Chapter three

874 56 0
                                    

Pixy terpaksa mengiyakan permintaan dari makhluk tak waras ini. Beruntung nya, Allen masih mempunyai belas kasihan. Dia mengantarkan Pixy pulang ke rumah dengan selamat.

”Kau tidak mau mengajakku untuk masuk dulu?” tanya Allen dengan senyum mengambang di wajah nya.

Pixy berbalik badan, menatap tajam pemuda itu. ”Jangan mimpi!” ketus nya. Dia langsung menutup pintu itu keras tepat di depan wajah Allen, kemudian dia berlalu masuk ke dalam rumah itu.

Allen tertawa sarkas, ”Jangan lupakan perjanjian kita, ya!” teriak nya agar dapat di dengar oleh Pixy sembari melambaikan tangan ke atas.

”Jangan keras-keras, tetangga bisa mendengar bodoh!” sahut Pixy dari dalam rumah. Wajahnya merah padam, tangan nya mengepal kuat, dan mulutnya tak henti-henti mengomel karena Allen berteriak sangat keras.

Sedangkan di luar, Allen mengubah tatapan nya menjadi dingin. Diri nya melirik ke kanan dan kiri sisi rumah, mata nya perlahan terpejam, ”Siapapun dirimu, muncullah.”

Tak lama dari dirinya yang berucap seperti itu, tiba-tiba angin berhembus kencang. Allen membuka mata nya perlahan, dan mencari keberadaan sosok tersebut.

Dia menoleh ke kanan, tak ada siapapun. Kemudian dia menoleh ke kiri,

”Boo!”

Allen menatap sosok itu tak minat, ”Sejak kapan kau disini, huh?” tanya nya dengan nada ketus. Tangan Allen bergerak menyikapi dada dengan tubuh lurus ke arah sosok itu.

Sosok itu tertawa, ”Tidak bisakah kau lebih lembut, Allen? Ah, ngomong-ngomong soal pertanyaan mu tadi, aku sudah berada di sini semenjak kau datang dengan gadis manis itu.” ucap nya.

Allen berdecak tak suka, ”Kau mengintiliku? Dan, apa katamu tadi? Gadis manis? Dengar, jika aku mendengar sebutan itu keluar dari mulut mu, maka akan ku yakini kau tak akan dapat lagi berbicara.”

Sosok itu berpura-pura takut, ”Ho..Ho, santai bro. Jangan terlalu judes, nanti dia tak akan menyukai mu. Lagipula, aku tak akan pernah mengambil apa yang sudah dipakai orang lain.” ucap nya dengan kekehan.

”Sialan.”, desis Allen, ”Masih beruntung kau adalah sepupu ku El, jika tidak; kau pasti akan ku habisi.” sambung nya.

Sosok yang dipanggil El itu mengangguk dengan seringaian di wajah nya, ”Jadi? Kau ternyata pintar juga memilih kantong darah.” ujar nya jujur.

”Tentu, aku bukan seperti dirimu.”

Dia Elkaero Arkhava. Diri nya berdecak kesal, tangan nya dia masukkan ke dalam saku celana. Dia kemudian bersiul, ”Hm, ngomong-ngomong, kenapa kau masih disini huh? Urusanmu sudah selesai, pergilah.” usir nya.

Allen memalingkan wajahnya, ”Aku ingin mengetahui beberapa hal tentang gadis itu.” ucap nya pelan, kemudian menoleh ke arah El yang sedang bersiul, ”Kau pasti tahu sesuatu, 'kan?”

El berhenti bersiul, dia tersenyum lebar. Tak lama dari situ dia mengangguk singkat, ”Sedikit. Hanya sedikit.” ucap nya menunjukkan jari kelingking.

Allen menarik sudut bibirnya, ”Aku lihat nametag nya, seperti nya gadis itu masih sekolah. Kau tahu dimana diri nya bersekolah?” tanya nya.

”Kau melihat nametag nya tapi tak melihat logo sekolah nya? Dasar aneh. Lagipula untuk apa diriku memberitahu tentang sekolah nya padamu? Apa untungnya bagiku?” ucap El meremehkan.

”Sepertinya kau ini benar-benar rakus ya, El? Tinggal katakan saja apa susah nya?!” balas Allen yang mulai kesal dengan sikap sepupu menjengkelkan nya ini.

El terkekeh, ”Kau sungguh tak sabaran. Aku sungguh ingin tau, apakah kau ingin masuk ke sekolah nya juga?” bukannnya menjawab, El malah mengajukan pertanyaan.

Allen memutar bola matanya malas, ”Terserah aku mau melakukan apa. Dan kalau kau mau, kau bisa ikut dengan ku, dari pada berkeliaran seperti orang tak punya rumah.” imbasnya.

Mata El berbinar, ”Baiklah, kalau begitu. Akan ku beritahu padamu, gadis itu bersekolah di Bright Sky High School, dia berada di kelas sebelas semester awal.” balas nya dengan senyuman.

Allen mengangguk singkat, kemudian berjalan pergi dari sana. Di sana El hanya menggeleng pelan, ”Kau tak ingin mengucapkan terimakasih padaku?” tanya nya.

Allen berhenti, ”Tidak ada kata maaf, tolong, dan terimakasih dalam kamus ku.” tutur nya. Benarkah, tidak salah dengar kan? Bukankah kemarin dia meminta maaf?

To be continued..

.
.

Jangan lupa vote ya

My Mate Blood is Truly Sweet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang