14. Mas

366 67 46
                                    

AUTHOR POV

















Beberapa bulan kemudian.







"Walaahhh suwe tenan buka pintu ne?!!"

"Mbak, Mbak Jihan!!"

Erisha ngga berhenti mengetuk pintu berbahan jati itu, sampe kepalan tangan nya memerah karena ngga kunjung dibuka sama si pemilik rumah. Di satu tangan nya dia mengenggam sebuah kertas yang dilapisi plastik bening dan terdapat nama Jihan disana sebagai penerima kertas ini.


Erisha hampir aja kejengkang ke depan pas akhirnya pintu dibuka juga, tapi bukan sama sosok yang dia panggil-panggil sejak tadi.

"Weh, mbak mu neng ndi e Wy??"

"Udu urusan mu, Sha. Wes ngopo neng kene?? Ganggu wong turu ae cok!!"


"Asu iii," umpat Erisha pada Alwy si adik Jihan alias yang bikin kakak ipar nya cedera itu.

"Heh rungokke, yo su. Mas ku kurang baik apa ngundang mbak mu buat dateng ke nikahan dia??"

Alwy menatap tajam Erisha dan menggelengkan kepalanya dengan angkuh, "Halah ngopo dateng, mbak ku mending ngga usah dateng daripada mbak ku dipermalukan disana."


"Suudzon o terus, Wy!! Ncen kowe ro mbak mu podo ae kelakuan ne!!" teriak Erisha dan melempar undangan pernikahan kakak nya tepat ke wajah Alwy.

"Nek mbak Jihan ngerti adab, dia kudune dateng sih. Eh, kalo beneran paham agama sih." timpal Erisha dengan senyum sinis nya sebelum ia melajukan motor nya dari halaman depan rumah Jihan.

Alwy terdiam dan perlahan tangan nya meremas undangan itu kuat hingga lecek, dan menutup pintu dengan keras.


Alwy menyaksikan semuanya. Ia menyaksikan semua penderitaan kakak nya selama ini, bagaimana kakak nya yang tidak terima atas perjodohan nya dengan Fergi tidak dilanjut, kakak nya yang melakukan segala cara untuk terus membuat Irene menderita demi memuaskan ego nya.

Namun semua yang dilakukan itu tetap sia-sia, kakak nya tetap tidak bisa mengubah keadaan dan harus mengakui bahwa dia kalah dan tidak bisa menyingkirkan Irene dari Fergi. Inilah yang membuat kakak nya stress dan sudah beberapa hari terakhir ini tidak ingin ditemui oleh siapapun.

Berbagai cara sudah dilakukan oleh Alwy dan ayah, tapi tetap saja Jihan masih dikuasai rasa ego nya dan tidak berhenti memikirkan berbagai rencana demi rencana jahat nya untuk membuat Irene menderita dan atau bahkan pergi dari hidup Fergi.


"Keluarga tidak tau diuntung, aku ngga akan diam apa yang telah mas Fergi perbuat pada kakak ku hingga menjadi seperti ini." gumam Alwy dan membuang kertas undangan tersebut ke tong sampah.

Dear, Fergi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang