10

193 42 30
                                    

"Ngapain lo malem-malem ke sini? Nggak Ada kerjaan amat?! Apelin sana pacar lo yang sok iye itu," Binar mencibir saat melihat Mahesa di depan rumahnya, menggunakan sepeda motor dan jaket tipis membalut tubuhnya.

"Sebenernya, wajar banget kalau kamu marah." Mahesa memulai percakapan dengan tenang, tidak seperti Binar yang menggebu-gebu.

"Lain kali nggak usah nebar harapan kosong ke cewek-cewek deh, Sa. Lo pikir kayak gitu keren?" Binar masih menggebu, secara perlahan semua unek uneknya mulai keluar.

She can't control herself now.

"Tetep aja kan, I still be a foolish one. Salah banget gue percaya sama cowok," Beneran out of control.

"Yaudah kalo kamu masih mau marah, take your time." Mahesa tersenyum tipis, sementara saat ini Binar mulai diliputi kesadaran dalam otaknya.

Yap, Binar sedang merutuki dirinya sendiri di dalam hati.
Ngapain juga Binar marah? Emang mereka apa? 

"Rumah lo jauh, ngapain ke sini?" Tanya Binar.

Mahesa membawa kantong keresek yang sejak tadi menggantung di sepeda motornya. Pria manis itu menyodorkan kantong keresek tersebut pada Binar.

"Gue bawa Martabak sama Es Boba," Mahesa begitu bersemangat saat mengatakan hal itu.

'Cewek murahan lo, Bi. Bisa-bisanya blushing gara-gara martabak doang?!'

Binar merutuki dirinya dalam hati, kemudian meraih sodoran keresek tersebut dengan cepat.

"Lo mau masuk nggak?" tanya Binar, Mahesa menggeleng.

"Udah malem, nggak enak sama Mama kamu. Ngobrol di teras aja, Binar. Boleh?" tanya Mahesa.

Binar mengangguk kemudian membuka pintu gerbang kecil agar motor Mahesa bisa masuk. Ya, bila saja saat ini ada Natasha, pasti gadis itu akan mencaci maki Binar mati-matian karena sikap gadis itu yang terbilang sangat aneh, dan seolah nggak ada harga dirinya.

"Lo jauh-jauh dateng ke sini mau apa sih gue tanya? Masa Cuma nganterin makanan doang?" tanya Binar, tepat saat Mahesa baru saja duduk di teras rumahnya.

"Mau minta maaf," jawab Mahesa seraya tersenyum.

Sebenernya sekarang Binar udah pengen teriak, tapi ditahan aja. GENGSI LAH.

"Basi lo, minta maaf mulu." Ujar Binar seraya menatap lurus ke depan, enggan menoleh atau bertatap wajah dengan Mahesa. Bisa-bisa Mahesa lihat Binar dalam keadahaan salting brutal dan blushing. Oke, saatnya memberi makan pada ego, Binar.

"So, that's true?" tanya Binar tiba-tiba, Mahesa menoleh dan pandangan mereka satu sama lain terkunci.

"You can check my Ponsel, Bi."

"Yaelah Sa, udah kayak anak SMP aja harus cek HP masing-masing. Just answered it, Yes or no?" tanya Binar memastikan.

"Iya, sorry. Aku setuju karena—"

"—Udah ya Sa, nggak usah ada karena-karenanya. Intinya sekarang lo tinggal tanggung jawab aja sih, lo duluan setuju sama ajakan dia, ya lo juga harus dateng bareng dia," Binar memotong, sedangkan Mahesa terlihat kalut.

Lucu, mereka berdua terlihat seperti pasangan kekasih yang salah satunya ke gep dm cewek cantik di instagram. Cuma bedanya, mereka belum jadi pasangan aja sih.

"Nggak usah feeling guilty juga deh, toh gue juga tadi nerima ajakan Aidan buat berangkat bareng. Santai aja, Sa. Ntar kita ketemu di Party, oke? You should prepare yourself, dandan ya Sa. Biar kelihatan ganteng," ujar Binar sambil menyikut tangan Mahesa.

Mohon maaf tapi, ini yang disikutnya Mahesa tapi yang diterbangin kupu-kupunya malah Binar???

"M-martabaknya nggak mau di makan? Satu slice aja, kalo kamu takut gendut." Mahesa mengalihkan pembicaraan, namun terlihat sangat jelas telinga pria itu kini berwarna merah padam.

***

Hari ini Aula pertemuan siswa sedang dipasang dekorasi, Party hari jadi sekolah akan diadakan besok malam. Hal ini merupakan hal yang begitu ditunggu-tunggu para siswa SMA Cendrawasih.

"Gue mau pake baju Batman ah! Kan sama-sama item, ya nggak?" Darris, teman sekelas Binar berseru dengan kencang di depan ruang kelas yang saat ini terasa bebas karena guru mata pelajaran pertama tidak bisa masuk, dan tidak memberikan tugas juga.

"Nggak usah ngaco deh, yang ada lo malah kelihatan kayak badut!" Balas Vira, gadis cantik yang duduk di bangku paling depan.

"Nggak akan, Badut kan warna warni, ini kan Batman, Vir. Hitam," Darris tidak mau didebat.

"Emang lo punya baju Batman, Ris?" Kali ini Nakula masuk ke kelas seraya merangkul Darris.

"Punya, minjem punya Andraga aja."

"Andraga siapa?" tanya Nakula heran, pasalnya di dalam kelas mereka ataupun dalam angkatan mereka, tidak ada yang bernama Andraga.

"Adek gue, hehe. Baru masuk TK doi, punya banyak banget baju superhero, yang mau sewa boleh chat gue ya!" ujar Darris, yang langsung mendapat hadiah geplakan oleh temen-temannya.


"Anak anjing,"

"Orang gila,"

Beberapa umpatan lain yang ditujukan pada Darris begitu renyah terdengar, membuat Binar dan Natasha juga ikut tergelak melihatnya.

"Bibi, lo cocok nih pake kostum wonder woman," Darris tiba-tiba berbicara seraya menaik turunkan alisnya menggoda.

"Wah pelecehan verbal tuh Bi, laporin aja Bi ke BK!" Dewa mengompori Binar, membuat wajah Darris kini berubah menjadi panik.

"Eh, enggak anjir Bi sumpah gue becanda Bi sumpah jangan laporin gue ke BK Bi!" Darris megepalkan kedua tanggannya di depa n dada, memohon kepada Binar.

"Makanya, kalo becanda tuh jangan kelewatan!" Natasha ikut menimpali, sementara Binar biasa saja. Gadis itu malah ketawa-tawa lihat bagaimana perubahan raut wajah Darris saat ini.

"Bi, jadi berangkat bareng sama Aidan?" tanya Dewa, ia merupakan salah satu teman dekat Aidan.

Binar mengangguk, "Jadi, lo sama siapa Wa? Kalo belum, sama Natasha mau?" tanya Binar. Natasha langsung menyenggol tangan Binar cukup keras.

Salah tingkah.

Ya, Natasha memang sudah suka sama Dewa sejak dulu. Makanya sejak kelas satu SMA, Natasha nggak pernah pacaran karena nunggu Dewa berbalik dan suka balik sama dia.

"Lo belum ada pasangan, Nat? Boleh tuh bareng gue aja," ujar Dewa seraya tersenyum pada Natasha.

Natashanya salting, makanya cuma ngangguk-ngangguk doang.

"Pacaran aja nggak sih lo sama si Aidan tuh, Bi." Edwin menimpali percakapan mereka.

Binar mengendikkan bahu, rupanya masih dimabuk asmara pasca sepotong kecil martabak coklat kacang yang mendadak menjadi makanan paling enak sedunia.

"Nggak deh, gue naksirnya sama yang lain soalnya." Jawab Binar seraya tersenyum geli.

"Demennya sama cowok yang flat dia tuh. Cowok yang hidupnya anteng dan lurus nggak pernah tersandung masalah," ujar Natasha, membuat seisi kelas mulai gaduh.

"Anjir ini spek Aidan lo sia-siain gitu aja, Bi?" Karina menggebrak meja pelan, memastikan pada Binar berulang kali bahwa apa yang dikatakan Natasha itu ngawur.

"Ya gimana ya, orang gue nggak demen juga. Mau dipaksain kayak gimanapun, ya nggak sreg." Binar berbicara dengan percaya diri.

"Neng, ini Aidan."

"Bakalan jadi hot news kalo sampe gosip ini keluar kelas,"

"Lo beneran cewek tulen nggak sih, Bi? Ini Aidan loh yang secara terang terangan suka banget sama lo, tunggu deh Bi. Lo nggak lesbi kan ya? Sumpah jing gue takut banget kalo lo lesbi," ujar Karina seraya mengelus tengkuknya sendiri.

"Ya beneran lah, emang selama lo temenan sama gue, ada gitu gue nyosor-nyosor atau confess ke lo? Ngaco lo, tar jadi gossip." Binar menjulurkan lidahnya.

"Jadi siapa nih yang berhasil merebut atensi Binar Titania Maheswari, cewek cantik di kelas kita ini?" tanya Edwin seraya berlutut di hadapan Binar.

"Yang pasti, cowok yang bukan attention seeker, atau jajaran hits di Sekolah. Soalnya gue pengen menjalani hubungan kayak private but not secret gitu, biar kayak Zize sama Arhan," ujar Binar, kemudian tergelak.

Ucapan Binar barusan, ia sangat yakin, besok juga bakalan kesebar di Sekolah. Temen-temennya ember semua soalnya.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang