DASAR LABIL!

121 7 0
                                    

Thea Divisi B
Online

< okayy, Rii^^

Today

Yakin gak mau kesini? >
April udah di jalan, gue nyuruh dia
buat jemput lo juga, ya!

Susah ngomong sama lo! >
Keras kepala! Kayak Radit!

Lama-lama gue gak >
restuin lo berdua!
Kalo nanti akhirnya
lo ngemis-ngemis sama Radit!

< Lo gak jelas, sumpah!
Siapa juga yang bakalan
Ngemis-ngemis....

< harusnya lo sama April
Yang diem!

< niat gue di kantor cuman
Buat kerja!

Iya-iya, >
gue bintangin 3 chat lo yang ini!




Sebuah tangan berhasil menepuk pundak pemuda yang sedang memaki-maki layar handphonenya, "Ri... " panggil gadis ini.

Ketika Rio berbalik. Keduanya sontak saling berhadapan. Raut wajah penasaran milik April sejenak mampu membuat bibir Rio melengkung dengan manis.

"Udah siuman?"

"Udah, sih..." sahut Rio lantas mengangguk pelan.

Mereka pun sama-sama melirik ke arah pintu ruangan dimana Radit sedang berbaring di dalam sana.

"Gue mau ngomong sama dia!" ujar April seraya hendak melangkahkan kakinya.

Melihat hal tersebut, Rio tidak tinggal diam. Ia lantas menghalangi jalan gadisnya sambil memegang kedua bahunya. Tatapan yang Rio berikan menggambarkan sesuatu yang sulit April jabarkan. "Kenapa?"

"Ada baiknya, mending gue duluan yang tau tentang apa yang mau lo omongin...."

Ketika kedua rungu April mendengar ucapan tersebut, sontak kedua alisnya hampir bertemu dan keningnya berkerut.

"Pril?" Rio masih tetap berusaha menghalangi langkah kaki gadisnya.

"Apa sih, lo aneh banget! Gue mau jelasin sesuatu!"

***

Entah sudah keberapa kali Rio berdecak sebal. Rasanya semua perhatiannya kepada Radit tidak disambut baik. Pemuda yang baru saja siuman itu sangat sombong tidak mau mengakui keberadaannya.

"Pantesan tuh cewek malahan makin songong.... " ketus Rio masih mengungkit informasi yang mereka dapatkan dari April sekitar setengah jam yang lalu.

Detik ini, Rio berdecak lagi. Ia mulai gondok karena Radit benar-benar mengabaikannya. Pemuda itu hanya terduduk sambil mengotak-atik handphone digenggamannya

"Kayaknya itu akal-akalan dia aja pake testpack palsu!" imbuh Rio masih memanasi agar perhatian Radit teralihkan kepadanya. Ia kini tidak memihak bahkan sangat amat tidak setuju jika Radit dan Althea akhirnya bisa bersatu.

Rasa kesalnya terhadap Althea semakin menggunung. Bagi Rio, gadis itu hanya akan menjadi masalah serius di kemudian hari bagi kehidupan Radit, sahabat oroknya.

"Oh ya, lo gak mau balik lagi kerja? Kantor sepi anjir gak ada lo?" kali ini Rio sudah benar-benar tidak tahan hanya dijadikan debu oleh sahabatnya. Ia rasanya ingin bekerja dibawah tekanan bersama Radit lagi. Kantor benar-benar sepi tanpa Radit, begitu ucapan hati mungil Rio yang menangis.

Untuk ucapannya kali ini. Dengan cepat Rio nyengir kuda saat Radit berhasil melirik padanya.

"Nomornya Althea lo hapus, ya?" tanya Radit mengacungkan handphone boba miliknya.

BE MINE (3) | HUANG RENJUN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang