Hari sudah gelap ketika mobil Lisa memasuki pekarangan rumah. Dia keluar dari mobil tanpa memperhatikan sekitar.
"Kau habis menangis?" Sebuah suara mengagetkan Lisa yang tadi menunduk.
Lisa melihat Jennie yang sedang duduk di teras rumah, ditemani dengan sebotol anggur. Perpaduan yang aneh sekali bukan?
"Kau mabuk?" Lisa bertanya tanpa menjawab, melihat wajah Jennie yang memerah.
"Tidak" Jennie meneguk anggur yang ada di gelasnya.
Lisa menggelengkan kepala melihat tingkah Jennie. Tidak habis pikir, padahal sudah terhuyung begitu, masih saja berusaha menyangkal. Atau memang benar Jennie belum mabuk, karena setahu Lisa, Jennie akan tertidur kalau sudah benar-benar mabuk.
"Ayo masuk" Lisa menarik tangan Jennie yang segera menepisnya.
"Kau habis bertemu kekasihmu di hotel? Apa menyenangkan?" Jennie mengabaikan tatapan heran dari Lisa, yang menandakan ketidakmengertian apa maksud ucapan Jennie.
"Ah tentu saja menyenangkan. Siapa yang tidak senang bertemu kekasihnya meskipun harus mengabaikan istrinya yang sedang sakit" Jennie memalingkan wajahnya, suaranya yang pelan itu masih terdengar sampai telinga Lisa. Keadaan rumah yang terlalu hening, bahkan jangkrik pun enggan untuk bersuara ketika merasakan ketegangan diantara dua manusia yang berdiri tidak jauh antara satu sama lain.
"Kau bicara apa" Lisa tidak mengubah nada suaranya yang terdengar rendah, dia sedang tidak memiliki tenaga untuk memikirkan ucapan tidak masuk akal dari Jennie.
"Jangan berbohong padaku! Kau pikir aku tidak tahu kau habis bertemu seseorang di hotel" Jennie meninggikan suara ketika dia melihat Lisa yang kelewat santai, tidak merasa bersalah sama sekali.
Lisa masih mengerutkan kening, berusaha mencerna maksud Jennie. Benar memang dia bertemu dengan seseorang di hotel, dan baru saja pulang. Tapi itu bukan...
"Kau melihat ponselku?" Lisa akhirnya paham kemana arah pembicaraan yang dianggapnya tidak masuk akal tadi.
"Kenapa memangnya? Kau takut akan ketahuan selingkuh?" Jennie mendekap tangan di dada, berusaha mempertahankan harga dirinya, dia berusaha tidak peduli meskipun sedikit merasa malu karena Lisa tahu bahwa dia sudah membaca pesan di ponsel Lisa.
Lisa tertawa, awalnya pelan yang kemudian berubah menjadi keras sekali menarik atensi Jennie yang menolehkan kepala, melihat Lisa yang masih tertawa sambil mengusap rambutnya kebelakang.
"Kau....salah...hahaha paham" Lisa sampai berusaha menahan tawanya ketika mengatakan apa yang ingin dikatakannya, namun sepertinya Jennie mengerti maksud ucapan itu.
"Barbara kan? Dia kakakku satu-satunya"
Mendengar penjelasan itu wajah merah Jennie semakin memerah muncul di wajah, merambat perlahan sampai ke telinga dan sampai ke akar rambutnya. Dia merasa malu sekali.
"Kau berbohong. Dia tidak datang di acara pernikahan kita. Kau tidak pernah membahas dia" Jennie berusaha menolak alasan Lisa, atau dia hanya ingin menutupi bahwa dia tidak pernah tahu apapun tentang Lisa.
"Barbara memang tidak datang ke pernikahan kita, dia lebih suka menghabiskan waktu di pekerjaan. Dia tidak suka menetap di satu tempat, jadi dia selalu berpindah dari hotel satu ke hotel lain. Itu sebabnya dia mengirim nama tempatnya jika ingin bertemu denganku" Lisa berusaha menjelaskan, yang sebenarnya tidak perlu. Tapi dia ingin membuat Jennie percaya, tak ingin kesalahpahaman ini berlanjut lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Will Love You Better. (Jenlisa)
FanfictionJennie adalah seorang direktur perusahaan yang memiliki kekasih, kehidupan tenteramnya berubah ketika dijodohkan oleh ayahnya dengan Lisa, seorang agent dari sebuah organisasi khusus yang dibentuk oleh negara untuk memberantas kejahatan yang tidak b...