Prolog

94 5 4
                                    

Background Song : Upgirls - Rasa Ini

Pantai Indah Kapuk, Jakarta, 2029.

Seorang wanita rambut panjang dan kacamata biru muda dengan usia kurang lebih 17 tahun sedang menyalakan laptopnya.

Di dalam laptop ASUS ROG-nya itu terdapat OS Windows 12 dan profil foto selfie konyolnya.

Dalam profil laptop itu terdapat nama panjangnya yakni Keira Bhaskara.

Keira mengetik password yang ada di bawah namanya itu. Dalam laptopnya terdapat wallpaper foto keluarga yakni Keira, sang ibu dan kakak laki-lakinya yang sedang memakai toga wisuda universitas negeri di Surakarta.

Keira menuju ke arah shortcut bertuliskan Deezer. Ia pun memutar lagu favoritnya yakni Rasa Ini dari idol grup lokal Upgirls.

Keira pun tidak lupa membuka e-mail masuk di gmail. Keira mendapatkan pesan dari Institut Seni Surakarta. Ia pun keterima melalui jalur beasiswa.

Ia melihat bagian bawah dari pengumuman kampus bahwa ia akan masuk ke angkatan di tahun ajaran kampus 2029.

Ia pun ragu-ragu dalam memencet tombol setuju. Ia mengarahkan kursor mousenya menuju ke arah reply or forward.

Ia memilih ke arah Reply untuk mengungkapkan uneg-unegnya ke admin kampus.

Keira mengetik permintaan maaf untuk membatalkan beasiswanya karena ia belum sama sekali diizinkan oleh sang bunda untuk kuliah jauh.

Keira pun mengetik secara acak karena saking frustasi dan bingung harus ngapain.

Tiba-tiba ada notifikasi dari Instagram yang mengetag Keira dalam postingannya.

[CJ Sahertian menandai anda di postingan]

Keira melihat postingan dari seorang pria yang menggunakan jersey sepakbola.

Disukai oleh RANS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disukai oleh RANS.highschool dan 66.666 lainnya
CJ_Sahertian45 Ayo, Phoenix. Semangat hari ini. Terima kasih untuk fotonya @Bhaskara__Kei

Keira pun serius menatap foto CJ sedang melakukan eksekusi tendangan bebas seperti David Beckham. Keira hanya senyum-senyum sendiri. Saat mau nge-like foto tersebut tiba-tiba ia WhatsApp Web-nya mendapatkan telepon video.

Telepon video itu pun terdapat nama kontak Amellia Sidjabat. Keira pun mengangkat video call dari Amellia alias Melly temannya itu.

"Pagi Kei, lo lagi apa? Selain stalking CJ tentunya?" tanya perempuan dengan rambut panjang dan bando merah dari balik layar.

Keira pun membuka tab baru lalu memencet shortcut web narasi.com menjawab pertanyaan dari perempuan rambut panjang itu.

"Hmmm.... Gue... sedang baca berita Pilpres kemarin Mel. Katanya di Pilpres kemarin pasangan Baswedan - Rakabuming lagi mendominasi banget dan menang di putaran pertama. Kalo lo nggak tertarik sama politik ya udah. Makasih."

"Ohhh, Ohhhhh, baca berita ya? Lo coba-coba mau ngibulin gue ya." ucap Melly sambil membenahi kasurnya.

"Seriusan Mel? Gimana lo bisa tau gue lagi nge-stalking CJ?" tanya Keira.

"Karena gue kenal lo banget cuy. Oiya, Kei. Apakah lo dah beritahu nyokap lo tentang beasiswa lo di Institut Seni Surakarta?" jawab Melly lalu bertanya.

"Ya, gue udah kasih tau dia sih. Dia semangat banget kalo gue dapat beasiswa kuliah di luar Jakarta dan kuliah di kampus seni yang terkenal dan bonafit se-Indonesia tentunya." jawab Keira.

"Beneran Kei?" tanya Melly.

Keira pun menggelengkan kepalanya karena masih ragu-ragu dengan beasiswanya itu.

"Ya, nggak lah."

"Maksud lo nggak?" tanya Melly bingung.

"Nggak, Gue belum.... Gue belum menemukan waktu yang pas buat kasih tau nyokap gue soal itu." jawab Keira bingung karena ragu-ragu untuk meninggalkan sang bunda sendirian di Jakarta.

Keira pun melihat direct message Line dari Melly. Melly pun excited karena pesannya sudah masuk.

"Oh, Nerve udah dimulai cuy! Maaf ini penting banget."

Keira pun bertanya ke Melly soal Nerve.

"Apa itu Nerve?"

"Semacam game gitu. Coba lo klik aja videonya." ucap Melly lalu menyuruh Keira untuk mengklik link yang dikirimkannya melalui direct message.

Keira pun menurut dengan ucapan Melly lalu mengklik link tersebut.

Keira pun memencet tombol Video yang ada di Web Nerve. Keira pun melihat video itu dan mendengar ada suara laki-laki.

"Selamat Datang di Nerve Asia. Nerve adalah sebuah game 24 jam, dengan konsep truth or dare tetapi minus truth. Watchers adalah pengamat. Sedangkan Players bermain demi kemenangan dapat cash jutaan rupiah dan menjadi kaya raya. Kamu penonton atau pemain? Kamu penonton atau pemain? Kamu penonton atau pemain?"

Melly pun bertanya ke Keira soal video itu.

"Menurut lo keren nggak Kei?"

Keira pun menghentikan videonya lalu menatap video call yang masih terpampang.

"Kayanya ini beresiko banget deh. Memangnya ini legal?" ucap Keira sambil bertanya.

"Nggak tau, bisa iya bisa nggak." jawab Melly.

Melly pun berusaha menyakinkan Keira untuk melakukan sign-up Nerve.

"Coba aja, cuma sign-up dan amati sejenak. Waktu nggak akan menunggu lo."

"Oke, gue sign-up ya. Lihat baik-baik gue akan sign-up dan mengamati lo."

Melly pun bersemangat karena sahabatnya itu akan menonton aksinya di Nerve.

"Kei! Lo harus sign up dan nonton gue baik-baik. Penting banget kalo gue punya penonton."

Tiba-tiba ada suara samar-samar memanggil Keira.

"Neng, mandi dulu atuh! Jangan di depan laptop terus!"

Keira pun berpamitan ke Melly karena sang bunda memanggilnya.

"Udah ya, nyokap gue baru aja balik gawe."

"Lakuin aja cuy." ucap Melly mengingatkan Keira.

"Gue akan sign-up ntar abis sarapan oke. Janji." jawab Keira.

Mereka berdua pun mengakhiri sesi video call dengan cepat.

"Thanks, love you. Gue akan balik bentar lagi. Bye Kei."

"Bye Mel."

Keira pun menutup WhatsApp Web-nya dan beranjak dari tempat duduknya.

*To Be Continued*

NerveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang