RUANG KECIL UNTUK RADIT?

175 9 1
                                    

Benar kata Radit. Tidak ada penolakan atas ajakannya mengajak jalan Althea.

Sekitar pukul 8 malam, berlokasi di sebuah tempat makan yang berada di pinggiran jalan. Radit masih menunggu dengan sabar gadis dihadapannya menghabiskan makanan.

Gadis yang memakai piyama tidur, sendal jepit dan rambut yang disempol berantakan. Wajah bantal Althea kini sudah berganti dengan tatapan datar. Selama mereka dalam perjalanan sampai saat ini, keduanya tidak ada yang membuka pembicaraan terlebih dulu.

"Kayaknya alurnya gak seharusnya kayak gini, kan?" ucap Radit mengambil tissue yang tersedia. Ia masih memperhatikan gerak-gerik Althea yang masih sibuk mengunyah makanan bahkan sampai menyeruput kuah soto miliknya.

Setelah Radit mengelap kuah miliknya yang tak sengaja berceceran diatas meja, kini ia mengumpulkan tissue kotor tadi didekatkan pada mangkuk miliknya.

Sejenak Radit mengulas senyuman lalu mengulurkan tangan untuk menggebrak meja cukup kuat tepat disamping mangkuk soto milik Althea.

"Lo ngomong dong! Jangan diem terus!" sentaknya.

"Iya, seharusnya kita gak kenal... Itukan alurnya...." sahut gadis ini berani mengangkat wajah untuk menatap datar kepada Radit.

"Enggak, gue seneng bisa kenal lo...."

"Lo belum bisa maafin gue atau belum bisa nerima gue?" tanya pemuda ini seraya mengerutkan keningnya.

"Buat masalah kemarin, seharusnya udah clear, kan? Gue janji gak bakalan bikin lo cemas lagi.... "

Radit dengan pelan menghela nafasnya. Ia mengubah tatapannya menjadi lebih lembut. Senyuman manisnya ia perlihatkan dan tangannya berusaha meraih jemari Althea yang masih memegang sendok, namun usahanya tidak berhasil. Althea telah lebih dulu menjauhkan dirinya dari jangkauan Radit.

"Setelah ini kita bisa saling kenal dengan cara yang benar...." bisik Radit tersenyum penuh pengharapan.

Sepertinya Radit sudah benar-benar jatuh pada pesona batu yang Althea perlihatkan.

"Al? Lo gak percaya cinta, ya?"

Althea tetap diam tidak berminat untuk menanggapi. Namun tatapan matanya tetap membalas tatapan Radit.

"Apa? Gak percaya?" Radit bertanya sekali lagi.

"Percaya.... " sahut gadis ini singkat.

"Bagus... Berarti lo bisa percaya kalo gue mulai serius sama lo dan gue bisa buat lo ngebales—"

"Gue gak percaya ketika ada orang yang mencintai gue..." Althea menyela ucapan Radit dengan menekan setiap katanya.

"Setiap orang pasti punya tujuan dari mencintai, kan? Sekarang lo ingin apa dari gue? Tujuannya? Lucu banget kalo tiba-tiba lo suka sama mantan barang sewaan lo.... Gue kan cuman disewa buat jadi pacar pura-pura lo kemarin, kan?"

Radit mengangguk seraya menyeringai. Ia mulai meraih gelas besar yang berisi teh dingin miliknya lalu menyeruput sedikit.

"Lo gak bisa menyamaratakan tujuan semua cowok saat si cowok berusaha buat deketin ceweknya...." Radit menjelaskan agar Althea mau membuka isi pikirannya.

"Tapi faktanya gitu... Kemarin lo minta gue buat pura-pura jadi—"

"Lupain hal itu... Gue bilang, kita mulai dengan cara yang baik...." dengan nada yang menyentak kuat, Radit berhasil membungkam ucapan Althea bahkan sebelum gadis itu selesai berucap.

BE MINE (3) | HUANG RENJUN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang