Di dalam peti mati....
Keira terbangun dari pingsannya. Ia pun mengambil senter dan membuka peti mati itu yang rupanya nggak terkunci. Keira pun duduk sejenak lalu mengambil ponselnya. Keira pun keluar dari peti mati itu dan ia kaget karena sedang berada di dalam kegelapan. Keira mencari-cari penerangan. Setelah Keira menemukan sebuah tuas dan mendorongnya.
Lampu-lampu di pun menyala. Keira kembali kaget karena ia sedang berada box truk kontainer. Keira menangis ketakutan lalu memegang bagian pipinya yang berdarah bekas dipukul menggunakan knuckle oleh Baronne.
Di dalam kontainer itu terdapat tulisan 'Tukang Cepu Mati Aje' dan sebuah layar monitor besar. Monitor besar itupun menyala saat Keira menghampirinya.
Terdengarlah suara komputer yang berbicara kepadanya.
"Hallo, Keira Bhaskara. Kamu telah melanggar peraturan. Kamu sekarang adalah tahanan kami. Kami telah memberitahukanmu untuk tidak mengadu ke pihak berwajib. Sekarang kami menentukan hidup kamu. Kami mengendalikan keluarga kamu. Kami mengendalikan masa depan kamu. Jalan keluar satu-satunya yaitu memenangi babak grand final. Pergilah ke pelabuhan Ferry Tanjung Priok blok Terminal Penumpang Nusantara dan penonton akan menemukanmu. Sampai jumpa di Grand Final."
Keira menghampiri bagian depan kontainer dan mendobraknya sedangkan komputer masih berbunyi.
"Sampai Jumpa di Grand Final. Sampai Jumpa di Grand Final."
Keira pun berhasil mendobrak box truk kontainer itu hanya menggunakan tendangan. Keira pun keluar dari box kontainer itu dan ia kebingungan.
Keira berlari untuk mencari tempat persembunyian ia takut ada orang lain yang mengincar nyawanya.
Keira bersembunyi di samping box kontainer yang bertuliskan 107. Sedangkan di sisi lain ada orang yang memanggil namanya.
"Gue datang untuk lo Kei!"
Tiba-tiba orang itu menghampiri Keira yang rupanya itu Helsinki.
"Keira, makasih Tuhan, Lo gapapa kan Kei?" tanya Helsinki.
"Gapapa? Nggak! Gue sedang nggak baik-baik saja Helsinki!" jawab Keira dengan nada tinggi.
Keira pun menatap Helsinki serius dan berucap kepada pria berwajah arab itu.
"Lo harus menceritakan pada gue semuanya! Oke apa yang telah terjadi dengan gue?" tanya Keira.
Helsinki pun memegang tangan Keira lalu mereka menuju ke arah kontainer lain.
"Ayo ikut gue!" ajak Helsinki.
"Kenapa ini menimpa gue?!" tanya Keira sambil berjalan.
Helsinki dan Keira bersembunyi di antara kontainer Nowhere dan kontainer Evergreen.
Helsinki menceritakan kronologi yang sebenarnya ke Keira.
"Orang itu, Baronne. beberapa tahun yang lalu pernah bermain Nerve bersama. Puncaknya pada tahun lalu kita melakukan tantangan di Palembang. Kami mendapatkan tantangan untuk bergelantungan di crane saat ada perbaikan jembatan orang di Jembatan Ampera. Crane itu tingginya kurang lebih 95 meter. Kami berdua dan seorang anak dari SMA Xaverius 2 yang bernama Gabriel Mewengkang."
Helsinki pun flashback saat ia berada di atas puncak crane bersama Baronne. Baronne yang menggunakan jaket almamater Universitas Sriwijaya dan Helsinki yang menggunakan wearpack OSIS SMA Al-Azhar 1 Jakarta.
"5, 4, 3." Baronne mulai menghitung.
Layar ponsel Helsinki semakin nggak jelas namun ia berusaha menenangkan orang yang bergantungan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerve
Teen FictionKeira Bhaskara (Kheyla Afzah) adalah siswa sekolah menengah atas yang bekerja keras, fokus, dengan dorongan dan beasiswa tertunda di ISI, sekolah seni terkemuka di Surakarta, yang akan membantunya melebarkan sayap dan meninggalkan Jakarta, tempat as...