling buruk di dunia ini hingga kau merasa tak pantas untuk siapapun. Seharusnya, kau tak menilai dirimu serendah itu. Bahkan Taeil tak pernah menilai mu seburuk itu,kan? Dia bahkan tak berpikir dua kali untuk mengakuimu dan anakmu sebagai miliknya. Kenapa? Karena dia pria yang tulus, itu yang nenek tahu. Nenek juga selama ini menemaninya tumbuh besar dan nenek tahu bagaimana sifatnya. Jika dia pria yang buruk, nenek tak akan membiarkanmu dekat dengannya,kan?"

Lia dalam hati menyetujui ucapan sang nenek. Taeil itu memang sangat baik dimatanya. Dia saja yang merasa diri tak layak untuk pria itu. Padahal tadi dia sudah mendengar sendiri pengakuan Taeil pada bundanya.

Bukan sengaja, tapi dia diminta neneknya untuk membawakan roti kentang yang neneknya buat ke rumah Taeil hingga tanpa sengaja mendengar pembicaraan ibu dan anak itu. Sebenarnya Lia ingin buka suara disana, namun Seohyun memberinya kode untuk diam supaya Taeil mau mengakui perasaannya lebih jauh.

"Pikirkan baik-baik. Nenek masuk dulu. Jangan lama-lama di luar..." Ucap sang nenek sebelum akhirnya bangkit dari duduknya dan meninggalkan Lia sendiri di balkon rumah.


"Pikirkan baik-baik..."

Lia.memejamkan matanya dan menarik nafas dalam. Mencari tahu apa dan bagaimana perasaannya sebenarnya. Bohong jika dia tak merasa trauma ditinggalkan. Tapi tanpa sadar kehadiran Taeil seakan menutupi semuanya. Melengkapi apa yang mungkin seharusnya kosong. Yaitu posisi seorang pasangan. Yang selama ini memenuhi semua keinginannya meskipun dengan kesulitan-kesulitan tertentu. Namun pria itu selalu berhasil melakukannya. Anggaplah dia sudah terkena afeksi dari kehadiran Taeil hingga tak pernah merasa kekurangan selama ini. Hanya sifat over thingkingnya lah yang membuatnya tadi menangis mendadak untuk pertama kalinya.

"Apa aku pantas?"

"Apa ada yang pernah mengatakan kau tak pantas?"

Suara itu membuat Lia membuka matanya dan sedetik kemudian posisi kosong yang ditinggalkan neneknya telah diisi oleh pria yang menjadi pemenuh pikirannya sekarang.

"Siapa yang pernah mengatakan kau tak pantas?" Tanya Taeil lagi sambil menoleh tersenyum ke arahnya dengan tatapan dalamnya membuat mata Lia berkaca-kaca.

"Tak ada,kan? Itu hanya di pikiranmu saja. Kau tak akan bisa bangkit jika kau saja merasa tak pantas untuk melakukannya. Kau merasa dirimu layak dibawah, itu sebabnya kau tak bisa maju. Jangan lakukan itu pada dirimu sendiri, Lia. Setidaknya, lakukan itu untuk anak dalam kandunganmu..." Ucap Taeil sambil menoleh ke arah perut Lia.

"Kau takut melangkah sendiri. Maka aku disini akan menemanimu. Kita akan melangkah bersama. Membesarkan anak kita ini bersama..." Lanjut Taeil sambil meraih dan menggenggam tangan Lia hingga air mata Lia tak lagi bisa terbendung. Gadis itu menelusup dan memeluk pria disebelahnya itu yang dibalas juga oleh Taeil dengan mata mereka yang terpejam menyalurkan afeksi masing-masing.

"Menikahlah denganku. Mungkin aku tak bisa memberikan seluruh isi dunia untukmu, tapi aku siap memberikan seluruh hidupku sebagai penggantinya..."









.
.
.




Pengen kejar tayang sampe end tapi sinyal gak mendukung 😭😭😭


With Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang