Rienna terbaring di atas ranjang mewahnya. Bantal yang terasa sejuk dijadikannya sebagai pendingin untuk wajahnya yang masih terasa panas karena masalah tentang buku tadi.
Buku-buku itu sudah disegel rapat-rapat di dalam kotak yang baru saja ia sembunyikan di bawah tempat tidurnya. Selain itu ia juga sudah memerintahkan para pelayannya untuk tidak menyentuh kotak itu jika mereka tidak ingin dipecat dari pekerjaan mereka.
Rienna merasa sedikit tidak enak karena harus mengancam para pelayan yang tak berdosa, tapi apa daya dirinya tidak punya pilihan lain jika memang dia tidak ingin siapapun untuk menyentuh buku terlarang itu.
Baru saja ia merasa sedikit lebih tenang, ketukan di pintu disusul dengan suara salah satu pelayannya memaksa Rienna untuk bangkit. Ia sedikit merapikan rambutnya yang berantakan sebelum mempersilahkan pelayannya untuk masuk.
"Nyonya, saya datang untuk memandikan anda. Mari saya antar ke kamar mandi." Ujar pelayan berambut merah sambil membungkuk sopan. Wanita yang kira-kira seumuran dengannya dan dua pelayan lain selalu bergantian melayaninya sejak Rienna menetap di tubuh barunya, meski begitu ia bahkan belum sempat bertanya siapa nama mereka.
"Mandi? Aku sudah mandi pagi ini. Siapa yang memintamu untuk menyiapkan air?" Rienna balik bertanya.
Sebenarnya bukannya tidak ingin, Rienna hanya heran kenapa jadwal mandi yang biasanya hanya sehari sekali tiba-tiba berubah. Tidak seperti di dunia modern, para pelayan harus menggotong air panas secara manual ke kamar mandi setiap kali Rienna mandi, karena itu juga ia jadi merasa tidak enak dan tidak pernah meminta untuk mandi dua kali jika memang tidak perlu. Lagipula dia juga jarang berkeringat di kastil yang dingin itu.
"Sa.. saya hanya menuruti perintah dari kepala pelayan, nyonya. Katanya tuan Eldric ingin makan malam bersama anda, jadi anda harus bersiap-siap."
"Makan malam?" Rienna mengerutkan dahi. Biasanya para pelayannya membawakan makan malam langsung ke kamarnya karena sepengetahuannya Eldric juga selalu makan di ruang kerjanya. Setelah seminggu lebih Rienna menempati tubuh barunya, kenapa baru sekarang Eldric meminta untuk makan bersama?
Sebenarnya Rienna tidak ingin berburuk sangka, tapi apa daya ingatan tentang kejadian perampasan paksa buku (porno) beberapa jam yang lalu masih segar dalam ingatannya.
Apa dia mau mempermalukanku di depan para pelayan saat makan malam nanti...?!
Merinding dengan prasangka buruk yang datang tiba-tiba, Rienna kemudian memasang wajah pilu sambil memegang sisi kepalanya, "Ah, sebenarnya aku sedang tidak enak badan. Kalau bisa aku ingin makan malam sendiri hari ini..."
"A-anda merasa tidak enak badan?!" Tapi reaksi yang diberikan pelayannya itu melebihi ekspektasinya. "Sa-saya akan segera beritahu tuan! Sementara itu nyonya silahkan berbaring dulu! Tuan pasti akan segera memanggil dokter untuk anda, nyonya." Ujarn sang pelayan, panik dengan wajah memucat.
"Huh?" Kalau sampai memanggil dokter segala sih pasti akan ketahuan kalau dia cuma beralasan. Daripada masalah malah menjadi runyam, Rienna akhirnya memutuskan untuk mengugurkan aktingnya. "Ahaha.. Tidak, tidak! Maksudku bukan tidak enak badan begitu. Badanku terasa sedikit pegal setelah berjalan-jalan di kota. Apa kau bisa sedikit memijat tubuhku saat mandi nanti?"
Warna perlahan kembali ke wajah pasi sang pelayan, "Tentu saja, nyonya! Serahkan pada saya!" Dan sekarang wajahnya dihiasi oleh senyum bersemangat.
Sebenarnya sudah sejak lama Rienna curiga dengan perlakuan para pelayannya yang serba hati-hati itu. Sedikit saja dirinya mengeluh, wajah mereka pasti langsung memucat bagaikan tengah melihat arwah gentayangan. Mereka seperti takut akan melakukan kesalahan sampai-sampai mereka tidak nyaman untuk berada disisi Rienna jika memang tidak dibutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Over Ever After
RomanceHidup Rienna berakhir tragis, namun semesta memberinya kesempatan untuk melanjutkan hidup di dunia yang lain. Dunia Etoile Heart; sebuah game romantis yang baru saja ia tamatkan. Tapi sialnya, Rienna terbangun tepat di saat event bad end berlangsung...