Nerve : Chapter 6

21 2 3
                                    

Di malam yang sama ada Indira yang sedang membantu pasiennya untuk berjalan menuju kursi roda. Indira adalah seorang dokter spesialis ortopedi di rumah sakit swasta Jakarta yakni Siloam.

"Kamu perlu lima langkah lagi. Bila kamu cukup latihan maka kamu akan terbiasa dengan pin yang tertempel di tulang betis kamu." ucap Indira ke seorang pasien.

Pasien itu pun berhasil duduk di kursi rodanya. Indira pun berucap kembali.

"Yap, bagus."

"Makasih, Bu dokter." ucap pasien perempuan rambut panjang itu.

Ponsel Indira pun berbunyi dan ia melihat ada notifikasi dari Bank Daerah Bisnis Jakarta. Ia pun sangatlah terkejut karena rekening m-banking nya menambah deposit dua juta rupiah.

"Ada yang mengirimkan Kei uang." gumam Indira curiga.

Pasien perempuan itu di dorong oleh keluarganya lalu pasien itu bergumam.

"Problema orang-orang Tionghoa."

Indira melihat isi saldo dalam rekeningnya yang bertambah deposit sampai tujuh juta rupiah hasil Keira berhasil melakukan dua tantangan sebesar dua juta dan lima juta rupiah.

"Apa yang dia lakuin?" gumam Indira kembali.

*****

Sedangkan di ITC Tanah Abang banyak sekali orang-orang dari berbagai suku datang untuk berbelanja dan berjualan.

Keira melihat tas-tas dan baju-baju yang terpampang di etalase maupun hangar.

Keira mendengar ada orang padang yang baru saja selesai menjual parfum.

"Kau udah ambo beri nota. Terimakasih banyak udah berbelanja semoga hari kau menyenangkan."

Keira pun menghampiri orang Padang itu.

"Punten, maaf Uda. Uda tau dimana gue bisa dapat gaun merah ini?" tanya Keira sambil menunjukkan foto gaun merah itu.

Ponsel Keira pun berbunyi lalu orang Padang itu berucap.

"Amak kau telepon lah dek."

Keira melihat ponselnya kembali dan melihat ada telepon dari sang bunda.

"Shit!" gumam Keira sambil menolak panggilan telepon.

Keira pun menunjukkan foto gaun tersebut ke orang Padang itu.

"Itu mahal nian lah dek. Feni Boutique, Lantai 5." ucap orang Padang itu seraya menunjukkan tempat gaun tersebut berada ke Keira.

"Makasih banyak." Keira langsung berjalan menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh pria Padang itu.

Keira pun masuk ke sebuah butik yang ada di lantai lima Mall. Butik tersebut bertuliskan Feni Boutique.

Di butik tersebut banyak sekali mannekin yang dipasangi gaun dan jas. Keira berusaha mencocokkan gaun-gaun dengan yang di foto. Keira pun menuju ke pojok Feni Boutique dan terdapat gaun yang cocok dengan foto di Nerve.

Keira menghampiri mannequin dengan gaun merah tersebut. Ia pun melihat harganya yang sangatlah mahal.

"What the fuck! Mahal banget njir." gumam Keira saat melihat harga gaun tersebut yang hampir sama dengan harga sepeda Brompton-nya yakni seharga tiga puluh dua juta rupiah. Keira pun membuka bagian seleting yang ada di belakang gaun.

Tiba-tiba ada seseorang wanita dengan rambut pirang memergoki Keira yang lagi membuka seleting belakang gaun merah itu.

"Tolong jangan dilepas baju manekinnya." peringat wanita rambut pirang itu.

Keira pun membatalkan membuka seleting gaun tersebut setelah melihat orang rambut pirang itu yang merupakan pemilik dari butik.

"Maaf bu." ucap Keira yang sudah berkeringat dingin.

"Kamu cuma ingin mengenakannya kan?" tanya wanita pemilik butik itu baik-baik.

"Ehem...." deham Keira pelan sambil mengangguk mengiyakan.

"Biar saya lihat dulu mungkin saya punya ukuran yang pas buat kamu." ucap wanita rambut pirang itu ke Keira.

"Makasih." jawab Keira.

Keira pun menghela nafasnya sejenak lalu berpesan ke wanita rambut pirang itu.

"Kalau bisa jangan lama-lama. Gue bisa terlambat ikut pesta."

"Dasar anak muda." gumam wanita rambut pirang itu sambil berjalan.

Beberapa saat kemudian Keira diantarkan oleh wanita rambut pirang itu untuk mencoba gaun merahnya di ruangan ganti khusus.

"Oke kemari. Kalau kamu butuh yang lainnya, beritahu saya aja oke." ucap wanita rambut pirang itu sambil menggantung gaun merah tersebut di gantungan ruang ganti.

"Oke, makasih." Keira langsung menutup tirai.

"Oke, baiklah." ucap wanita rambut pirang itu dari luar ruang ganti.

Keira pun menaruh tas dan ponselnya di atas tas lalu ia membuka kaus oversize-nya dan menaruhnya di dekat tas.

Keira juga membuka kancing celana jeans pendek putihnya itu sambil melihat waktu berjalan mundur tinggal empat puluh lima detik. Keira sempat kesusahan membuka celananya. Ia pun berhasil membuka celananya.

Keira yang dalam kondisi menggunakan bra berwarna polkadot dan celana dalam putih langsung buru-buru mengambil gaun merahnya itu.

Keira melihat waktu tinggal dua puluh detik. Ia pun tanpa basa-basi memakai gaun merah tersebut dan mengancing seleting belakangnya.

Setelah memakai gaunnya Keira langsung mengambil ponselnya dan waktu sisa lima detik. Ia pun langsung keluar dari ruangan ganti sambil merekam menggunakan kamera depannya.

"Oke, sudah gue pakai."

Saat keluar ruang ganti pas sekali waktu Keira habis. Dan Keira harus menunggu apakah tantangannya berhasil atau tidak.

"Hallo! Hallo!" gumam Keira sambil memencet-mencet ponselnya.

Tiba-tiba ada seseorang karyawan lewat dan menegur Keira.

"Apa ada masalah?"

"Nggak ada masalah, makasih." jawab Keira mempersilahkan karyawan itu lewat.

Keira pun menghela nafasnya kembali lalu ia menghampiri kaca dan berkaca di kaca besar itu. Keira pun berpose anggun di depan kaca. Keira pun melepaskan kacamatanya lalu mengibaskan rambut panjangnya.

"Hei, apa email lo? Maksud gue... Info lo? Oh, ini. Ini sangat estetik?" gumam Keira bermonolog di depan kaca.

Di sisi lain ada Helsinki yang baru saja keluar dari ruang ganti khusus. Pria berwajah arab itu menggunakan setelan jas berwarna hitam, kemeja hitam dan dasi berwarna merah cerah. Helsinki sedang memegang ponselnya untuk merekam.

Helsinki melihat Keira sedang berkaca dan ia pun menyapa gadis dengan rambut hitam dan panjang itu.

"Kei!"

Keira pun langsung berbalik badan dan kaget melihat penampilan Helsinki yang berbeda.

"Oh!"

"Hei." sapa Helsinki kembali.

"Hai." sapa balik Keira ke Helsinki.

"Lo kelihatan cantik dan manis banget." puji Helsinki ke Keira.

"Makasih, Lo juga. Maksud gue.... Penampilan lo... ya lo tau sendiri lah. Keren, tampan atau apalah pokoknya nggak bisa diungkapkan pakai kata-kata deh." ucap Keira.

Tiba-tiba notifikasi ponsel mereka berdua pun berbunyi.

"Ohhh...." jawab Helsinki sambil mengambil ponselnya.

"Lo tau apa yang harus kita lakukan?" tanya Keira.

"Para penonton ingin gue melengkapi kebersamaan lo, wahai nona manis." jawab Helsinki sambil merekam Keira.

Keira hanya terdiam malu-malu direkam oleh Helsinki ia pun melihat bagian sepatunya lalu menatap kamera ponsel pria itu sejenak.

*To Be Continued*

NerveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang