Kereta itu berhenti di sebuah stasiun yang nampak sudah sepi. Malam memang sudah sangat larut, tapi itu sama sekali tak bisa merubah keputusannya untuk pulang ke rumah sang nenek yang mungkin masih menunggunya.
Lia... Gadis itu merenggangkan otot lehernya yang pegal lama duduk di kereta. Tubuhnya memang sudah tak nyaman lagi, ditambah lama menunggu di stasiun untuk keretanya lalu harus duduk lama lagi di kereta yang membuatnya bulak balik toilet karena mualnya makin tak tertahan.
"Astaga..."
Dengan bertopang pada tiang yang ada, Lia berusaha mengumpulkan energinya lagi sambil mengusap pelan perutnya.
Ya, meskipun benih kecil itu sama sekali tak pernah diharapkannya, tapi bukan artinya dia harus membencinya,kan? Benih itu ada padanya dan darinyalah benih itu bisa tumbuh nantinya hingga siap menapak bumi.
"Ayo Lia...! Jalan masih panjang! Rumah nenek masih jauh. Kamu harus semangat!" Ucapnya untuk diri sendiri lalu berusaha kembali berdiri tegap dan mengambil langkah.
Tapi baru juga tiga langkah, kakinya sudah kembali gemetar lalu tubuhnya terhuyung. Lia sudah pasrah saat tak ada tiang satupun dinding untuk diraih namun yang tak disangkanya adalah tangan seseorang yang meraih pinggangnya hingga ia tak sampai terjatuh dan malah bertemu dengan tubuh seorang yang tak dikenalnya.
"Hei...kau baik-baik saja nona?"
Suara seorang pria, tapi Lia tak bisa lagi melihat wajahnya karena pandangannya memburam hingga seberapapun ia berusaha, akhirnya kesadarannya hilang juga dalam dekapan pria asing itu yang otomatis panik saat gadis yang ditolongnya malah pingsan mendadak.
"Astaga... Taeil! Siapa itu?"
Seorang wanita paruh baya mendekat saat melihat anaknya memeluk seorang gadis yang nampak lemas itu.
"Entah bunda. Dia tadi hampir jatuh saat aku bantu dia malah pingsan..." Ucap Taeil menjelaskan sambil berusaha memposisikan lebih nyaman gadis itu untuk bersandar.
"Ini stasiun desa. Sudah tak ada orang..." Ucap sang bunda sembari mencoba melihat jelas wajah gadis itu. Rasa kasihan menyeruak pada dirinya tatkala melihat wajah imut manis dan cantik gadis muda yang lemas itu,mengingatkan dirinya pada masa mudanya yang juga pernah merasakan kesendirian saat kesulitan di desanya dulu.
"Angkat dia, Taeil. Kita bawa pulang dulu..."
"Bunda?"
"Kasihan, Il... Besok saat dia sadar kita antarkan ke rumahnya. Sepertinya dia juga baru datang dari jauh..." Ucap sang bunda sembari melepaskan tas di gendongan Lia untuknya dibawa lalu mengusap lembut wajah gadis itu.
Akhirnya, mau tak mau pria yang dipanggil Taeil itupun mengangkat tubuh gadis dalam dekapannya perlahan dengan cara brydal dan mengikuti langkah sang bunda untuk pulang. Sebenarnya dia disana juga menjemput bundanya. Ya, toko kelontong di stasiun kecil itu milik sang bunda. Walaupun hanya menjual makanan ringan, minuman hangat dan dingin namun hasilnya bisa disyukuri. Sedangkan dirinya sendiri merupakan seorang petani yang menggarap tanah warisan.
Ia sempat melirik sesekali ke arah wajah gadis dalam gendongannya itu yang nampak lesu dan sedikit pucat. Padahal gadis itu terlihat sehat. Maksudnya dari proporsi tubuhnya. Jika demam, tubuhnya pun tak hangat.
"Sepertinya dia kelelahan..."
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
With Me [✓]
Fanfiction"Menikahlah denganku. Mungkin aku tak bisa memberikan seluruh isi dunia untukmu, tapi aku siap memberikan seluruh hidupku sebagai penggantinya..."