Chapter 09 | Ikuti Dalam Diam

315 23 0
                                    

Chapter 09 | Ikuti Dalam Diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 09 | Ikuti Dalam Diam

🎸🎸🎸

Apa kamu tidak takut karma? Sekarang kamu bilang benci, siapa tahu nanti berubah jadi cinta.

----------

"BERHENTI!" bentak Laluna berulang kali. Tapi, sampai detik ini Galaksi tetap bermain gitar dan menyanyikan sebuah lagu di depan Laluna. Dia tidak kunjung menghentikan kelakuannya itu meskipun Laluna sudah berteriak.

Di saat Laluna sedang sibuk mengikuti ekskul musik, tiba-tiba saja Galaksi datang dan menghampiri cewek itu. Ditambah dengan gaya pecicilannya, Galaksi terus saja menggoda Laluna.

Namun, tanggapan dari Laluna jelas menyiratkan rasa tidak suka kepada cowok itu. Hanya saja, Galaksi memang tidak kenal lelah jika demi seorang Laluna.

Ruang musik memang sedang sepi, karena Laluna dan beberapa anggota ekskul musik lainnya sudah menginjak kelas dua belas. Lebih memilih fokus untuk ujian nanti.

"Gue lagi ngajarin lo, Na." Galaksi tetap pada pendiriannya.

"Perlu berapa kali gue bilang?" Emosi Laluna memuncak. "Gue suka Antariksa!"

Galaksi tersenyum kecut mendengar itu. Ia mengubah posisi duduknya, namun kali ini tidak memperhatikan Laluna. la menatap langit-langit ruang musik dengan perasaan sesak.

"Apa salah, gue punya perasaan suka sama sahabat gue sendiri?" tanya Galaksi mengharapkan jawaban dari bibir mungil milik cewek itu.

Namun, tak ada tanggapan darinya, Laluna malah sibuk dengan dunianya sendiri. Dunia yang sepi dan kelam. Dadanya sudah naik-turun, tak tentu perasaan yang ada di hatinya saat ini. Sesuatu mulai menumpuk di kelopak mata, siap tumpah kapan saja.

"Dari dulu sampai sekarang sebenarnya gak ada gue kan, Na, di hati lo? Karena lo itu benci sama gue. Iya, kan?" Galaksi tersenyum pahit memandang sahabatnya itu. "Karena selama ini yang lo anggap cuma Anta."

Namun, memang tidak ada yang perlu dijawab. Karena Laluna sudah menghilang dari ruang musik. Cewek itu pergi meninggalkan Galaksi yang hidup dengan banyak harapan, salah satunya untuk bisa terus bersama Laluna.

"Ternyata benar. Lo emang benci sama gue," ucap Galaksi sembari tertawa hambar. Menertawakan diri sendiri yang terlihat begitu lemah di depan cewek itu.

Sementara di lain tempat, Kayla mengoceh cukup keras di telepon. Beradu mulut dengan mamanya.

"Mama jemput Kayla dong," rengek Kayla berulang kali di telepon. Nadanya memelas dan terus-terusan memohon pada mama tercintanya.

Memang, saat ini mamanya sedang sibuk menyiapkan keperluan papanya yang akan kembali dinas keluar kota. Kayla sudah berpikir kesal sejak tadi karena ia tidak terbiasa naik angkutan umum.

OUTWITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang