BE MINE ✨

361 8 4
                                    

"eugh... Ahh...."

Tubuh gadis itu menggeliat pelan. Matanya yang terpejam perlahan terbuka, sorot mata itu jatuh menatap lurus pada sebuah jam yang dipajang pada dinding kamarnya.

Matanya melebar dan ia terduduk seketika.

"Althea!"

Gadis ini melirik ke seluruh penjuru kamarnya. Selimut yang membelit tubuhnya kini sudah ia hempaskan.

"Al!" suara seorang wanita di luar kamarnya masih terdengar dengan sesekali mengetuk pintu.

"Mau martabak, gak?"

Althea memejamkan matanya lalu merusak tatanan rambutnya yang sudah kusut. Bajunya sudah tersingkap dan celananya terasa lembab.

"Ha... Anjir!!!" umpatnya menggelengkan kepala.

"Aah basah...." sesalnya setelah ia meraba celana bagian selangkangan. Deru nafasnya yang memburu harus segera ia kendalikan walaupun jantungnya berdetak tak karuan.

"Tapi kenapa mimpi main sama Radit? Mana detail banget, sialan!" bisiknya yang sesekali melirik ke arah pintu kamar yang dirinya kunci.

"Dari siapa?" sahut Althea bertanya.

"Radit! Dia nungguin kamu dari tadi. Mau ngajak jalan." kedua mata Althea kembali melebar. Mulutnya yang terbuka langsung ia tutup dengan telapak tangan.

Gadis ini sekarang masih diambang kebingungan. Ia sulit membedakan mimpi dan kenyataan. Di mimpi, dirinya seperti benar-benar diberikan kejutan ultah dari Radit.

"Tapi dah balik lagi, karena kamu gak denger kayaknya. Atau kalian ada masalah ya, berdua?"

Cepat-cepat Althea meraiy jaket hangat miliknya dan tidak lupa mengambil celana baru untuk mengganti celananya yang basah. Ternyata ia sudah satu jam tertidur pulas semenjak April mengabarkan bahwa janji mereka bertemu batal mendadak.

"Dia udah lama perginya?" tanya Althea membuka pintu kamar lalu mendekati sosok wanita yang sedang asyik menonton TV sambil memakan martabak.

"Baru kayaknya! Kenapa?" tanya Mama melirik Althea dengan pipi mengembung karena makanan masih dikunyah.

***

"Anjir... Udah jauh berarti! Mobilnya juga udah gak ada asapnya. Aishh...."

Althea menghentakan kakinya ke aspal jalanan. Ia berkacak pinggang sambil memperhatikan kanan-kiri tepat di depan pagar rumahnya. Rambutnya yang sudah rapih kembali ia jambak perlahan. Kepalanya menunduk dan kaki yang menggunakan sendal kini berhasil menendang kerikil jalanan.

Wajahnya terlihat murung dan hatinya terasa menclos.

Satu yang kini dirinya yakini, yaitu ada sesuatu yang harus ia ungkapkan dengan cepat. Sebenarnya ia sudah lama menaruh rasa dan selalu menepisnya, namun Radit mampu mengembalikan rasa nyaman itu ketika Althea sudah hampir menyerah dalam mencintai seseorang.

Dari kejauhan sebuah sorot lampu kendaraan menyentuh tubuh Althea sampai gadis ini tidak menunduk lagi. Matanya seketika menyipit saat sorot lampu itu begitu terang.

"Aaa!!!"

Beberapa kali suara klakson berhasil dibunyikan. Pemuda dari balik topi itu terkekeh dan membawa motornya berhenti tepat di hadapan Althea.

"Nyariin gue?" tanya pemuda itu membuka topi lalu memperbaiki rambutnya dengan menyisir ke belakang kemudian memakai topi hitam itu kembali.

"Dih... Gila aja!" sontak Althea membuang muka dan meremat jaketnya. Ia menutupi tubuhnya dari dingin malam ini.

BE MINE (3) | HUANG RENJUN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang