Jennie membuka matanya perlahan, menyadari bahwa dia baru saja melewatkan malam tanpa bermimpi buruk. Ini kedua kali baginya, meski rasanya aneh namun juga membuatnya sedikit lega, tidurnya menjadi nyenyak sekali.
Jennie melihat tangannya yang masih bertautan dengan tangan Lisa, rasa-rasanya dia tidak ingin melepaskan. Entah mengapa Jennie merasa aman ketika tangan mereka terjalin seperti ini, seakan Lisa akan melindunginya dari apapun di dunia ini, maupun dari mimpi buruknya.
"Hei..." Lisa berusaha mengerjapkan mata, menyadari Jennie yang sedang memandanginya. "Apa kau terpesona pada wajah bangun tidurku?"
Lihat, ucapan percaya diri itu malah membuat Jennie kesal.
"Bisakah tidak menyebalkan barang sehari?" Jennie memutar matanya malas
"Bisa, jika kau menciumku" Lisa memonyongkan bibirnya membuat Jennie melepaskan tautan tangan mereka, menampar bibir Lisa, yang dia tahu pasti Lisa sedang menggodanya perihal semalam.
Lisa tertawa melihat wajah kesal Jennie, yang menurutnya malah menggemaskan. Dia ingin sekali menggigit pipi mandu itu.
"Lama-lama aku cepat menua jika meladenimu" Jennie melempar bantal ke wajah Lisa yang segera ditangkap.
Lisa masih tertawa melihat Jennie yang masuk ke kamar mandi dengan menghentakkan kakinya.
Drrtt drrtt
Ponsel yang bergetar mengalihkan atensi Lisa.
"Ya Madeira" Lisa mengangkat telpon dari Irene, yang kalau di ponsel kerjanya bernama 'Madeira', nama samaran mereka.
"Pastikan hari ini ke ruanganku untuk mengganti perbanmu"
"Harus hari ini?" Lisa melihat kalender, menyadari ini tanggal 5 membuatnya berpikir kembali.
"Ganti perban dulu sebelum bertemu ayah ibu"
Lisa terdiam mendengar itu, ah... Madeira memang selalu ingat kebiasaan bulanannya itu.
"Baik, baik cantik" Lisa terkekeh karena mendengar Madeira mendengus lalu mematikan telpon.
"Wah... Pagi-pagi sudah menggoda wanita lain saja" Lisa berbalik, melihat Jennie yang berdiri di depan kaca, sedang memakai skincare paginya.
"Soalnya istriku sudah memiliki kekasih, aku tidak suka menggoda milik orang lain" Lisa terkekeh pelan, meletakkan ponsel dan berjalan menuju kamar mandi.
"Tidak menggoda tapi malah menikahinya" Jennie bergumam yang jelas di dengar oleh Lisa
"Karena aku menginginkannya" Lisa mengangkat bahunya tidak peduli, mengambil handuk baru dalam lemari.
"Tidak semua yang kau inginkan bisa kau dapatkan" Jennie berdiri, memandang tajam kearah Lisa yang menghentikan langkahnya.
Lisa menghela nafas, mengeraskan wajahnya dan berbalik, berjalan kearah Jennie yang kini perlahan mundur. Entah mengapa Jennie melihat kekesalan yang kuat di wajah Lisa. Kaki Jennie yang mengenai ranjang, membuatnya terduduk.
Lisa berdiri di depannya, mendekatkan diri kearah Jennie yang kini tidak bisa pergi kemana-mana. Lisa meletakkan tangan kiri disamping tubuh Jennie, mengungkung Jennie.
Wajah mereka hanya terpisah sejengkal jauhnya.
"Kau benar, tidak semua yang kuinginkan bisa aku dapatkan" hembusan nafas Lisa mengenai wajah Jennie "Kau tahu apa yang kuinginkan sekarang?" Lisa menghentikan ucapannya, melihat Jennie yang tidak bereaksi membuat Lisa melanjutkan "aku ingin mencium bibir dan setiap bagian tubuhmu, mengoyak piyama tipis yang dari semalam menggangguku, menidurimu dengan keras dan menyimpanmu hanya untuk diriku sendiri" Gigi Lisa bergemerutuk, menunjukkan seberapa kuat dia menahan keinginannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Will Love You Better. (Jenlisa)
FanfictionJennie adalah seorang direktur perusahaan yang memiliki kekasih, kehidupan tenteramnya berubah ketika dijodohkan oleh ayahnya dengan Lisa, seorang agent dari sebuah organisasi khusus yang dibentuk oleh negara untuk memberantas kejahatan yang tidak b...