"ikut?" Tawar Taeil yang akan menaiki motor roda tiga dengan bak terbuka itu hendak menuju ke pasar sambil membawa hasil panennya untuk dijual. Sementara Lia yang ditanya sedikit khawatir. Bukan karena kendaraannya, tapi dia sedang hamil. Khawatir goncangan akan membuat kandungannya bermasalah nanti. Tapi jujur dia ingin ikut karena kata neneknya pasar itu menyenangkan dan dia juga bosan dua bulan ini dirumah terus.
"Sana..." Ucap sang nenek saat Lia menoleh padanya membuat Seohyun tertawa pelan.
"Tak apa. Taeil pasti akan membawa motornya perlahan supaya tak ada banyak goncangan. Iya kan, sayang?"
Pria itu mengangguk dan barulah Lia mau mendekat.
"Duduk di ujung sana supaya bisa berpegangan dan goncangannya tak terasa parah. Oke?" Ucap Taeil yang diangguki oleh Lia. Diapun naik ke bak motor itu dengan bantuan Taeil hingga dia bisa duduk nyaman di tempat yang Taeil maksudkan.
"Kita berangkat dulu, nek, Bun..." Ucap Taeil yang telah duduk di motornya dan menyalakan mesinnya membuat Lia yang kaget refleks menyentuh bahunya khawatir.
Melihat itu, nenek dan Seohyun tertawa pelan sementara Taeil langsung menoleh ke arahnya.
"Takut..." Cicitnya yang dibalas kekehan oleh Taeil.
"Percaya padaku. Pegang saja bahuku jika kamu takut..." Ucap Taeil yang diangguki menurut oleh Lia. Kendaraan roda tiga itupun berjalan meninggalkan rumah mereka sambil sesekali Lia kembali memegang bahu Taeil ketika dilanda khawatir saat harus menghadapi jalan yang baginya kurang rapi ataupun tikungan.
Butuh waktu 15 menit hingga mereka tiba di pasar dan benar saja Lia memang takjub akan keramaian yang sudah lama tak dilihatnya. Selain itu juga banyak penjual barang dan makanan tradisional yang sulit sekali ditemui di kota.
Taeil membantu Lia turun dari motornya lalu hendak menurunkan karung hasil panennya membuat Lia bingung harus apa.
"Kak...aku bantu apa?" Tanya Lia dengan polosnya.
"Jaga saja disini. Jangan sampai karungnya dibawa orang nanti. Aku harus mengangkutnya ke dalam sana. Kau tunggu disini saja,oke? Jangan kemana-mana..." Ucap Taeil sambil mengusap pelan kepala Lia yang mengangguk lucu itu.
"Istrimu, Il?" Tanya seseorang yang melihat mereka. Ya, Taeil memang dikenal diantara para pedagang karena ia rajin datang menjual barangnya sejak ayahnya masih ada.
Taeil dan Lia saling menoleh bingung harus menjawab bangaimana.
"Ini—"
"Wow... Taeil! Kau sudah mendapatkan istri? Siapa namamu,nak?" Tanya seorang pria lagi yang baru mendatangi mereka dengan senangnya membuat pedagang lain ikut menoleh ke arah mereka dan penasaran juga.
"Paman, dia—"
"Astaga Taeil...kau menikah tanpa memberi tahu kami?"
"Iya...setidaknya kenalkan lah dulu pasanganmu pada kami..."
"Hei...lihat...istrinya saja sangat cantik. Mana mau dia mengenalkannya pada kalian. Nanti kalian godai lagi..."
"Iya...istrinya cantik dan imut sekali. Siapa namamu,nak?" Tanya para pedagang bergiliran membuat Taeil makin pusing karena tak memiliki kesempatan untuk menjelaskan. Melihat itu, Lia hanya tersenyum dan merasa bersalah juga sudah membuat Taeil terjebak sekarang.
"Lia...Choi Julia paman, bibi..." Jawab Lia membungkuk sambil tersenyum lebih cerah dari yang Taeil pernah lihat sebelumnya, membuat semuanya bersorak bahagia.
"Wah...nama yang cantik...cocok untuk orangnya..."
Mendengar itu Lia tersenyum malu sedangkan Taeil menoleh padanya dengan tatapan khawatir. Tentu saja dia khawatir Lia tak nyaman dengan semuanya apalagi semua salah paham tentang mereka.
"Romantis sekali kalian datang bersama seperti ini. Ah...tunggu, aku harus memberikan hadiah pernikahan untuk kalian..." Ucap salah seorang pedagang yang juga membuat pedagang lain baru ingat akan tradisi pernikahan itu dan buru-buru juga ingin memberikan hadiahnya.
"Ah...tapi...Paman...bibi—"
Taeil tak tahu harus bagaimana lalu menoleh ke arah Lia dengan tatapan bersalahnya.
"Maaf Lia. Semua jadi begini..."
Mendengar itu, Lia hanya tertawa pelan saja.
"Tak apa kak. Aku yang minta maaf karena mempersulit kakak disini..." Ucap Lia tanpa sengaja refleks menggenggam tangan Taeil ingin menenangkannya.
"Lihatlah...menggemaskan sekali,kalian ini. Sudah berapa lama kalian menikah? Apakah sudah ada hasilnya?" Canda pedagang lain yang baru datang dan langsung memberikan Lia amplop dan memaksanya untuk menerimanya disusul juga oleh pedagang lainnya sambil memberikan doa untuk mereka.
Taeil menoleh pada Lia tak tahu harus bicara bagaimana sedangkan Lia juga menoleh pada Taeil lalu mengangguk pelan seakan mempercayai apapun yang akan Taeil katakan. Terlihat sangat romantis bagi para pedagang disana bahkan ada yang gemas dengan mereka.
"Empat bulan... Dan anak kami akan lahir enam bulan lagi..."
Mendengar jawaban Taeil, Lia tak lagi bisa bicara. Anak? Taeil bahkan mengatakan anak mereka? Dia menatap tak percaya dengan jawaban Taeil tapi pria itu nampak tersenyum teduh dan penuh keyakinan.
"Pergilah ke kuil disana lalu mintalah berkat untuk pernikahan dan anak kalian. Supaya anak kalian terlahir sehat nanti..." Usul seorang pedagang yang membuat keduanya menoleh pada kuil yang ditunjuk pedagang itu.
"Mau?" Tanya Taeil pada Lia untuk memastikan. Terlihat Lia mengusap pelan perutnya sebelum akhirnya tersenyum mengangguk.
"Mau..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Me [✓]
Fanfiction"Menikahlah denganku. Mungkin aku tak bisa memberikan seluruh isi dunia untukmu, tapi aku siap memberikan seluruh hidupku sebagai penggantinya..."