2. Kesempatan Tipis

374 75 37
                                    

AUTHOR POV



























"Irene...."

"Ohhh jadi jenenge Irene, yes aku wes reti!!"

"Sha, sejak kapan kamu disitu?"

Erisha mengendikkan bahu nya dan menatap kakak nya dengan tatapan mengejek, "Mau tau aja!! Kepo aja!!"

"Hem. Kok belum tidur?"

"Aku ki lagi mikir sih mas, biasanya mas itu kalo dari masjid langsung ke rumah tapi kok tadi pulang nya dari arah yang beda, mas??"

"Erishaa, shut. Kamu ngikutin mas ya?"

Erisha berjalan dan duduk di kasur kakak nya, "Gini lho mas Fergi, udahlah mas habis nganterin mbak Irene kan?"

"Mas itu ngga pernah nganterin lawan jenis, apalagi sampe ke rumah mereka. Coba deh, mau aku telponin temen-temen cewe mas waktu kuliah biar mereka bisa kasih bukti??"

Fergi terdiam dan mengelus tengkuk nya, benar juga dia baru sadar. Ini adalah pertama kali dalam hidup nya dia begitu dekat dan perhatian sama lawan jenis selain adik dan ibunya.

"Astagfirullahaladzim," lirih Fergi.

Erisha hanya menatap raut wajah kakak nya, "Ngene lho, mas. Aku emang masih bocah, tapi aku nduwe pikiran."

"Kalo mas beneran ada rasa sama dia, mending cepetan dihalalin mas."

"Erisha, jangan sembarangan ngomong."

"Lah sembarangan piye sih??" tanya Erisha bingung, "Yowes nek mas pengen pacaran ya ngga apa sih, cuman mas tau sendiri ayah gimana."

"Oiya ngomongin ayah yo,"

Fergi langsung serius dan pasang telinga gede-gede mendengar ucapan Erisha, "Kenapa dek?"

"Tadi to, mas. Orang tuanya mbak Jihan main ke rumah, ngobrol sama ayah. Aku ngga tau persis sih ngomong opo, tapi yang jelas nyebut-nyebut perjodohan gitu."

"...."

"...Perjodohan?"

"Iya," Erisha mengangguk dan melihat raut terkejut kakak nya, "Mas mending cepetan kenalin mbak Irene itu mas, bawa dia ke rumah."

"Aku bukannya ngga suka mbak Jihan, tapi ya gimana ya. Aku ngga mau mas kesayangan ku ini berakhir dijodohin, karena rasa sukanya itu ngga natural, kayak terpaksa."

Fergi memijat pelipis nya, kepalanya pening mendengar ucapan adik nya. Jihan Azkya- ya dia kenal perempuan itu. Jihan terkenal supel dan dikenal banyak orang di sekitar lingkungan tempat ia tinggal, memiliki wajah rupawan begitu pula dengan tutur kata nya yang sopan.

"Jihan perempuan yang baik."

"Lah iya siapa juga yang bilang dia jahat, mas??" Erisha frustasi, "Wes to mas, jangan labil. Aku tuh tau kalo mbak Jihan suka sama mas."

"Jangan dzolim sama perempuan mas, hati kaum hawa itu sangat sensiiiiitif bener-bener setipis tisu terus dibagi tujuh."

"Comel banget," Fergi menepuk pelan pipi Erisha, "Yaudah sana tidur, biar ngga kesiangan bangun nya."

"Ya mas, selamat bergalau ria ~" ejek Erisha lalu beranjak pergi dan menutup pintu kamar kakak nya.

Fergi kembali tenggelam dalam pikiran nya, monolid nya menatap langit-langit kamar. Bayangan perempuan dengan doe eyes indah itu tergambar jelas dalam benak nya, bagaimana cara Irene tersenyum padanya, perhatian padanya, suara lembut nya yang terngiang jelas di telinga nya.

Dear, Fergi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang