HAI GIMANA KABAR KALIAN?
ABSEN DULU SINI
******
Lembaran baru mulai menuai. Ufuk fajar telah muncul dari arah timur, menyinari lingkungan seutuhnya. Terbaring dari kasur memanglah suatu kenyamanan, namun belum tentu membawakan kepuasan. Geando mulai terbangun lelah. Keluh lebur telah membasmi tubuh pria tersebut yang dingin. Namun tidak dengan tekatnya untuk membuktikan. Laki-laki itu terbangun dari ranjangnya, walau sedikit letih. Terpapar oleh ikatan duniawi memang tidak bisa dilepaskan. Geando mulai berjanji terhadap senja untuk mendapatkan fatamorgana.
"Zona nyaman? Ku hempas setelah ini," Geando mendentum lantai. Bergerak maju dengan pola pikir. Tanpa henti untuk berpikir lebih dalam untuk menunjang kelam.
Lepas sudah dirinya melakukan segala aktivitas tubuh. Kini waktunya dirinya, untuk melakukan protektivitas dalam aktivitasnya yang baru. Tak lupa mengais harapan senja yaitu adiknya.
"Kakak berangkat kuliah dulu ya, Ren", Cium kening dari sang kakak. Hati letuk mulai terketuk, balas ketukan untuk pelukan. Senyum manis dijabarkan sebagai sebuah tanda.
Renza memeluk kakaknya. Erat menggaung durma, menjadikan dirinya sebagai tanda balas kasih sayang. Terhadap belas kasih yang terpapang. "Iya kak," ujarnya.
Remuk redam telah tiada. Mereka berpisah dalam waktu sekejap. Lambaian tangan menandakan sebuah cinta. Pisah dengan arti yang sangat berpeluang. Mengucap kasih dengan sentuhan sayang demi keluar dari kandang.
"BRUM...BRUM...BRUM."
Sampailah Geando di kampus. Melihat kumpulan mahasiswa yang sedang berjalan. Berkutiklah dirinya, untuk pergi menuju kelas. Sederhana untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Senyuman manis ditonjolkan kepada orang-orang di sekitarnya.
"Do! Geando!" celetuk Andra memanggil Geando. Terbirit-birit membawakan sebuah kotak kado. Berlapiskan sebuah pita merah. Pikiran letung membuat Geando binggung.
"Kenapa, Ndra? Harus banget buat lari?" cibir Geando.
Andra memberikan kotak kado itu. "Nih, ada titipan dari siswa sebelah. Gak gue dia siapa, karena wajahnya ketutupan hoodie, dan ini katanya buat elo," ucapnya.
"Oh yaudah. Oke makasih deh," Geando meratapi kotak kado tersebut. Tatapan heran membuat hati menjadi sungu. Pikiran yang membuat dirinya semakin binggung.
Geando berjalan di lorong kelasnya. Tak lama setelah itu, tatapan wajahnya menangkap sekumpulan mahasiswa yang tengah berunding. Sinis matanya membuat dirinya semakin penasaran, karena salah satu pembicara yang tengah mengenakan hoodie hitam dengan logo cakrawala. Di tengah tatapannya, suatu penghalang muncul dari bel pengeras suara. Dari situlah, Geando mulai menghiraukan hal tersebut, karena dirasa tidak penting baginya.
"Gue telat ya?" Geando menepih pintu kelas. Tatapannya berbicara kepada semua. Bertanya-tanya akan suatu hal yang dirasa baginya salah.
Teman-temannya menyuruh kedua laki-laki itu untuk masuk. "Masuk cepet, dosen mau dateng," ucap teman-temannya.
Dosen terduduk di kursi. "Selamat pagi mahasol."
PAGI PAK!
"Sebentar, ini kemana teman kamu yang satu? Kenapa selalu ada murid telat ketika ada jam saya," gertak dosen menulahkan katanya. Cibirnya menanyakan murid di bangku yang kosong. Tercengangnya para mahasiswa mengetahui hal tersebut.
Geando menyela. "Mohon maaf pak, kami tidak mengetahui keberadaan Andra. Dan terakhir saya bertemu dengannya di halaman depan kampus," usul Geando.
"Permisi pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEAMEL [END]
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Mengapa hanya aku, yang mendapatkan nasib sial?" Geando Geirandolf, seorang pemuda jurusan teknologi yang memiliki kriteria pemuda jenius. Tinggal bersama dengan adiknya tercinta, kerap ingin memulai hidup mandiri. J...