Warning: This chapter is mature content. A little bit, but if you underage please be wise.
Lisa memasuki rumah dengan langkah gontai, bahunya yang biasanya tegak itu kini membungkuk karena terasa lemas. Pandangannya yang biasa terangkat dan lurus sekarang hanya memandang ke bawah, dia tidak ingin melihat Jennie karena takut menunjukkan wajah kecewanya.
Mobil Jennie yang terparkir di garasi menunjukkan Jennie sudah ada di rumah. Tidak ada pesan pemberitahuan mengapa Jennie tidak bisa datang ke tempat janji mereka membuat Lisa semakin kecewa.
"Kenapa baru pulang?" Jennie yang berjalan dari arah tangga bertanya, suaranya yang terlalu biasa itu tidak menunjukkan rasa bersalah pada Lisa.
Jennie melihat kearah jam dinding, sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Jarang sekali rasanya Lisa pulang selarut ini.
Lisa mengabaikan ucapan Jennie, dia bahkan tidak repot untuk mengangkat kepala untuk sekedar menyapa. Dia berjalan melewati Jennie, mengabaikan keberadaan Jennie yang masih terpaku di tangga.
"Lisa, aku bicara padamu" Jennie memutar tubuh, melihat Lisa yang sudah sampai di lantai dua. Tangannya mendekap ketika merasa kesal karena Lisa tidak mengacuhkannya.
Lisa terus diam, kakinya pun tidak berhenti. Dia terus melangkah, masuk ke dalam kamar. Jennie mengerutkan kening melihat tingkah Lisa, tidak biasanya Lisa mengabaikannya begini.
"Kau ada masalah di kantor?" Jennie yang baru masuk ke kamar itu bertanya pada Lisa yang sedang membawa handuk menuju lemari pakaian.
Lisa memilih diam, mengambil pakaian di walk in closet nya dan menuju ke kamar mandi. Lisa menulikan diri dari setiap ucapan Jennie, takut jika dia melihat Jennie, dia akan meledak.
"Lisa!" Jennie yang sepertinya tidak tahan melihat sikap diam Lisa akhirnya menarik kencang tangan Lisa sampai berbalik menghadapnya.
"Kau kenapa?" Jennie yang tadinya ingin marah karena sikap cuek Lisa kini merendahkan suara ketika melihat mata Lisa yang terlihat sangat sedih.
"Kau bertanya aku kenapa?" Lisa tersenyum miris. Apakah Jennie tidak tahu salahnya sama sekali?
"Kalau kau ada masalah, kau bisa berbagi denganku. Sebagai teman aku akan membantu" Jennie merespon menimbulkan tawa di wajah Lisa, yang meski tertawa namun tidak ada kesenangan di tawa itu.
"Ahh.. itu sebabnya kau sesuka hati memperlakukan aku? Seorang teman memang tidak berhak marah ketika dikecewakan" Lisa tertawa, menarik tangannya dari genggaman Jennie.
"Maksudmu apa Lisa" Jennie mengernyitkan dahi, bingung dengan sikap Lisa yang sarkas.
Lisa berbalik, mengabaikan ucapan Jennie. Dia segera masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Jennie yang semakin bertanya-tanya.
Jennie duduk di ranjang menunggu Lisa keluar dari kamar mandi, kepalanya mempertanyakan apa maksud ucapan Lisa.
Karena bosan akhirnya Jennie menyalakan ponselnya yang sedang diisi daya, memeriksa beberapa notifikasi pesan yang masuk, dari kekasihnya tentu saja. Namun beberapa pesan beruntun membuka lebar mata Jennie. Dari Lisa?
Jennie dengan sedikit gemetar membuka ruang obrolan dengan Lisa.
Lisa
12.50 Ayo!
13.15 Jennie, sudah dimana?
13.30 Apa kau sibuk?
13.45 Balas jika kau membaca pesan ini
14.00 Sudah satu jam, aku lapar :(
14.30 Ting nong
15.15 Aku sudah memesan makanan untuk kita, khawatir jika kau datang terlambat dan harus menunggu makanan lagi.
15.40 Apakah kau melupakan janjimu?
16.00 Aku pulang
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Will Love You Better. (Jenlisa)
FanfictionJennie adalah seorang direktur perusahaan yang memiliki kekasih, kehidupan tenteramnya berubah ketika dijodohkan oleh ayahnya dengan Lisa, seorang agent dari sebuah organisasi khusus yang dibentuk oleh negara untuk memberantas kejahatan yang tidak b...