Percayalah! Bahwa kamu lebih hebat dari ketiga pengelana yang ada di padang gurun dalam mencari harta karun sekalipun!
HAI GIMANA KABARNYA?
YUK, ABSEN DULU SINI
******
Mengirimkan pesan.
"Del, sorry banget ya kita bukannya mau mojokkin elo." Amel mengirim pesan.
"Y." Adel membalas.
"Lo masih marah ama kita?" Amel bertanya.
"Ga." Adel menjawab dengan pesan singkat.
Amel bersikeras untuk membujuk Adel. "Del tolong jangan gitu yah, gue jadi gak enak sama elo," balasnya.
"Gue udah bilang iya ya iya."
"BAWEL BANGET LO JADI CEWEK!"
Adel dengan segan membalas dengan pesan keji. "Udah bahas aja sono ama circle lo dulu, gak usah pentingin gue!"
"Yaudah tapi sekali lagi, kita gak ada niatan buat gituin elo kok." Amel membalas pesan tersebut hingga memohon-mohon.
Adel memblokir kontak dengan pesan terakhirnya. "RIBET!"
Mereka mulai panik drastis akan hal yang sungguh tidak disangka. Andra merasa bersalah akan sesuatu yang telah ditanyakannya. Semua mulai kebinggungan untuk mencari celah dari segala masalah yang menimbun mereka, tanpa diduga hal tersebut terjadi diantara mereka. Tanpa adanya sesuatu yang telah disangkanya.
Amel bergegas kembali kearah rumah. Dirinya mulai sadar bahwa kunci rumah telah tidak ada di dalam tasnya.
"NJIR!"
Amel mengecek kantong sakunya. "Kunci rumah gue ilang, keknya ketinggalan deh di tokonya si Andra," keluhnya.
Kerap kali dirinya mencari di sekitar saku pakaiannya namun tidaklah kunjung ada. Sampai disuatu saat, Amel mengira bahwa kunci rumah tertinggal di toko Andra. Yang memutuskan dirinya harus kembali untuk mengambilnya.
"Balik lagi, balik lagi."
"Udah mah masalah nambah, perkara kunci malah ikut-ikutan," gumam Amel seraya menghentakkan kakinya.
Perlahan-lahan kejanggalan aneh ia temukan. Amel melihat seorang pria muda dengan pakaian jas ungu festival rapi berkunjung ke toko Andra. Sambil membawa sebuah kardus berisikan sesuatu yang terlihat mencurigakan.
"HAH!"
Amel menyipitkan matanya. "Tuh orang siapa dah."
"Main nyenonong aje ke toko si Andra. Intip aja kali ya, lagipula gue juga kepo sama isinya," Amel memperlambat pergerakkannya. Sambil berjalan dengan tertatih-tatih. Mengikuti pria tersebut di sepanjang jalan.
Tak lama kemudian, Amel secara tidak sengaja terpukul oleh sebuah pegangan papan besi pengumuman yang bertuliskan Acara Festival Pekan Raya. Dirinya mulai mempunyai sebuah teori dan rencana tersendiri, akan sesuatu yang harus ia ketahui secara pasti sebagai bahan bukti untuk menyelesaikan permasalahan inti.
Amel memotret papan pengumuman tersebut. "Boleh-boleh nih."
"Entar deh gue intip dulu," ujar Amel sambil mengintip pria tersebut.
Sesampainya pria tersebut di toko Andra. Secara tidak sengaja, percakapan mereka segera dimulai. Amel mulai memasangkan telinga lebarnya untuk dapat mengetahui pembicaraan diantara mereka. Dirinya sangatlah ingin mengetahui tentang apa yang sebenarnya mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEAMEL [END]
Novela Juvenil[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Mengapa hanya aku, yang mendapatkan nasib sial?" Geando Geirandolf, seorang pemuda jurusan teknologi yang memiliki kriteria pemuda jenius. Tinggal bersama dengan adiknya tercinta, kerap ingin memulai hidup mandiri. J...