4

316 68 41
                                    

"Mahesa!!"

Sebuah panggilan dari orang yang Mahesa kenal membuat pria yang saat ini sedang membawa tumpukan LKS tersebut menoleh.

"Eh, Kesya."

"Mau ke mana? May i give you a hand?" tanya Kesya, Mahesa menggeleng.

"Mau ke Ruang Guru buat nyimpen LKS di meja Bu Sarah, lo mau ke mana?" tanya Mahesa ramah.

Mahesa memang ramah, namun keramahan Mahesa ini seringkali disalah artikan oleh orang-orang, salah satunya oleh orang seperti Kesya ini. Kebaikan Mahesa dianggapnya sebagai kode suka pria itu pada dirinya.

Padahal Mahesa sukanya sama orang lain, neng.

"Aku? Bingung sih makanya pas lihat kamu, aku panggil aja. Soalnya gabut juga, eh aku ikut kamu gini nggak apa-apa kan ya?" tanya Kesya.

"Ya, nggak apa-apa Key, santai aja." ujar Mahesa seraya tersenyum simpul.

Kedekatan Mahesa dan Kesya juga jelas terlihat oleh kedua mata Binar yang sedang berdiam diri di balkon depan kelasnya, membuat gadis itu kebakaran jenggot dibuatnya.

"Kalo diliatin doang dan nggak ada pergerakan, ya jelas Mahesa bakalan barengan terus sama si cewek pick me, lah. Aneh lo, gengsinya masih aja segede gunung rinjani," ujar Natasha yang tau-tau ada di belakang punggung Binar, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi membuat Binar begitu kesal.

"Nggak tau lagi gue, Sha. Kurang apa lagi sih seorang Binar Titania ini? Maksud gue tuh kayak, hampir semua cowok rela berlutut buat gue pacarin, tapi kenapa gue dapetin tuh cowok satu aja susah banget?" Rutuk Binar kesal.

"Kurang berani aja sih kalo gue lihat, kenapa lo? Biasanya juga beringas sama cowok, sekelas Jendral aja lo berani buat deketin, cowok sebrengsek Genta aja lo berani lawan sampe adu jotos dan heboh sampe ditahan polisi seminggu karena lo matahin leher si brengsek itu. Masa lo mau kalah sih sama cowok modelan Mahesa? Kenapa?" tanya Natasha gemas.

Binar termenung sebentar, kemudian gadis itu menatap Natasha.

"Nggak tau kenapa, tapi kalo sama Mahesa tuh beda, Sha. Gue nggak berani, insecure banget gue anjing sebel banget alias kenapa gue kayak gini sih?" Binar misuh-misuh.

Natasha mengulum senyumnya, alisnya ia naik turunkan untuk menggoda Binar.

"Lo dulu bisa berani sama Jendral, padahal kalau boleh dibilang, Jendral lebih berprestasi dari Mahesa. Ganteng banget, stylenya juga oke parah, mobilnya keren, green flag parah, lo berani aja sama dia. Kenapa? karena lo nggak cinta sama Jendral. Nah tapi kalo sama Mahesa, lo udah jatuh cinta duluan, bitch." Jawaban Natasha membuat Binar berbalik seraya melotot.

"Gue nggak—"

"—Lo jatuh cinta sama dia, Bi. Udahlah nggak udah ngelak, kelihatan banget itu."

Binar terdiam seraya menghembuskan napas panjang, percuma mengelak di depan Natasha. Nyatanya memang Natasha lebih mengetahui Binar dibanding diri Binar sendiri.

"Kelihatan banget ya?" tanya Binar seraya memegang kedua pipinya.

"Banget, makanya lo tinggal terabas doang. Katanya, siapa yang mampu nolak pesona lo? Masa naklukin Mahesa doang lo nggak bisa?" tantang Natasha.

"Pokoknya, kalo sabtu lo berhasil bawa Mahesa ke Party Sekolah bareng sama lo, garis bawahi. Bareng sama lo, lo terserah deh mau minta apa sama gue?" Natasha memberikan semangat pada Binar.

"Nggak deh, enak aja cowok gue dijadiin bahan taruhan," cibir Binar, membuat Natasha terbahak.

"Cowok lo dari Hongkong! Dasar lo cegil gak tau diri," umpat Natasha.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang