Rencana awal Rienna adalah untuk sedikit demi sedikit membiasakan diri dengan bantuan dari novel-novel kerajaan sebelum berbicara dengan duke Awkright. Tapi siapa sangka, bahkan sebelum Rienna menampakkan kaki di perpustakaan, sang duke sudah berdiri di hadapannya.
Para pelayan yang mengikuti langkahnya segera membungkuk sebelum sedikit menjauh untuk memberi tuan dan nyonya mereka privasi.
Ah, padahal di saat-saat begini Rienna berharap kalau setidaknya mereka memberi dukungan moral dari dekat. Jujur, dia masih merasa sedikit takut dengan pria berperawakan besar itu.
"Se-selamat siang, duke." Meski gugup, ujung bibirnya terangkat, tapi paling tidak dia berhasil mengucapkan salam. Rasa canggung setelah hari dimana dia menampar wajah sang duke rasanya membuat bibirnya kelu.
Apa sebaiknya aku meminta maaf?
Terbersit di benaknya, tapi pandangan Rienna kembali jatuh ke arah lantai setelah ia mengintip ekspresi wajah Eldric.
Gila! Serem banget, kenapa dia melotot begitu?!
"Ha... haha... Kalau begitu semoga hari anda menyenangkan, duke." Berpikiran untuk kabur, Rienna kembali membungkuk dengan tangan kiri di atas dada sedangkan tangannya yang lain mengangkat satu sisi gaunnya. Setidaknya dia tahu cara memberi salam dari game yang dia mainkan.
Rienna kembali melangkah, tapi Eldric menyergap lengannya, menahannya untuk pergi.
"Tidak seharusnya kau jalan-jalan di luar begini. Kembali ke kamarmu." Ujarnya sambil sedikit menarik tubuh Rienna. Dengan nada dingin ia menambahkan, "Aku sedang tidak ada waktu untuk terus-terusan menjagamu sekarang."
"....." Mendengar itu, Rienna melirik ke arah Eldric. Entah kenapa perkataannya barusan membuatnya kesal.
Rienna dalam game menjatuhkan dirinya ke laut karena pria ini. Dia mengabaikan istrinya sehari setelah pernikahan mereka. Tidak terbayang bagaimana rasanya di hari yang seharusnya merupakan hari bahagia itu, secercah harapan yang dimiliki sang pemeran utama untuk mendapatkan pernikahan yang bahagia langsung dihancurkan oleh suaminya sendiri.
Eldric yang dikenal sebagai pria yang dingin pastinya tidak menikahi Rienna karena cinta. Setelah melihat bayangannya sendiri di cermin kini Rienna bisa memahami kenapa Rienna Welshburg dielu-elukan sebagai pemilik wajah tercantik di penjuru kekaisaran. Tapi dilihat dari perlakuan yang didapatnya, Rienna mengambil kesimpulan bahwa Eldric menikahinya hanya untuk mengisi kursi duchess. Bahkan mungkin wajah jelita yang kini dimilikinya itu hanya berupa poin tambah untuk sang duke.
Singkatnya, dirinya hanyalah boneka yang bertugas untuk duduk manis di samping Eldric. Duchess tanpa sedikitpun wewenang dalam genggamannya. Keberadaannya tak lain dan tak bukan hanyalah sebatas batu permata cantik untuk ia banggakan.
Jika tidak memang dirinya tidak memiliki siapapun di kastil dingin itu, setidaknya Rienna tidak ingin diam saja jika dia mendapatkan perlakuan semena-mena. Memang dia tidak menerima siksaan fisik atau semacamnya, tapi tetap saja Rienna merasa seperti tidak diterima, atau lebih-lebih--ia merasa jika ada tembok tebal di antara orang-orang di kastil itu dengan dirinya.
Aku yang baru berada di sini selama 3 hari saja sudah merasa sesak, bagaimana perasaan Rienna Welshburg yang hidup di sini selama 6 bulan?
Terbersit di benaknya pertanyaan yang sebenarnya membebaninya selama tiga hari ke belakang.
"...Sebenarnya untuk apa anda menikahi saya?"
Bahkan dirinya sendiri saat itu merasa terkejut dengan betapa lancarnya kata-kata itu lepas dari bibirnya. Memang benar saat itu dirinya sedikit merasa frustasi dengan keadaan di sekitarnya, baik pada perlakuan para pelayan yang melayaninya atau dinginnya pandangan dari suaminya itu. Tapi dirinya yang lama biasanya tak pernah memiliki cukup keberanian untuk angkat suara meski hanya untuk membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Over Ever After
RomanceHidup Rienna berakhir tragis, namun semesta memberinya kesempatan untuk melanjutkan hidup di dunia yang lain. Dunia Etoile Heart; sebuah game romantis yang baru saja ia tamatkan. Tapi sialnya, Rienna terbangun tepat di saat event bad end berlangsung...