Allen membuka mata nya perlahan. Pandangan nya masih sedikit buram dengan rasa pusing melanda di kepala nya, ”Ugh..” lenguh nya pelan. Pemuda itu melirik ke kanan dan kiri mendapati dirinya kini sedang terbaring di kamar dengan sang pujaan hati tertidur di samping nya.
Allen tersenyum tipis, diri nya mengelus puncak kepala Pixy. Kemudian tangan dingin nya dia gerakkan untuk menggenggam tangan si gadis guna memberi nya kehangatan. Allen tak berpikir jika apa yang di lakukan nya itu akan membuat tidur Pixy terganggu,
Pixy yang merasa terganggu mulai membuka mata, mendapati Allen yang sedang terbaring menghadap diri nya dengan senyuman di wajah. Pixy mengerjab pelan ketika mengetahui jika Allen telah bangun,
”Selamat pagi.” sapa Allen. Pixy yang mendengar itu langsung bangun dari tidur nya, gadis itu menunduk- dengan wajah bersemu merah. "Aku seharusnya tak tertidur di sini," batin nya.
Allen yang melihat Pixy bersemu langsung bergerak gelisah untuk duduk, namun hal itu langsung di cegah oleh Pixy, "jangan banyak gerak, kau masih berada dalam masa pemulihan." Ucap nya.
Allen tak mengindahkan ucapan itu, dia bersikeras untuk duduk di ranjang, "tenang, aku baik-baik saja." Balas nya dengan senyuman, "ngomong-ngomong, aku haus." Sambung nya.
Pixy yang seolah mengerti langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak. Hari ini jangan minum darahku, kau akan minum darah hewan hari ini." Ucap gadis itu ketika melihat Allen siap mendekat dengan taring tajam nya.
Allen menjauh. Tatapan nya menjadi sendu, "darah hewan tidak enak. Darahmu manis, boleh ya?" Pinta nya pelan, "tidak, hari ini kau minum darah hewan dulu. Ini demi kesehatan mu juga Pixy." Ucap sang ratu yang baru saja datang membawa wadah darah hewan.
Allen mendelik kesal, "tidak ibu, darah hewan itu tidak enak. Aku ingin darah Pixy saja." ucap nya kekeuh. Sang ratu menggeleng melihat tingkah laku sang anak yang mirip sekali dengan suaminya.
"Biarkan Pixy istirahat untuk hari ini. Dia bisa jatuh sakit jika selalu kau minum darah nya." Ucap ratu dengan sedikit kesal. Sedetik setelah nya Allen terdiam merenungi perkataan sang ibu,
Allen mengerucutkan bibirnya. Meski tak suka, dia harus meminum darah hewan agar energi nya kembali, ratu dan Pixy yang melihat itu tersenyum tipis. "Nah anak pintar, ibu akan pergi dulu menemui ayah mu." Ucap sang ratu,
"Ingat, jangan meminum darah Pixy. Dan kau, jangan biarkan anak keras kepala ini meminum darah mu, oke?" Sambung ratu. Pixy tersenyum malu kemudian mengangguk, berbeda dengan Allen yang sedang mengendus kesal.
Setelah ibu ratu keluar, Pixy mengelus puncak kepala Allen yang masih terlihat lemas. Pandangan pemuda itu juga terlihat sayu, nyatanya dia masih butuh banyak istirahat,
"Dengar perkataan ibu ratu ya. Jangan membantah, kau harus menurut pada nya." Ucap Pixy dengan senyuman, Allen mengangguk dan langsung membawa Pixy kedalam pelukan nya,
"Biarkan seperti ini." Perintah Allen dingin, "jangan pergi, temani aku." Sambung nya ketika melihat Pixy yang nampak akan memberontak. Pixy menghela nafas gusar, dia tak bisa melakukan apapun setelah ini.
Di luar kamar, Lynne mengintip semua itu. Tangan nya mengepal kuat, kilat mata merah nya menyiratkan kebencian yang mendalam, "berani sekali gadis itu." Ucap nya
Namun sedetik setelah nya dia langsung memperlihatkan seringaian, "tidak apa-apa, berbahagialah sekarang. Karena besok kau tak akan lagi bernafas." Gumam nya, "aku akan lanjutkan rencana berikutnya." Sambung gadis itu.
"Rencana apa?" Lynne yang mendengar itu langsung kaget. Jantung nya berdegup dua kali lebih cepat ketika melihat Elkaero bersama Eileen berada di belakangnya. El hanya menatap nya datar, sedangkan Eileen- menatap nya curiga.
Lynne meneguk ludah nya kasar, "saya permisi pangeran." Pamit nya. Gadis pirang itu langsung berlari dari sana meninggalkan Eileen yang menatap nya penuh keheranan, "gadis aneh." Ejek Eileen.
"El kau tau, aku rasa-" ucapan nya terpotong ketika melihat El yang sudah berlalu lebih dulu masuk ke kamar, Eileen mengendus kesal, "dasar menyebalkan!" ucap nya seraya mengikuti langkah ke kamar,
El lebih dulu masuk di ikuti dengan Eileen di belakang nya. Gadis itu cukup terkejut dan hampir berteriak ketika melihat tubuh Pixy yang di peluk oleh Allen. Namun dengan cepat jari telunjuk Pixy berada di depan bibir nya, menyuruh Eileen agar tetap diam. El yang mengerti langsung melirik Eileen dan mengangguk,
Eileen berdecak pelan. Gadis itu membuang pandangannya dengan tangan bersedekap di dada, "Sejak kapan diri nya sadar?" Tanya El pelan, "entahlah, aku tak tahu. Saat aku bangun tadi, dia sudah membuka mata nya." Balas Pixy.
Eileen memutar bola matanya malas, "Huh, mengapa diri nya memeluk mu seperti itu? Dasar modus, sakit tak sakit sama saja!" Ucap nya berdecih. El menatap nya tajam menyuruh nya untuk diam,
"diam. Allen sedang tidur, kau bisa membangunkan nya." Peringat El. Eileen menggedikkan bahu tak acuh dan langsung duduk di sofa kamar itu. El hanya diam menatap nya, dan kemudian ikut duduk bersama Eileen,
Beberapa menit kemudian El memanggil nama Eileen dengan tangan dia lambaikan di depan wajah Eileen, "huh?" Tanya gadis itu tak mengerti, "kau kenapa?" balas El,
"Kau memikirkan sesuatu? Atau jangan-jangan kau memikirkan diriku?" Sambung El dengan senyum jahil nya. Tangan nya juga tergerak menjahili pipi Eileen,
Gadis itu menatap nya tak minat, "Orang aneh. Aku hanya memikirkan tentang perkataan Lynne tadi. Dia bilang, rencana.. itu artinya-" balas nya pelan, takut-takut jika Pixy mendengar,
El mengangguk singkat mengerti perkataan Eileen. Pemuda itu menghela nafasnya, "kita harus menjaga Pixy selama Allen masih dalam masa pemulihan." Ucap nya seraya menatap Pixy yang berada di pelukan Allen.
Eileen juga mengedarkan pandangannya ke arah Pixy, lalu mengangguk pelan.
To be continued..
.
.Jangan lupa vote ya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate Blood is Truly Sweet [END]
FantasiaTerkadang takdir seseorang itu tidak ada yang tahu.. contohnya siswi ini, dia awalnya mau pulang sekolah dan apesnya justru dia bertemu dengan para preman gang dan dia pun berlari untuk selamatkan dirinya, dari kejauhan dia melihat ada tempat untuk...