Rienna terbangun jauh setelah matahari terbit. Matanya sedikit sembab, memerah sehabis menangis semalaman. Mungkin memang karena selama ini dia terus menimbun kecemasan dan kekhawatiran dalam hati, Rienna merasa sangat lega setelah menumpahkan segalanya tadi malam.
Memang kenyataannya tidak ada yang berubah, namun setidaknya saat itu ia merasa bahwa dirinya masih bisa melanjutkan hari di tanah asing itu.
Rienna menatap laut dari jendela megah di samping ranjangnya. Bisik deburan ombak menjadi sayup musik pengantar tidurnya tadi malam masih terdengar sama.
Di dunia asing itu sedikit hal yang benar-benar ia kenali hanyalah suara deburan ombak di tengah sunyi di dalam kamarnya yang megah. Ia bisa merasakan betapa sepinya hidup sang duchess sebelum jiwanya menempati raga itu.
"Sama sepertiku, kamu juga pasti merasa sendirian di tempat asing ini." Ucapan lirih itu ditunjukkan kepada satu Rienna lain yang entah sedang berada dimana.
Rienna mengeratkan kepalan tangan di atas pangkuannya, "Tapi aku tidak akan menyerah." Sudah waktunya untuk berdiri, ujarnya menyemangati diri.
Pagi itu Rienna menemukan sepercik semangat dalam hati.
***
"Bisa pilihkan aku gaun? Aku ingin bertemu dengan Ruther." Ujar Rienna saat satu pelayannya datang untuk menyuguhi sarapan untuknya.
"Tentu, nyonya. Saya akan kembali." Pelayannya menunduk sopan sedikit lebih lambat dari biasanya, nampaknya ia menyadari mata sang nyonya yang sembab tapi memutuskan untuk tak berkata apa-apa setelah Rienna memberi senyum padanya.
Tak lama dia kembali dengan gaun berwarna biru langit dengan mantel bulu putih yang lembut. Rienna menyentuh mantel itu dengan tangannya, rasanya seperti menyentuh gumpalan awan di angkasa. Mantel bulu asli seperti itu pastilah sangat mahal.
"Baju ini juga dibelikan oleh Eldric?"
"Tentu nyonya. Seluruh gaun di lemari pakaian anda disiapkan langsung oleh tuan bahkan sebelum anda tinggal di sini." Pelayan itu menjelaskan dengan senyum bangga.
"Begitu..."
Mungkin dari pandangan sang pelayan, Rienna terlihat seperti seorang wanita yang sedang terenyuh karena kebaikan hati sang suami, tapi sayangnya itu tidak benar.
'Bahkan baju yang kupakai dibeli dari uang milik Eldric.'
Semalam ia sempat berpikir jika ada sesuatu yang terjadi dan hal itu mengharuskannya pergi dari kastil, setidaknya dia bisa menjual baju-baju mewah miliknya dan tinggal sendiri di tempat yang sederhana. Tapi ternyata bahkan pakaian yang tengah dipakainya pun bukanlah miliknya.
'Wajar saja. Perjalanan dari ibukota kemari memakan waktu lebih dari seminggu jika menggunakan kereta kuda. Tidak mungkin mereka membawa semua gaun lamaku dari kediaman Welshburg kemari. Jauh lebih praktis jika Eldric sudah menyiapkan penggantinya di sini. Toh dia punya kekayaan yang begitu melimpah.'
Sayang, tapi Rienna harus mengugurkan satu rencananya. Apa boleh buat, meskipun terdesak ia tidak ingin menjual barang-barang yang bukan miliknya.
"Aku tidak ingat, rasanya aku membawa perhiasan dari ibukota. Bisa kau bawakan semua? Aku ingin memilih sendiri menggunakannya untuk bertemu dengan kakakku."
"Tentu nyonya, akan saya bawakan."
Rienna menghela nafas lega setelah sang pelayan kembali pergi ke ruang penyimpanan. Sebenarnya dia hanya menebak-nebak. Kotak perhiasan jauh lebih mudah dibawa daripada membawa gaun-gaun mewah yang banyak memakan tempat. Karena itu ia menebak kalau setidaknya Rienna akan membawa perhiasan miliknya saat pindah ke tanah utara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Over Ever After
RomanceHidup Rienna berakhir tragis, namun semesta memberinya kesempatan untuk melanjutkan hidup di dunia yang lain. Dunia Etoile Heart; sebuah game romantis yang baru saja ia tamatkan. Tapi sialnya, Rienna terbangun tepat di saat event bad end berlangsung...