"Baiklah, katakan dengan singkat padat dan jelas. Kau sudah menyita waktuku selama duapuluh menit untuk berjalan ke sini." ujar Eileen.
Allen memutar bola matanya malas, "Kalau kau mau, pergi saja." balasnya ketus. Eileen menghela nafas, mana mungkin gadis itu ingin pergi dari sana tanpa mengetahui apapun padahal dirinya sudah berjalan sangat jauh.
"Tak perlu basa-basi, katakan saja apa yang ingin kau katakan." celetuk Elkaero mulai jengah dengan pertengkaran keduanya.
Allen berdehem. Tatapan yang semula kesal itu menjadi lebih dingin. Mata merahnya menatap tajam, sesekali melirik sekitaran. "Kurasa, dia kembali." bisiknya.
Salah satu alis Eileen terangkat, "Siapa?"
"Aksara Yehezkiel." dua kata yang keluar dari mulut Elkaero mampu membuat Eileen membelakkan mata tak percaya. "Bagaimana bisa?" tanya gadis itu.
Elkaero menggedikkan bahunya. Pemuda itu kemudian melirik Allen yang masih diam berkalut dalam pikiran. "Sebenarnya aku juga merasakan ada hawa yang tidak mengenakkan ketika kembali datang ke dunia manusia." ujar El.
"Hh.. lalu, mengapa dirinya kembali?"
Allen menatap mereka berdua dengan tatapan serius. "Pixy." balasnya. Eileen menggeram kesal dan mengepalkan tangannya kuat, "Kenapa harus Pixy lagi? Hh.." helaan nafas lagi-lagi terdengar.
"Aku harus menandai Pixy sebagai milikku, agar aku dapat melacak keberadaannya." ucap Allen tiba-tiba. Elkaero langsung meliriknya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, "Allen, jangan bertindak gegabah." sanggah El.
"Kau tau sendiri bagaimana rasa sakit dari gigitan itu. Dan Pixy pasti tak dapat menahannya." sambungnya lagi, "Lagipula, kita pasti bisa menjaga Pixy dengan baik."
Eileen menatap tajam Allen, "Berani kau melakukannya, maka aku tak akan segan-segan membunuhmu." sarkasnya. Bukan apa-apa, gadis itu hanya takut membayangkan bagaimana Pixy menangis atau mungkin pingsan karena gigitan itu.
"Tidak ada jalan lain selain ini, Eileen. Mengertilah." Allen pun sama seperti mereka, khawatir dengan Pixy nantinya. Pemuda itu juga mana mungkin tega melihat Pixy yang kesakitan. Namun, mungkin hanya ini yang bisa dia lakukan sekarang.
Elkaero menepuk pundak pemuda itu dan tersenyum tipis guna meyakinkan sang sepupu bahwa Pixy akan baik-baik saja. "Sudah, kita akan permasalahkan ini nanti. Kau tenang saja, ada kami akan setia membantumu." ucapnya.
Allen menghela nafas lalu mengangguk. "Nah, ayo kita pulang." ajak Elkaero. "Jangan tidur dirumah Pixy." peringat Eileen melihat Allen melangkahkan kakinya untuk pergi.
Allen berbalik, menatap Eileen dengan tatapan datar. "Dia butuh istirahat." potong Eileen ketika melihat Allen akan membuka suara. "Eileen benar, biarkan Pixy beristirahat dengan hari ini." sahut Elkaero.
Allen berdecak kesal. Ternyata sepupunya ini sama saja dengan gadis aneh itu, tak bisa diajak untuk berkompromi sama sekali. Lagi-lagi helaan nafasnya terdengar, kali ini lebih berat karena dirinya tak bisa bersama Pixy.
"Aku yakin pasti ada cara lain." gumam Eileen. "Cara apa? Aku sudah bilang jika tak ada cara lain selain hal ini." desak Allen malas. Gadis aneh itu suka sekali mengeyel.
"Kan aku sudah bilang, kita bicarakan ini nan—"
Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang. Rambut hitam Eileen menghalangi matanya. Allen dan Elkaero pun sama, ini terlalu tiba-tiba, mereka kehilangan fokusnya karena angin berhembus kencang bersatu dengan pasir dan dedaunan yang berterbangan.
Tik..
Suara jentikkan jari itu menghentikan semuanya. Angin yang berhembus kencang tadi hilang seketika, bersamaan dengan dedaunan yang mulai berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate Blood is Truly Sweet [END]
FantasíaTerkadang takdir seseorang itu tidak ada yang tahu.. contohnya siswi ini, dia awalnya mau pulang sekolah dan apesnya justru dia bertemu dengan para preman gang dan dia pun berlari untuk selamatkan dirinya, dari kejauhan dia melihat ada tempat untuk...