Acara kelulusan itu sangat meriah. Para lulusan pun sudah dipanggil satu persatu untuk menerima ijazah dan mendali bagi yang memiliki prestasi membanggakan disekolah. Tapi entah saat pembagian mendali ataupun ijazah, satu sosok itu sama sekali tak terlihat. Bahkan hingga acara penutupan perpisahan pun tetap saja sosok yang dicari itu tak nampak.
Banyak yang menanyakan, banyak juga yang khawatir karena baru beberapa hari lalu mereka bertemu sebelum libur persiapan kelulusan. Saat itu, semua masih nampak baik. Tak ada yang aneh dari gadis berusia 18 tahun itu. Bahkan ia terlihat yang paling semangat untuk acaranya.
"Tapi dia tak datang..." Ucap seorang guru yang mengenal baik gadis itu. Gadis yang seharusnya mendapat mendali sebagai lulusan terbaik sekolah. Dengan nilai ujian,nilai sekolah dan nilai akhlak yang dianggap terbaik dibanding anak lainnya.
"Telfonnya tak aktif..." Ucap wali kelas dari gadis itu membuat perasaan salah seorang disana makin berkecamuk. Bohong jika dia tak peduli. Dia peduli, masih peduli, sangat peduli. Tapi dia tahu apa yang mereka lakukan salah. Apa yang dia mulai salah. Apa yang sudah terjadi juga salah. Tapi itu bukan alasan dia melupakan semuanya.
"Saya pergi dulu, pak,Bu. Saya ada urusan lain..." Ucapnya pamit pada yang lain lalu dengan langkah setenang mungkin ia keluar dari ballroom acara lalu menuju mobilnya. Melajukan kendaraan berharga mahal itu menuju satu titik yang sebenarnya ia sudah lama ingin datangi namun ia tahu itu salah.
Mobilnya ia parkir dan segera berjalan menuju lantai 3 dimana atensinya tertuju pada pintu kamar paling pojok. Dengan kunci yang selama ini tak pernah di tinggalkan, ia mencoba membuka pintu itu setelah tak mendapatkan jawaban dari ketukan pintunya.
Sepi. Ruangan itu nampak baru saja kosong karena aromanya masih ada namun wastafel dapur nampak kering yang artinya mungkin sudah berlalu beberapa jam.
"Lia?"
Ia mengecek bagian kamar mandi yang juga kosong. Namun bagian wastafel di kamar mandi membuat atensinya terkunci. Satu barang asing tak asing nampak ada disana dengan posisi tak presisi seperti diletakkan secara acak, atau terhempas begitu saja.
Menolak untuk siap menerima, tapi rasa penasaran dan insting membuatnya meraih benda itu lalu memastikan semuanya benar tidaknya.
Dua garis merah.
Satu hal yang paling ia tunggu-tunggu di keluarga kecil dengan istri yang sudah ia nikahi 5 tahun terakhir tapi nyatanya tanda itu muncul dari tempat tinggal gadis yang selama beberapa bulan terakhir ia tipu dengan status dan rayuannya. Tapi ia tak berbohong mengenai cinta dan perasaan yang ia rasakan selama bersama salah satu murid didiknya itu yang bahkan baru ia kenal setahun belakangan.
Gadis polos yang pintar dan menyenangkan saat diajak bicara, ia rusak masa depannya sekarang?
Segera ia meraih ponselnya dan mendial nomor seseorang dan kurang dari lima detik panggilannya sudah diterima.
"Kirimkan saya alamat rumah keluarga Choi Julia sekarang!"
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
With Me [✓]
Fanfic"Menikahlah denganku. Mungkin aku tak bisa memberikan seluruh isi dunia untukmu, tapi aku siap memberikan seluruh hidupku sebagai penggantinya..."