5

95 13 4
                                    

"dia tak datang semalam..." Jawab sang nenek yang juga khawatir dengan cucunya itu. Kemarin Lia mengabari akan datang malamnya namun hingga pagi menjelang cucunya itu belum tiba juga. Malah Mark yang mengaku saudara tiri Lia juga seorang pria bernama Taeyong yang mengaku sebagai guru Lia malah tiba lebih dulu.

"Ponselnya masih tak aktif..." Ucap Mark setelah menelfon lewat telfon rumah milik nenek Lia karena nomornya dan nomor Taeyong telah diblokir oleh Lia sendiri.

"Dimana kamu sayang..." Lirih sang nenek menatap ke arah pintu rumah yang terbuka. Sangat berharap bisa melihat cucunya itu muncul tiba-tiba menghilangkan segala kekhawatiran dari orang-orang yang menantinya itu. Taeyong merasa bersalah atas ini semua. Ia yakin Lia pergi pasti karena dirinya. Meninggalkan Lia saat gadis itu dalam masa terburuknya seperti pria bajingan tanpa perasaan.

"Lia biasanya datang menggunakan transportasi apa,nek?"

"Kereta. Biasanya jika dia datang, nenek akan menunggunya di stasiun. Tapi karena kemarin malam, Lia bilang tak perlu menunggu karena dia khawatir. Tapi malah dia yang tak berkabar sampai sekarang..." Ucap sang nenek yang membuat Taeyong merasa sedih juga. Menenangkan nenek Lia dengan usapan pelan pada punggung rentanya itu. Sungguh, semakin jauh dia mencari, semakin dia tahu bagaimana buruknya kondisi keluarga Lia. Dan diperburuk lagi olehnya.

Padahal gadis itu tak pernah menceritakan apapun padanya. Atau lebih tepatnya gadis itulah yang selalu mendengarkan ceritanya dengan baik hingga memberinya banyak nasehat. Tapi karena itulah kejadian yang seharusnya tak terjadi itu malah terjadi. Hubungan terlarang yang seharusnya tak ada entah diantara guru dan murid ataupun seorang pria beristri dengan gadis lain.

Gadis yang kini membawa darah dagingnya, keturunan pertama keluarganya yang sudah lama dinanti. Jangan tanyakan bagaimana pendapat keluarganya. Sejak kemarin taeyong sudah banyak sekali menerima wejangan dan kemarahan lewat telfon oleh keluarganya. Meskipun pada akhirnya orang tua, kakek dan neneknya memintanya membawa pulang penerus keluarga mereka itu segera.

Istrinya? Dia belum mengabarinya. Hanya mengatakan dia ada pekerjaan lain dari sang papa yang membuatnya tak bisa pulang. Pecundang memang. Tapi dia juga harus membicarakan bagaimana keputusan selanjutnya yang harus dia ambil dengan keluarganya langsung.

"Mark...! Kita cari ke stasiun. Siapa tahu ada yang sempat melihat Lia disana..."

Mark mengangguk lalu keduanya segera pamit dengan nenek Lia yang meminta bantuan supaya cucunya cepat ditemukan. Mark dan Taeyong pun hanya bisa memberi keyakinan kalau Lia pasti akan baik-baik saja setelahnya mereka pergi meninggalkan rumah nenek Lia itu.












"Ibu Min?"

Nenek Lia menoleh pada tetangganya yang baru saja keluar dari rumahnya itu. Melirik heran pada mobil mewah yang baru saja meninggalkan rumah wanita yang dia panggil ibu Min itu. Ya, mereka Memang sangat dekat. Selain karena bertetangga, ibu Min juga adalah satu-satunya warga desa yang membantunya disaat masa tersulitnya dulu. Seperti orang tua disaat dia kehilangan ibu dan ayahnya karena penyakit serius.

Bahkan dua tahun lalu nenek Lia memberinya tanah untuk mereka bangun rumah disebelahnya supaya mereka tak harus naik turun bukit lagi setiap hari. Nenek Lia juga tentu senang karena di desa biasanya rumah warga itu berjarak cukup jauh. Diusianya yang sudah senja, dia tentu senang jika ada yang menemani.


"Siapa itu, Bu?" Tanyanya khawatir mendekat ke arah ibu Min. Rumah merekapun tak memiliki sekat jadi bisa leluasa begitu saja. Lagipula, wanita beranak satu itu sudah nenek Lia anggap seperti anaknya sendiri juga.

"Kau tak ke stasiun?" Tanya nenek Lia yang dijawab gelengan pelan oleh wanita itu.

"Aku harus menjaga seseorang. Taeil tak akan bisa mengurusnya..." Ucapnya membuat nenek Lia mengerutkan alisnya.

"Siapa? Apa Taeil sudah menikah? Dan kau tak mengundangku, Seohyun?" Tanya nenek Lia mengalihkan pembicaraan yang dijawab tawa pelan oleh wanita itu.

"Bukan istri Taeil, Bu. Tapi seorang gadis. Gadis yang kami temukan di stasiun kemarin malam..."

Mendengar hal itu, jantung nenek Lia bergedup kencang dan memegang tangan Seohyun dengan paniknya.

"Gadis?"

"I-iya... Ada apa, ibu?" Tanya Seohyun ikut panik dan khawatir pada kondisi wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri itu.

"A-apa...apa gadis itu gadis remaja? Kulitnya putih, pipinya gembil,hidung mancung dengan eyesmilenya?" Tanya sang nenek terburu-buru.

"Ah...aku tak tahu, karena anaknya belum bangun dari pingsannya kemarin. Tapi kulit putih,hidung mancung dan pipi gembil,iya..." Ucap Seohyun yang membuat nenek Lia langsung berjalan cepat menuju rumah tetangganya itu. Seohyun yang tak tahu apa-apa pun mengikuti saja.


"Dimana dia?" Tanya nenek Lia yang sudah berada di dalam rumah Seohyun itu.

"Disana, Bu..." Jawab Seohyun sambil menunjuk sebuah pintu kamar yang terbuka dan segera saja nenek Lia melangkah terburu-buru kesana. Dalam hati dia terus berharap kalau gadis yang ditemukan tetangganya itu adalah cucunya. Dan benar saja, setelah masuk, ia bisa melihat Lia berbaring tenang dengan Taeil yang tengah menungguinya.

Tubuhnya terasa lebih ringan juga lemas karena lega hingga Seohyun harus membantunya supaya tak sampai terjatuh lalu menggiringnya untuk duduk di ranjang yang ditiduri Lia. Itu sebenarnya ranjang milik Taeil. Taeil yang mengalah tidur di sofa sekalian menjaga Lia.

"Cucuku..."


Mendengar hal itu, Seohyun dan putranya tentu kaget bukan main. Jadi gadis yang mereka selamatkan semalam itu cucu nenek Min?

"Nek...cucu nenek?" Tanya Taeil yang diangguki oleh nenek Lia. Dia meraih tangan Lia dan mengusap juga memberikan pijitan pelan disana.

"Kemarin dia bilang akan datang. Tapi semalaman aku menunggunya, dia tak kunjung tiba. Aku khawatir begitu juga dengan teman-temannya. Bahkan saat tadi temannya tiba untuk menanyakannya, Lia belum juga terlihat membuatku khawatir sekali..." Ucap sang nenek sedih.

"Maaf Bu kalau kami lancang membawanya pulang. Kemarin saat kami akan meninggalkan stasiun, gadis ini oleng dan pingsan di tangan Taeil. Jadilah aku meminta Taeil untuk—"


"Apa ini?"

Pertanyaan nenek Lia menginterupsi penjelasan Seohyun. Dia dan putranya saling menoleh lalu kembali menatap wajah serius sang nenek yang masih memegangi tangan cucunya itu.

"Ada apa nek? Apa terjadi sesuatu padanya?" Tanya Taeil yang ikut khawatir.

Nenek Lia tak langsung menjawab dan menatap bingung wajah cucunya itu dengan seksama.

"Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa?"










.
.
.





































With Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang