Chapter nine

453 39 0
                                    

”Kau mau tau suatu rahasia tidak?”

Pixy menoleh ke arah Allen dengan tatapan bertanya, ”Rahasia apa memangnya? Kau adalah vampir? Aku sudah tau itu.” balas gadis itu menggedikkan bahu tak acuh.

Allen berdehem pelan, dia memasukkan tangan nya kedalam saku celana sekolah. Pemuda itu mengangguk, ”Bukan rahasia itu maksudku.. Ekhem, sebenarnya, aku melarikan diri dari dunia vampire.” ucap nya.

Pixy terlihat kaget. Sekarang mereka itu sedang berjalan dari rumah Pixy ke sekolah berdua. Allen yang melihat tatapan si gadis hanya bisa terkekeh pelan,

”Iya. Aku melarikan diri. Alasannya karena aku tak suka di perintah. Orang tua itu menyuruhku untuk menikah dengan gadis tak di kenal. Ha.. mentang-mentang diri nya adalah seorang raja, jadi seenaknya memerintah anak sendiri.” ujar Allen.

Lagi-lagi hal itu membuat Pixy menatapnya kaget, ”Benarkah? Jadi kau anaknya raja vampire? Ah- itu artinya kau adalah seorang putra mahkota kerajaan?” tanya gadis itu.

Allen mengangguk dengan senyuman, ”Benar. Aku adalah seorang putra mahkota. Dan satu lagi- Tapi.. Hati-hati ini mungkin akan membuat mu sedikit tercengang.” balas nya dengan kekehan di akhir.

Pixy mengangguk cepat, sungguh rasa penasaran kini menyelimuti diri nya. Allen tertawa pelan, ”Elkaero, dia sepupuku. Dia juga seorang vampire.” ucap Allen. Pixy melotot kaget dengan tangan tergerak menutup mulut nya,

”Benarkah?” tanya nya cengo, Allen menatap gadis itu dan tersenyum, ”Benar. Tapi alasan kami berbeda, aku yang kabur dan dia yang ingin mengejar, haha.” balas makhluk penghisap darah itu.

Pixy membentuk mulut nya menjadi huruf o. ”Aku tak mengenal gadis itu. Ah tidak, kami saling mengenal antara nama. Namun, entah mengapa naluri ku berkata bahwa dia bukan lah orang yang tepat. Dan sekarang, aku menemukan orang yang tepat itu.” ucap Allen melanjutkan kalimat nya sembari menatap lekat manik hitam Pixy.

”Siapa?” tanya Pixy tak mengerti. Kemudian jari telunjuk Allen terarah pada diri nya. Sontak pipi gadis itu memerah. Gadis itu menunduk, namun dengan cepat dia mengangkat kepalanya,

Pixy menggeleng, ”Kita tak bisa bersatu.” ucap nya. Allen tersenyum, ”Bisa.” tangan pemuda itu dengan tak sopan merapikan sedikit poni gadis itu. Sebenarnya memang ada sedikit harapan untuk mereka bersatu, walaupun itu mustahi untuk di lakukan.

Pixy memiringkan kepalanya seolah bertanya. Kilat hitam legam milik Allen bertemu dengan netra nya. Seolah mengerti, Allen menjawab gadis itu, ”Kita bisa bersatu, jika salah satu dari kita mengalah.” ucap Allen.

”Maksudmu..?” Pixy tak mengerti. Mengapa pemuda itu tidak langsung ke inti saja? Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut pemuda itu hanya membuat nya semakin bingung,

Allen menghela nafas. Dia melanjutkan langkah nya dengan Pixy di samping menyusul nya, ”Jika kita mau bersatu, salah satu dari kita harus mengalah. Artinya, entah itu diri mu yang menjadi vampire dan meninggalkan dunia manusia. Atau diriku yang harus rela kehilangan segala kekuatan vampire ku untuk menjadi manusia.” ucap nya.

”..Dan, kita benar-benar harus jatuh cinta. Sedikit kesalahan akan membuat kedua dunia bisa dalam keadaan fatal. Karena manusia bisa memburu vampire, dan vampire bisa menjadikan manusia sebagai seorang budak ataupun stok darah.” sambung Allen.

Allen kini menatap gadis itu yang hanya menatap jalanan kota, ”Bagaimana? Kau mau mengalah? Akan ku jadikan diri mu seorang vampire jika mau.” ucap Allen dengan tawaan kecil. Pixy membuang muka nya, mana mungkin dia rela hidupnya seperti di permainan seperti itu.

Allen yang mengerti langsung menganggukkan kepalanya pelan, ”Tenang saja. Aku memang tak punya hati, namun setidaknya pikiran ku cukup terbuka. Aku tak akan tega memaksa diri mu menjadi vampire hanya untuk kepentingan ku.” sambung Allen.

.
.

Allen, Elkaero dan Eileen kini sedang berada di suatu ruangan. Gadis itu menatap tak suka kedua pemuda di hadapannya ini. Terlihat jelas kemarahan di dalam manik hitam gadis itu,

”Aku sudah bilang kepada mu, jauhi Pixy! Apa kau tidak mengerti juga, huh?!” bentak Eileen. Allen hanya menatap gadis itu datar tak minat, berbeda dengan El yang menatap gadis itu dengan seringaian.

Allen memutar bola matanya malas, ”Kau ini kenapa sih? Apakah dengan diriku mendekati Pixy itu akan merugikan diri mu? Tidak, kan? Jadi tak usah ikut campur.” balas nya.

Eileen berdecih, ”Memang tak merugikan ku. Namun itu akan merugikan semua orang! Dengan cara mu mendekati Pixy, dengan cara mu yang membuat Pixy perlahan jatuh cinta! Itu akan merugikan semua orang.” ucap nya marah.

Gadis itu mendekat, ”Dengar, Allen. Dengarkan ucapan ku baik-baik dengan telinga tajam mu itu. Pixy dan- dirimu, tak akan pernah bisa bersatu. Camkan hal itu, aku harap kau bisa mengerti.” ucap Eileen dengan jari menunjuk wajah Allen.

Eileen menjauhkan diri nya, kemudian menatap El yang sedang tersenyum, ”Dan kau- argh, tidak bisakah diri mu membiarkan hidup ku tenang?!” ucap nya frustasi. Kemudian gadis itu menghela nafas dan langsung pergi dari sana,

Elkaero tertawa sarkas melihat punggung kecil itu perlahan menghilang. ”Dia memerintah seakan diri nya punya kekuasaan tinggi. Lagipula, kau pikir aku akan dengan mudah melepaskan diri mu, Eileen? Ck, tidak akan pernah.” gumam nya dengan kekehan.

Sedangkan Allen masih terdiam dengan tatapan dingin nya. Dia berdecih, ”Sebaiknya kau segera menjinakkan gadis itu, El. Aku sudah muak dengan segala ocehannya. Eileen itu, selalu saja ikut campur.” suruh nya.

Elkaero mendekati Allen. Dia kemudian menepuk pundak sepupunya itu, ”Jika itu mudah, aku sudah berhasil menjinakkan gadis itu duluan. Haha, kau seperti tak mengenal nya saja, Allen.” tutur nya.

”Sebaiknya, kau pikirkan cara nya agar diri mu bisa bersatu dengan Pixy saja. Karena ada banyak rintangan di depan sana~” sambung nya dengan jari telunjuk mengarah ke depan.

To be continued..

.
.

Jangan lupa vote ya

My Mate Blood is Truly Sweet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang