Bagian 22 - Inginku, Mengobati Lukamu

198 105 32
                                    

Katamu, aku adalah satu-satunya manusia yang engkau pilih. Nyatanya aku adalah salah satunya manusia yang menjadi bagian dari ribuan manusia pilihanmu.

SINI-SINI ABSEN DULU!!

******

Susunan rencana mulai berjalan. Amel mulai merencanakan sesuatu untuk mengetahui kebenaran yang sebenarnya terjadi. Tak lama kemudian, dirinya keluar dari rumah sakit.

Amel menangkas pembicaraan. "Eh."

"Kita mulai rencana sekarang, ya?"

"Gue yang bakal kesana dulu, ntar lo pada denger pembicaraan kami."

"Siap, Mel."

Amel pun mulai keluar dari area rumah sakit. Dirinya mulai pergi ke suatu tempat perencanaan. Sambil mempersiapkan diri, untuk memulai aksinya tersebut.

Tak lain tak bukan, langkahnya menuju ke rumah Tio. Tepat bersamaan dengan muka polosnya, ia mendongak kearah rumah Tio. Melirih kanan dan kiri, melihat keadaan Tio berada di rumahnya.

"Tok...Tok...Tok...".

"Permisi, Tio." Amel tak henti-hentinya menggedor pintu rumah Tio.

"Kenapa lo kesini? Gue gak lagi mau cari masalah ya," sahut Tio seraya membukakan pintu rumahnya.

"DIH."

Amel melirik tajam. "Siapa juga yang mau cari masalah sama lo?"

"Biasanya juga cari masalah, udah to the point aja. Kenapa lo kesini!" gertak Tio seraya mengerutkan wajahnya.

Amel mulai menahan pintu rumah Tio. "Gue cuman mau tanya tentang sesuatu, lo ada lihat Geando gak akhir-akhir ini," ujarnya.

"HAH!"

Tio membalas keji. "Gak salah lo tanya Geando ke gue? Gue aja kagak ngarti, lo aja kali tanya ke temen-temen dia sono."

"Beneran lo gak tau, Geando dimana?" Amel menarik tangan Tio perlahan. Ia menunduk sedikit seraya mendekatkan wajahnya kearah laki-laki tersebut.

Tio berbisik kencang. "Kalaupun gue tau keberadaan dia, buat apa juga."

"Yaudah deh terserah lo, makasih," ucap Amel seraya berdiri kembali.

Tio tak henti-hentinya mengumpat. "DIH! PEREMPUAN GAK JELAS KESINI CUMAN CARI PACARNYA DOANG."

Amel pun mulai menyusutkan pikirannya. Dirasa semua tidak ada yang aneh pada Tio. Namun dibalik itu, Amel berfikir bahwa laki-laki itu menyembunyikan sesuatu darinya. Tak disangka, wanita mulai menuju ke kantor polisi. Tapi sebelum itu, bukti nyata ia tanyakan kepada Renza, adik daripada korban.

"Gak ada yang mencurigakan!" Amel berderak kencang. Menyuarakan pendapatnya kepada Keira dan Renza. Mereka yang memikirkan sesuatu agar semua terbongkar atas sebuah bukti yang nyata adanya.

"Bener sih kata lo." Tio menggaruk-garuk tangannya," Kita harus tanyakan bukti itu."

"Oh iya kak."

Renza mengingat suatu kejadian yang harus dipertanyakan dan dijelaskannya, "Dokumenter terakhir waktu itu dikasih ke aku, disaat perawatan pertama akan dilaksanakan. Dan dokumen tersebut masih aku titipin ke salah satu suster yang berada di rumah sakit."

"Waktu itu, gue titipin karena mau cari kakak gue," jelas Renza mengatakan segala buah bukti kepada mereka.

"Seriously?"

Keira menggandeng kedua tangan mereka. "Cus, kita kesana."

Berbaliknya arah mereka. Ke tempat rumah sakit, sambil mencari informasi data tersebut ada dan jatuh di kedua tangannya. Langkah demi langkah ditempuh, dan akhirnya mereka kembali menginjakkan kaki di area rumah sakit kembali.

GEAMEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang