Chapter 21 | Memeluk Erat
🎸 🎸 🎸
-------------
Kayla masuk ke dalam kelas dengan wajah lesu. Tangannya masih memegang dokumen yang ditolak begitu saja oleh Bu Dina. Padahal ini adalah kesempatannya membuktikan bahwa ia murid terpintar, murid yang bisa diandalkan oleh seluruh warga sekolah. Tapi kenapa harus Galaksi yang mendapatkan kesempatan itu lagi?
Selama jam terakhir pelajaran, Kayla diliputi emosi. Ia tidak tahu harus berusaha bagaimana lagi. Kehadiran Galaksi membuatnya sulit mendapat predikat nomor satu.
Masih dalam keadaan gusar, Kayla menahan agar air matanya tidak keluar.
"Kay, lo kenapa?" tanya Tatya yang heran melihat perubahan sikap sahabatnya itu setelah kembali dari ruang ketua jurusan.
Kayla diam, sakit hati akibat penolakan itu masih membekas di hatinya. Ia merasa bahwa kepandaiannya sudah tidak diakui lagi. Kayla benci semua ini. Tepatnya, ia benci kepada Galaksi.
Sementara itu, Tatya mengusap-usap punggung Kayla agar cewek itu tenang. Sebab dia tidak tahu harus melakukan apa, karena Kayla belum menceritakan masalahnya.
Bukannya merasa tenang, Kayla justru menoleh ke belakang. Emosinya makin memuncak. Ia bangkit dari tempat duduk, membawa serta dokumen miliknya, dan berjalan menghampiri Galaksi.
Galaksi mendongak, menatap mata seseorang yang tengah berdiri di sisi bangkunya.
"Gue benci sama lo, Gal!" Kayla melempar dokumen itu ke wajah Galaksi, hingga beberapa lembar kertas di dalamnya berjatuhan. "Lo udah hancurin harapan gue!"
Belum sempat Galaksi bereaksi, Kayla sudah lebih dulu berlari keluar kelas sambil menangis. Membuat Galaksi akhirnya mengambil satu kertas yang terjatuh, keningnya berkerut. Matanya melirik ke meja, di mana terdapat kertas yang sama seperti milik Kayla. Tak butuh waktu lama bagi Galaksi memahami apa yang jadi akar dari permasalahan ini. Ia dengan cepat keluar kelas mengejar Kayla.
Cukup lama Galaksi memutari gedung IPA, dan akhirnya menemukan Kayla di rooftop. Cewek itu terduduk di sebuah kursi memanjang sambil menangis. Galaksi melangkahkan kaki mendekati Kayla.
Sambil memperhatikan wajah cewek itu dari samping, Galaksi berkata, "Lo mau ikut perlombaan itu?"
Kayla yang terkejut dengan kedatangan Galaksi pun menoleh. "Ngapain lo di sini? Pergi sana, gue mau sendiri!"
Namun, Galaksi malah terkekeh. Lalu ia menatap cewek itu lagi. "Harusnya gue yang ngomong gitu. Karena sebelum lo, tempat ini udah jadi milik gue duluan."
Kayla membuang muka. Rasanya mau ditanggapi pun percuma. Tidak ada yang bisa mengubah keputusan Bu Dina. Perlombaan itu adalah perlombaan fisika tingkat nasional. Lomba ini bukan hanya bisa membuatnya diakui sebagai murid terpandai di Schakel, melainkan satu Indonesia pun bisa mengakuinya begitu.
"Lo mau ikut lomba itu?" Galaksi mengulang pertanyaan, masih betah memperhatikan wajah cewek di sampingnya. "Gue bakal kasih kesempatan itu buat lo."
Mata Kayla terbelalak sempurna. Ucapan Galaksi membuatnya sulit berkata-kata. Apa barusan ia tidak salah dengar? Galaksi akan memberikan kesempatan besar itu untuk dirinya?
"Tapi harus ada timbal baliknya," lanjut Galaksi. Kayla langsung lemas. Entah timbal balik apa yang dimaksud oleh cowok itu, yang pasti ini adalah kesempatan yang harus diperjuangkan Kayla.
* * *
Hujan mengguyur deras bumi sore ini. Beberapa murid Schakel pulang dengan dijemput sopir masing-masing tanpa perlu mencemaskan air hujan. Laluna berdiam diri, memperhatikan setiap tetes hujan yang meluncur dari atap sekolahnya. Dulu hujan adalah hal yang indah, tapi sekarang semuanya berubah. Hujan menjadi hal yang paling dibenci sekaligus dirindukan Laluna.
Laluna menengadahkan tangan, membiar tetes-tetes air membasahinya. Kemudian, tubuhnya perlahan maju ke tengah-tengah hujan, seolah hujan mampu meluruhkan semua masalahnya. Dalam dinginnya suhu udara saat itu, Laluna memaksa tubuhnya tetap bertahan, dan berharap esok ia tidak sakit.
Namun, Laluna tahu itu mustahil. Rasa sakit hatinya juga semakin mendalam. Tapi, kepada siapa lagi ia akan mengadu tentang cerita gelap hidupnya? Laluna hampir menyerah untuk memanjatkan doa, karena Tuhan tak kunjung mengabulkannya. Yang ia butuhkan saat ini adalah seseorang berada di sisinya.
Yang Laluna butuhkan ialah Antariksa.
Cowok yang dengan semangat mengajaknya berlarian di bawah hujan. Cowok yang hangat, tapi selalu menyukai hal- hal yang dingin. Saat itu, apa yang disukai Antariksa juga disukai Laluna.
Tak tahu kalau sekarang.
* * *
Kayla bergegas bangun dan pergi dari rooftop karena hujan mulai turun. Namun, langkahnya tertahan karena Galaksi memegang tangannya.
Galaksi menarik tangan Kayla hingga mereka saling berhadapan. Cowok itu terus menghapus jarak di antara mereka. Kayla mendongak, berusaha menatap Galaksi meski hujan menghalangi pandangannya.
Selama beberapa saat mereka berpandangan.
"Gal, ini ... dingin." Kayla mulai gemetar.
Tiba-tiba, Galaksi meraih pinggang Kayla, lalu beralih menatap wajah cewek itu dengan lama.
Dahi mereka kini bersentuhan. Galaksi merasakan badan Kayla yang menggigil, tapi ia tidak menghentikan semua ini.
"Gue butuh pelukan lo, Kay," lirih Galaksi di bawah tetes air hujan yang makin deras. Ada kesedihan pada nada bicaranya.
Kayla tidak tahu apa masalah yang tengah dihadapi Galaksi. Yang ia tahu hanyalah cowok itu sedang menyusun sebuah rencana. Tapi Kayla menggerakkan tangannya dan melingkari leher Galaksi. Dengan jarak sedekat dan udara sedingin itu, Kayla memberikan kehangatan untuk Galaksi dengan sebuah pelukan.
Dan, Galaksi tidak tahu apa yang terjadi pada hatinya ketika Kayla memeluknya dengan erat.
🎸 🎸 🎸
Gimana chapter ini menurut kamu?
SEMOGA KAMU SUKAAA
NEXT?
VOTE!
KOMEN!
SHARE ke teman-teman kamu!
TERIMA KASIH
FOLLOW MEDIA SOSIALKU
KAMU SEDANG MEMBACA
OUTWIT
Novela JuvenilKasar, manis, pendiam, baik, galak, dan mengerikan merupakan karakter yang cocok menggambarkan seorang Galaksi. Cowok yang punya banyak kepribadian, terutama saat berada di dekat Kayla. Sedangkan Kayla, cewek cantik dan cerdas itu justru sangat memb...