6. Alisha Irene Adriella: Aku Mencintaimu, Fergi

382 67 28
                                    

Disclaimer: Ada gila-gilanya juga gue, semalem update WWE versi pasutri sekarang update ini berasa lagi ngelakuin penebusan dosa. Btw, baca juga yang FF si Justice For Us ketemu sama lawyer Elgi sabi kali gaes, gue jamin ini happy ending deh. (ya gak, Jihan?)













































































AUTHOR POV

















~sore hari di rumah Irene~









"Mbak, aku ngga ke rumah dulu yaaa ada tugas di lab nihh nanti mas Fergi kesana kok habis ngajar bocah masjid."

Irene tersenyum membaca chat dari Erisha, anak itu benar-benar perhatian padanya. Erisha mungkin terlihat bar-bar dan ceplas-ceplos gampang emosi sama orang yang dia ngga suka, tapi sekalinya Erisha nyaman dia bener-bener totalitas ngasih perhatian.

"I...ya...." Irene menekan huruf demi huruf di keypad nya dengan susah payah karena ia hanya mengandalkan tangan kiri nya saja. Sulit memang menjalani hari-hari tidak dengan tangan dominan nya, tapi harus tetap dia jalani.

Irene menaruh ponsel nya di meja dan pandangan nya kembali fokus pada jalanan depan rumah, membayangkan sesosok laki-laki dengan sepeda sederhana nya berdiri disana dengan dia yang selalu senantiasa menyeka keringat laki-laki itu dengan sapu tangan nya.

Irene tidak mengirim pesan atau bahkan menelpon Fergi, dia tidak ingin menganggu pekerjaan Fergi. Toh, dia juga yakin kalau sehabis mengajar anak-anak TPA pasti Fergi langsung ke rumah dan membawa masakan buatan ibu untuk nya.

"Eh itu namanya adzan ya," gumam Irene tatkala mendengar alunan kalimat suci yang dilantunkan dari masjid tempat Fergi biasa mengajar. Ya benar, waktu sudah memasuki waktu maghrib dan seusai sholat Fergi akan ke rumah nya.

"Katanya Erisha pas maghrib harus di dalem rumah, biar ngga ditempelin hantu." gumam nya lagi penuh kepolosan, dia beneran percaya sama perkataan Erisha. Iya sih niat anak slengean itu emang baik tapi caranya agak laen aja.

Irene perlahan berdiri dan meraih knop pintu lalu masuk ke dalam dan menutup nya. Baru saja dia hendak melangkah ke kamar, tiba-tiba saja terdengar suara deru mesin mobil yang seperti nya berhenti di depan rumah.

Irene mengernyitkan dahi, ini jelas bukan Fergi yang datang.

Irene sedikit ketakutan, bagaimana tidak dia sendirian dan seperti nya pemilik mobil ini menghampiri dia dengan niat yang kurang baik, terdengar dari suara langkah kaki nya yang keras dan dihentak-hentak.

"Buka."

'J...jihan?'

"Buka pintu nya, Irene. Aku mau ngomong sama kamu."

Irene mencoba berpikir yang baik-baik dan kemudian dia membuka pintu rumah nya, mendapati tatapan Jihan yang begitu tajam dan menusuk padanya.

"Jihan, ada apa?"

"Cih, ada apa?" tanya Jihan, memutar bola matanya kesal dan mendorong bahu Irene dengan kasar.

"A-aww," ringis Irene menahan sakit di tangan kanan nya, kebingungan dan ketakutan mulai merayapi nya saat ini.

"Kamu ngadu sama Fergi? Iya??"

"Hm? Jawab!!" gertak Jihan dan semakin kuat mencengkram lengan Irene, "Ngadu sama dia kalo yang nabrak kamu itu perbuatan keluarga aku gitu, ya??"

Dear, Fergi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang