Bagian 19 - Aku disini, Jangan Sendiri

213 104 1
                                    

Jangan kemana-mana ya, aku ada disini buat kamu!

HAI-HAI GIMANA KABARNYA?

SINI ABSEN DULU

******

"Ternyata masih banyak orang baik disekeliling kakak. Gue merasa berterimakasih atas semua itu." Renza mengabdi pada semesta. Menggaung dan bersorak seru. Tangannya mengepal menerima semua itu.

Perawatan jenjang pertama berjalan cukup lama. Dua bilah jendela pintu yang hanya ditampilkan kepada adiknya. Menengok ke kanan dan kiri jendela. Melihat dan memastikan semua dalam keadaan baik-baik saja. Renza berulang kali berjalan kesana dan kemari. Bersoleh kearah pintu, menyatakan bahwa semua telah selesai. Jam berdetak kencang, menandakan ulur waktu berjalan sangat lama.

HUFT

"Capek banget, nungguin kakak." Tarikkan napasnya terengah-engah.

Renza tertidur siam. Menunggu panggilan bahwa Geando telah selesai menjalankan perawatan jenjang pertama. Setiap kali matanya tidak bisa tertidur nyenyak. Selalu mengintip setiap detiknya. Berdentum kencang akan panggilan pada gendang telinganya.

04.30 am.

"Panggilan pada keluarga dari pasien bernama Geando. Selesai melaksanakan perawatan pada jenjang pertama, dan akan diantarkan ke ruang kembali." suar suara membisingkan. Ia terbangun dari tidurnya yang siam.

HAH!

"Kakak udah selesai?"

Renza berkutik cepat. Menuju ruang perawatan. Dan bergegas melihat forum keadaan Geando. Memastikan segala keadaan baik adanya. Tiada keinginan dan pendustaan yang tak terkira.

"Baik ini dengan anggota keluarga dari pasien bernama Geando?" tanya dokter tersebut.

Renza berkecap malu. "Iya dok. Saya adiknya."

"Baiklah."

"Kakakmu Geando telah menjalani perawatan jenjang pertama. Jadi untuk perawatan berikutnya bisa diproses lebih lanjut."

"Bagaimana tentang perawatan yang telah kakak saya jalani dok? Apakah sudah membaik?"

Dokter membuka lembaran forum putih itu, "Sejauh ini. Luka yang dialami oleh kakak kamu cukup drastis, namun semua bisa diatasi dengan proses perkembangan hingga proses operasi," tutur dokter menjelaskan hal tersebut dengan lantang.

"Baik terimakasih dok atas info dan sarannya."

"Di tahap ini. Kakak kamu sementara butuh pelatihan untuk berjalan sedikit demi sedikit. Untuk menghilangkan rasa sakit yang berlebih pada luka yang berderet di sekujur kaki."

"Baik dok, akan saya laksanakan."

"Kalau begitu, saya tinggal dulu ya, Dok." Renza membalikkan badan dan bergerak menuju kamar Geando.

Renza pun dengan langkah yang kencang menuju kamar sang kakak. Melihat semua berjalan dengan lancar. Dirinya lega akan semua yang ia lihat. Merasa bahwa semuanya, akan ia jalani dengan sukarela. Menebus segala kesalahan yang ia perbuat kepada Geando.

"Kak?"

"R-ren," berbisik desis, "kamu dari tadi nungguin kakak?"

"Iya kak, kakak gimana baik-baik aja kan?" Renza menepuk pundak Geando. Memastikan segala perawatan yang ia jalankan berjalan dengan lancar.

"Santai baik kok, Ren", Geando tersenyum tipis memandang adiknya.

Letih telah merangsang tubuh adiknya. Memeluk beku demi menunggu kehadiran kakaknya. Ia terbaring dan bersender pada kepala Geando. Geando mengelus-elus rambut adiknya, sebagai tanda kasih sayang dan terimakasih. Atas segala hal yang ia lakukan selama ini kepadanya. Bernaung pada sebuah kesalahan fatal, adalah sebuah pelajaran bukan sebuah penindasan yang kekal. Rasa syukur dihaturkan Geando untuk menjadikan segalanya sebagai sebuah perlindungan jalinan keluarga.

GEAMEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang