Pixy kini sudah berada di hadapan Eileen. Gadis itu membawa nya ke toilet perempuan agar tidak ada pemuda yang masuk kedalam. Pixy terlihat gugup, apalagi dia tidak terlalu dekat dengan Eileen.
Eileen mengamati sekitar. Menunggu orang lain yang berada di dalam toilet itu pergi. Setelah di rasa sepi, dia menoleh ke arah Pixy yang hanya diam.
”Kau dekat dengan laki-laki aneh tadi?” tanya Eileen. Pixy yang mendengar itu menelan ludah nya kasar, dia linglung. Mata nya terlihat bergetar, gadis itu menggigit bibir bawahnya pelan.
Melihat Pixy yang kebingungan, Eileen menghela nafas lelah. ”Baiklah. Tak apa-apa jika kau tak ingin memberi tahuku, aku tak akan memaksa mu.” ucap nya membuat Pixy bernafas lega.
”Aku tau kita tak sedekat itu sehingga kau bisa percaya serta berbagi masalah mu denganku.” sambung Eileen pelan.
Eileen berbalik badan, bergerak untuk pergi dari sana. Namun langkah nya terhenti, tanpa menoleh, gadis itu berkata, ”Menjauhlah dari orang itu. Jangan pernah berurusan dengan nya jika kau tak ingin menyesal.” ucap Eileen.
”Ayo. Sudah mau bel masuk, tapi kita belum makan apapun.” ajak Eileen. Pixy menggangguk dan tersenyum simpul. Dengan cepat, Pixy menyusul Eileen yang telah keluar lebih dulu.
.
.Kantin sudah mulai sepi karena hampir semua murid sudah memesan makanan. Disini, Pixy dan Eileen duduk dengan semangkok bakso di atas meja makan mereka.
Lagi asyik-asyiknya menyuap makanan, tiba-tiba Pixy batuk karena hampir tersedak saat melihat Allen dan Elkaero yang datang ke kantin. Eileen melirik gadis itu seolah bertanya kenapa.
”Boleh kami bergabung?” suara itu cukup menjawab pertanyaan dari Eilleen. Gadis itu menatap datar mangkok bakso nya. Itu adalah suara Allen,
Tanpa persetujuan, Allen langsung duduk di sebelah Pixy. Dengan El yang duduk disebelah nya Allen, karena tak memungkinkan El duduk disebelah singa yang sedang tertidur.
”Tak ada yang memberi kalian izin untuk duduk disini, baik aku maupun Pixy. Pergilah.” ketus Eileen sembari menyuap kembali bakso nya menatap mereka berdua sinis.
El tertawa sarkas, ”Kau bukan siapa-siapa disini. Kau bukan anak guru, atau berprestasi, ataupun anak orang penting. Jadi mengapa kau berani memerintah kami?” balas nya.
Eileen menatap tajam El. Tangannya meremat kuat sendok. ”Rasa nya, aku ingin sekali menumpahkan kuah bakso hangat ini kewajah tampan milik mu, pasti akan sangat seru.” ucap gadis itu lantang.
El berpura-pura tersipu, ”Ah, terimakasih nona karena telah menyebutku tampan. Aku tau itu, tak perlu di ingatkan lagi.” balas nya dengan kekehan singkat di akhir.
Eileen jadi naik tikam, ”Kau?!”
Selagi mereka berdua bertengkar, di sini ada dua orang yang lagi mesra-mesranya. Allen menciumi mangkok bakso milik Pixy.
Kemudian wajah nya menatap lekat netra hitam gadis itu. Allen melirik singkat Eileen yang sedang bertengkar dengan sepupunya, kemudian kembali menoleh ke arah Pixy.
Sudut bibirnya terangkat, ”Gadis itu telah merusak makan siang ku hari ini. Aku bebaskan diri mu untuk itu, namun.. tunggulah aku saat malam hari.” bisik nya takut-takut jika Eileen mendengar.
Pixy menunduk meremas sendok yang dia pegang, ”Pixy! Ayo pergi, tinggalkan saja dua orang tak waras ini!” tangan putih itu di tarik paksa oleh Eileen.
”Dan kau! Jangan pikir aku tak mendengar apa yang kau ucapkan tadi!” tunjuk Eileen kepada Allen yang hanya menatap nya datar, ”Tak akan kubiarkan rencanamu berjalan mulus.” desis Eileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate Blood is Truly Sweet [END]
Viễn tưởngTerkadang takdir seseorang itu tidak ada yang tahu.. contohnya siswi ini, dia awalnya mau pulang sekolah dan apesnya justru dia bertemu dengan para preman gang dan dia pun berlari untuk selamatkan dirinya, dari kejauhan dia melihat ada tempat untuk...