TEMAN TAPI PDKT

165 8 4
                                    

Radit berteriak heboh, ia cepat-cepat mencegah Althea yang hendak membawa 2 tangkai bunga mawar yang dirinya berikan, "Gak boleh dibuang.... Harusnya lo bisa menghargai pemberian orang. Ambil dong!"

Althea berdelik. Ia mendengus kesal.

"Gak ada temen yang ngasih bunga ke temennya yang lain!"

"Ada, kok!" sanggah pemuda ini menarik bunga dari tangan Althea lalu memberikannya ulang sambil memaksanya menerima dengan baik.

"Apalagi ini bunga mawar!"

"Ohh, lo gak suka? Atau ada alergi di bunganya? Atau—"

"Gue gak suka dikasih hal-hal berbau kebucinan!" tegas Althea dongkol. Ia segera berbalik badan lalu kembali berjalan menuju ruang kerjanya sambil memegang kedua tangkai bunga itu dan merematnya dengan kuat.

Melihat pergerakan Althea yang menjauhinya, kini Radit segera menyusul juga. Ia menyeimbangkan langkah mereka dan terus membujuk gadis yang memunggungi dengan berjalan cepat.

"Gue gak bucin sama lo. Kita temenan, kan?"

"Gak ada temenan yang kayak gini, Dit!" lirik Althea semakin pusing. Tadi ketika jam istirahat tiba, mungkin Althea bisa sedikit merasa lega, namun ia tidak tahu jika Raditya ternyata kembali lagi. Tentu bukan kembali bekerja, dia kembali hanya untuk hal tidak penting, memberikannya bunga.

"Lo lupa tujuan gue apa? Ngebuat lo suka balik sama gue, kan? Dan ini sebagian dari usaha gue...."

"Tapi lo ngeganggu, Dit!" sahut Althea lagi. "Lo bisa bikin pekerjaan gue buyar!"

"Yaudah jangan dikerjain, gue bisa kasih lo uang berapa pun lo mau!" karena kesal, akhirnya Radit menghentikan langkah sambil bersidekap. Matanya melirik ke arah yang berlawanan dengan keberadaan Althea.

"Lo ngerendahin gue?"

"Gue gak niat kayak gitu... Gue lagi usaha buat bikin lo suka balik!"

"Tapi sebaliknya, lo malah ngehambat aktivitas gue.... " untuk kali ini Althea berbicara dengan pelan dan penuh perhatian.

"Okayy.... Tinggal buang bunganya, selesai?"

Althea semakin tidak mengerti, ia mengerutkan kening.

Respon Radit yang tiba-tiba berubah dengan meninggikan suara. Badannya dengan cepat berbalik dan ia kembali berucap sebelum dirinya menjauh, "Sorry kalo sempet mengganggu.... Gue juga udah mau pulang, kok!"

***

Kepalanya menyandar pada sandaran kursi kemudi. Matanya terpejam kuat, sementara stir di hadapannya terus saja ia pukul berkali-kali.

"Arghh!!!"

"Kenapa gak ada satu orang pun yang mau nemenin gue?"

Dengan gemetar, tangannya meremat stir kemudi. Radit membuka matanya dan menatap tajam lurus ke depan. "Mau lo apaan sih, Radit! Payah banget hidup lo! Bangsat!" selepas umpatan terakhirnya yang terucap, Radit pun mulai menyalakan mesin mobil. Ia harus segera merebahkan tubuh pegalnya. Menjernihkan pikiran atau mungkin mabuk lagi seperti beberapa waktu lalu.

***

"Ehh... "

April menghentikan langkahnya saat ia melihat Althea berjalan pelan menuju pintu utama untuk keluar gedung.

"Dari Radit, ya?" tanya April melirik senang bunga yang sempat Althea cium aromanya.

"B-bukan... Iya...." Althea terbata-bata dan akhirnya mengakui. Sorot mata Althea berubah malas ketika melihat ada sosok Rio disamping sahabatnya.

BE MINE (3) | HUANG RENJUN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang